NovelToon NovelToon
Lonceng Cinta

Lonceng Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Angst / Romansa / Slice of Life
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Alya harus menjalani kehidupan yang penuh dengan luka . Jatuh Bangun menjalani kehidupan rumah tangga, dengan Zain sang suami yang sangat berbeda dengan dirinya. Mampukah Alya untuk berdiri tegak di dalam pernikahan yang rumit dan penuh luka itu? Atau apakah ia bisa membuat Zain jatuh hati padanya?

Penasaran dengan cerita nya yuk langsung aja kita baca....

yuk ramaikan....

Update setiap hari....

Sebelum lanjut membaca jangan lupa follow, subscribe, like, gife, vote and komen ya...

Buat yang sudah baca lanjut terus , jangan nunggu tamat dulu baru lanjut. Dan buat yang belum ayo buruan segera merapat dan langsung aja ke cerita nya, bacanya yang beruntun ya, jangan loncat atau skip bab....

Selamat membaca....

Semoga suka dengan cerita nya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

"Dia gadis yang sopan, tutur kata yang lembut. Ya, kalau dibandingkan dengan gadis-gadis kota. Dia adalah wanita yang sederhana, penurut, dan bersahaja. Papa pribadi suka dengan akhlaknya, disaat gadis zaman sekarang yang kehilangan adab, dan ia pun menjaga marwahnya sebagai perempuan ," sambung Usman memuji.

"Hah," desah letih mengalun dari bibir Zain.

"Aku harus ke sana, penerbangan paling cepat besok bersama Pak Adam. Sebagai bukti. Tapi aku tak tau apakah dia akan menyetujuinya."

"Lantas bagaimana dengan hubunganmu dan Mira?"

"Kami end, Pa," jawab Zain pelan.

" Mungkin saja dia sudah menemukan pria lain di Singapura. Hingga tidak lagi memberikan kabar padaku."

"Kau pikirkan matang-matang dahulu, Papa akan mendukung apapun keputusanmu ."

***

Ditemani oleh Ranti, Alya duduk bersama dengan pria yang cukup tua itu. Sesekali mata pria tua melirik nakal pada Alya. Jari jemari keriput dipenuhi oleh batu akik, rambut sudah memutih. Pria ini masih memiliki pemikiran untuk menambah sosok istri dibandingkan untuk menyiapkan bekal menuju kematian, apalagi ia menginginkan Alya. Gadis ayu, dengan kulit sawo matang. Senyum bersahaja, tatapan mata yang teduh, dan ceria.

"Jumlahnya 100 juta," ujar Danu dengan ekspresi genit.

Ranti saja yang sudah tua merasa jijik melihat bagaimana cara pria ganjen satu menatap Alya, sedangkan Alya menundukkan pandangannya. Dengan jari jemari bertautan, dalam diam ia beristighfar. Ade benar-benar telah menipu Alya uang yang diambil melebihi apa yang diberikan pada Alya.

"Tapi Alya, kan cuma meminjam uang 40 juta, juragan. Kok bisa menambah segitu banyaknya. Kalau yang 30 juta lagi itu bukan urusan Alya, karena uangnya bukan Alya yang ambil," sela Ranti membela Alya.

Tongkat kayu itu di ketuk di lantai, ia berdehem kecil.

"Itu bukan urusanku, yang pasti uangnya itu sudah aku keluarkan. Dan nama penjamin, adalah kamu Alya. Dan kamu Alya sudah memakai uang yang aku berikan. Aku pun sudah melunasi uang untuk neneknya kamu Alya, hari sudah berjalan.

Tinggal satu minggu lagi, sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Apapun yang terjadi kamu Alya hanya punya dua pilihan. Satu melunasi hutang-hutangnya padaku, atau menjadi istriku," sahut Danu.

"Tapi-"

"Bibi." Alya menepuk kecil paha wanita paruh baya yang siap membelanya.

" Sebelumnya terima kasih, karena juragan sudah memberikan pinjaman. Uangnya insyaallah akan segera aku bayar, juragan tidak usah khawatir."

Ranti menatap iba Alya, senyum sinis terbit di bibir tua Danu. Mana bisa Alya membayar uang sebanyak itu, Danu bahkan menambahkan bunga pada pinjaman yang ia berikan. Sengaja memberatkan Alya, agar gadis ini menjadi istri mudanya.

Danu bangkit dari kursi rotan.

"Baik, aku tunggu satu minggu lagi. Kalau lewat sehari. Maka, kamu Alya harus siap memakai kebaya untuk aku nikahi."

Setelah mengatakan itu, Danu melangkah pergi tanpa salam. Ia dibantu menuruni anak tangga oleh pesuruh Danu, betapa bahagianya Danu bisa nikah lagi dengan daun muda.

"Hah! Dari mana Alya punya uang sebanyak itu?" tanya Ranti gemas.

Alya menoleh ke samping, mengulas senyum tipis pada Ranti.

"Bibi nggak perlu khawatir, insyallah uangnya akan ada. Allah bersamaku, Bibi," sahut Alya lembut.

Ranti diam, kenapa Alya begitu naif. Ranti kembali menghela napas berat, ia menoleh ke arah pintu kayu yang tertutup.

"Kalau gitu, nanti Bibi coba tanya-tanya ke keluarga Bibi. Mungkin ada yang bisa memberikan pinjaman darurat untuk Bibi," putus Ranti.

Kepala Alya mengeleng.

"Nggak! Jangan Bibi, itu akan memberatkan Bibi."

"Nggak, Alya. Kakek Arif sudah sangat baik dengan kami, sekeluarga. Kalau saja Kakek Arif tidak memberikan banyak bantuan, mana bisa keluarga Bibi hidup dengan tenang kayak gini, Alya."

Alya mengeleng kecil. "Sesungguhnya, Allah lah yang menolong, Bibi sekeluarga. Lewat tangan Kakek, Bibi jangan berpikir begitu."

Ranti lagi-lagi dibuat menghela napas berat, Alya persis sekali seperti Alin. Memiliki pemikiran semuanya lillahi ta'ala, pemikiran yang tidak semua manusia zaman sekarang bisa terapkan.

***

Kedua telapak tangan diangkat sejajar dengan bahu, air mata mengalir deras. Bibir merah merekah itu bergetar hebat, suara nan lirih mengalun. Curhat kan semua rasa sakit yang mengiris hati, kekecewaan pada manusia yang ia percayai. Semua rasa sakitnya ia adukan tanpa terlewatkan satu pun, meminta petunjuk serta mukjizat pada yang Maha satu. Yang mustahil bagi manusia namun, kecil bagi Tuhan. Melalui Kun fayakun, yang menjadi pegangan Alya dalam hidupnya.

"Aamiin," gumam Alya lirih.

Merasa ditatap, Alya menoleh ke samping. Ia terkejut mendapati kedua mata sang nenek terbuka, Alya menghapuskan air mata yang mengalir. Gadis itu beringsut mendekati kasur, di mana keluarga satu-satunya berada.

"Nenek kok, belum tidur? Apakah aku menganggu tidur Nenek?" tanya Alya dengan intonasi nada lemah lembut.

Telapak tangannya bergerak mengusap perlahan wajah yang penuh keriput, neneknya terlihat jauh lebih sehat. Kedua sudut bibir tua itu diangkat tinggi ke atas, tangan tuanya terangkat. Mengelus kecil punggung tangan sang cucu tersayang, yang terlihat begitu cantik di mata tuanya.

"Apakah cucu Nenek yang cantik, satu ini habis mengadu pada Rabb-Nya?"

Kepala Alya mengangguk pelan, sudut bibir yang ditarik ke atas bergetar. "Iya, Nek," jawab Alya lembut.

"Sungguh, Allah menyukai setiap rintihan doa dan air matamu, duhai cucuku. Nenek yakin, Allah mengabulkan setiap doa yang Alya pinta. Dengan cara yang paling terbaik menurut-Nya," ujar Yati lembut.

Alya merasa dadanya yang awalnya sempit, tiba-tiba saja terasa lebih lapang. Kedua sisi bahu yang beberapa hari ini, terasa begitu berat. Kini tak lagi membuatnya merasa berat, mendengar penuturan sang nenek.

"Makasih, Nenek."

"Ah, iya. Nenek lupa." Suharti meraih dompet kusam miliknya. Mengeluarkan giok yang sisa separuh, memberikan pada tangan Alya.

Dahi Alya mengerut. "Apa ini, Nek?"

"Jawaban doamu, cucuku. Allah sebegitu mencintaimu, hingga tidak perlu menunggu lama. Allah segera mengabulkan doa hamba-Nya yang sangat ia cintai, sekarang Alya tidak perlu bersedih lagi."

Alya ingin bertanya namun, ia urungkan. Hanya mengulas senyum lembut, kepalanya mengangguk.

"Nah, sekarang ayo tidur di samping Nenek. Sebelum dua jam lagi azan subuh berkumandang," sambung Yati.

Alya mengangguk, gadis itu melepaskan mukenah yang membalut tubuhnya. Melipat rapi, bergerak meletakkan sajadah dan mukenah miliknya di tempat semula, serpihan giok masih ia pegang. Ia merebahkan tubuhnya di samping tubuh sang nenek, memejamkan kedua kelopak mata.

***

1
Merah Mawar
bBgus
Merah Mawar
okeu
Annisa Rahman
Mari mari yuk mampir kesini ditinggu kedatangannya
bolu
selama baca dari chapter 1-22 jalan ceritanya sangat bagus dan fresh, tolong secepatnya update chapter ya kak ✨🌼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!