"Ah...ini di kantor! Bagaimana jika ada yang tau! Kalau istrimu---" Suara laknat seorang karyawati bernama Soraya.
"Stt! Tidak akan ada yang tau. Istriku cuma sampah yang bahkan tidak perlu diingat." Bisik Heru yang telah tidak berpakaian.
Binara Mahendra, atau biasa dipanggil Bima, melihat segalanya. Mengintip dari celah pintu. Jemari tangannya mengepal.
Namun perlahan wajahnya tersenyum. Mengetahui perselingkuhan dari suami mantan kekasihnya.
"Sampah mu, adalah harta bagiku..." Gumam Bima menyeringai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta?
Berusaha terlihat tidak terjadi apapun, tidak ada yang dapat dilakukan olehnya, membelai rambut Pino yang tengah tidur siang. Wanita yang menghubungi ibunya hanya untuk meminta dukungan. Mencari tempat mengadu.
"Halo...ibu..." Ucapnya kala panggilannya diangkat.
"Dira, ada apa? Ibu sedang di luar bersama Sari (ipar Dira)." Suara lalu lalang kendaraan bermotor terdengar. Memang benar, artinya sang ibu tengah keluar dengan saudara iparnya.
"Ibu...aku ingin bercerai dengan Heru." Dira tersenyum berusaha tersenyum, keputusan bulat yang diambil olehnya. Walaupun banyak yang prosedur yang harus diurus. Setidaknya dengan dukungan keluarga dirinya dan Pino dapat bertahan hidup sementara setelah keluar dari rumah.
"Bercerai!? Kamu gila! Heru baru setahun naik jabatan dan sekarang kamu bilang ingin bercerai!?" Bentak Fira.
"Ibu tidak mengerti, beras, lauk, uang mengasuh anak, biaya sekolah, semuanya dibebankan padaku. Aku hampir tidak tidur, bagaimana aku dapat menjadi istri yang sempurna, sekaligus pencari nafkah." Jelas Dira pelan, menggigit ujung bibirnya. Air matanya mengalir, menahan isak tangisannya.
"Kewajibanmu untuk membantu suami. Sekarang ibu bertanya, apa Heru sama sekali tidak bertanggung jawab atas keluarga? Masih bayar listrik dan air bukan?" Fira terdengar menghela napas."Dira! Dengar, masalah suami istri dapat diselesaikan dengan kepala dingin. Kamu hanya harus bersabar dan mengalah. Jadilah istri dan ibu yang baik."
Menghela napas tidak tahan lagi, pada akhirnya Dira mengatakan segalanya, berharap mendapatkan pembelaan."Heru berselingkuh..."
"Itu karena kamu kurang menjaga penampilan. Seharusnya kamu mencontoh ibu atau Sari, dapat menjaga penampilan. Ayahmu tidak pernah berselingkuh karena ibu selalu cantik. Sedangkan kamu? Tidak heran Heru berselingkuh." Tetap Fira bersikukuh menyalahkan putrinya.
"Uang darimana? Bagaimana caranya aku bisa cantik jika tanpa uang?" Tanya Dira tersenyum lirih, bahkan tidak ada dukungan dari keluarga untuknya.
"Makanya pintar mengurus keuangan seperti ibu. Mengatur keuangan saja tidak bisa." Komat-kamit mulut Fira mengomel.
"Uang apa yang aku atur! Kalau setiap bulannya saja minus!" Tangisan Dira terdengar pada akhirnya.
"Gaji Heru pasti diatas 15 juta sebulan. Seharusnya kamu---" Kalimat sang ibu disela.
"Heru tidak pernah memberikan apapun padaku. Apa ibu tidak mengerti? Bagaimana jika ibu ada di posisiku. Dapatkah ibu bertahan selama 8 tahun, dengan suami yang hanya membayar listrik dan air, sementara setiap hari uang makan dan pekerjaan rumah dibebankan padaku?" Tanya Dira, tapi tidak ada jawaban sesaat dari Fira.
Hingga.
"Memohon lah pada Heru, katakan kamu rela dimadu. Dia itu manager, kamu pikir gampang cari suami mapan? Jangan sampai kamu membuang berlian, hanya demi batu kali." Ucap Fira sinis.
"Bagaimana jika Pino ketika dewasa nanti meniru ayahnya? Bagaimana jika nanti Pino mengganggap makhluk yang dapat diinjak seperti keset?" Tanya Dira, emosional.
"Yang jelas, jika bercerai kamu sama sekali tidak boleh pulang ke rumah. Terserah mau kemana, karena itu salahmu. Dosamu menjadi istri yang durhaka." Fira mematikan panggilannya sepihak.
Sedangkan Dira menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak. Dulu dirinya begitu dicintai, begitu disayangi oleh ibunya. Tapi segalanya berubah setelah adik laki-lakinya lahir.
Dira dapat memahami, mengapa adiknya mendapatkan banyak cinta. Benar-benar tidak iri sama sekali, namun tersisihkan di sudut yang jauh dari keluarga?
Sekolah dasar dirinya jalan kaki, sementara adiknya diantar oleh sang ayah. Makanan pun sama, dirinya hanya memakan makanan sisa. Terkadang makanan yang sedikit basi, kata-kata kasar sering diucapkan ibunya dari kecil. Sifat yang benar-benar berubah, setelah kelahiran adiknya...
Terkadang dirinya berfikir, kata demi kata yang diucapkan semua orang tentang anak pancingan. Apa benar dirinya anak pancingan? Anak yang diangkat, hanya agar sang adik lahir? Entahlah... walaupun di akte kelahirannya tertulis anak angkat. Tapi mereka bagaikan ibu dan ayah kandungnya.
Menghela napas, berharap dengan pekerjaannya saat ini dapat mengumpulkan uang untuk dirinya dan Pino bertahan hidup. Setidaknya kehidupan yang stabil, sebelum seseorang bernama Soraya datang menggantikan posisi mereka.
***
Tidak mengetahui wajah pasti dari mantan pacar menantunya. Tapi tepat pukul 7 pagi, setelah mengantar Pino suara klakson mobil terdengar dari depan rumah. Sutini menyipitkan matanya mengamati, menelan ludah. Mobil dengan harga yang sudah pasti lebih mahal dari mobil milik Heru.
"Bau bawang! Cepat keluar aku harus berangkat kerja!" Teriak seorang pria dari dalam mobil. Wajah yang tidak dilihat oleh Sutini, akibat pemuda yang tidak juga turun dari mobilnya.
Dengan cepat Dira mengambil tas besar berisikan makanan untuk Pino dan dirinya. Melangkah keluar, meninggalkan Heru yang mungkin masih terlelap dalam mimpinya. Mengingat Heru pulang pukul 4 pagi.
"Dira apa tidak sebaiknya---" Kalimat Sutini disela.
"Ibu mertua tersayang, aku sudah membayar 1.500.000 pada putramu tercinta. Dia juga sudah menggunakannya, jadi aku hanya sebagai penyewa. Tidak memiliki kewajiban untuk membersihkan rumah atau hal lainnya." Malas berdebat lagi, Dira pergi dengan cepat menghidupkan mesin motor matic tua miliknya.
Mengikuti mobil sang mantan yang mulai melaju, meninggalkan gang rumah. Mengingat dirinya tidak mengetahui lokasi tempat kerja barunya.
Sutini mengamati dengan seksama."Astaga saingan Heru yang hanya ikan emas, ternyata hiu megalodon. Gila! Mobilnya..."
Mengepalkan tangannya, entah mengapa Sutini benar-benar tidak menyukai sosok Soraya. Terlihat begitu gengsian, tidak seperti Dira yang bahkan membersihkan muntahan Sutini ketika sakit. Jujur saja, walaupun mulut menantunya pedas, ketika Sutini atau Heru sakit, akan menjadi malaikat yang menjaga mereka tanpa mengeluh.
Menantunya tercinta memang tidak dapat tergantikan.
"Akh! Terlambat!" Pekik Heru keluar dari kamarnya, mencuci muka, tanpa mandi. Memakai setelan kemeja yang mungkin kemarin sudah dibawanya ke laundry."Dira! Kamu keterlaluan ya? Tidak membangunkan suamimu!" Teriak Heru.
"Dira sudah berangkat kerja dengan mantannya." Sutini menghela napas, berharap putranya cemburu kemudian berubah fikiran.
"Oh... memang istri durhaka!" Keluh Heru mengenakan sepatunya.
"Itu mantannya Dira! Bagaimana kalau mereka balikan? Bagaimana kalau mereka membawa surat cerai kemudian---" Kalimat Sutini terhenti, menyadari putranya yang tersenyum.
"Malah bagus bukan? Ibu akan merestui pernikahanku dan Soraya, setelah kami bercerai." Jawaban tengil dari Heru.
"Anak sial! Susah payah kami mencarikan calon istri sempurna untukmu. Tapi kamu malah selingkuh dengan---" Kalimat Sutini disela.
"Ibu, aku sudah menemukan kebahagiaanku. Kebahagiaan yang aku raih sendiri. Dan Soraya adalah kebahagiaanku... semalam aku membelikan alat tes untuk Soraya... hasilnya positif. Ibu akan memiliki cucu." Dari raut wajahnya, Heru terlihat benar-benar bahagia.
Ibu mana yang tidak akan bahagia atas kebahagiaan putranya."Tapi Pi... Pino..." Sutini menunduk terisak, tidak banyak yang diberikan olehnya pada cucunya. Pino yang begitu mandiri dan pintar, cucu yang selalu dibanggakan olehnya pada para tetangga.
Heru memeluk Sutini erat."Ibu ingin aku bahagia bukan? Kebahagiaanku adalah Soraya."
8 tahun selalu bersama. Apa benar Heru tidak mencintai Dira?
Namun memang begitu yang ada di otak Heru. Pria kantoran yang memiliki jabatan tinggi sepertinya hanya cocok dengan Soraya.
aahhhh semoga terwujud yaa bayangan heru
👍🌹❤🙏😁🤣