Satu tahun lalu, dia menolong sahabatnya yang hampir diperkosa pria asing di sebuah Club malam. Dan sekarang dia bertemu kembali dengan pria itu sebagai Bosnya. Bagaimana takdir seperti ini bisa terjadi? Rasanya Leava ingin menghilang saja.
Menolong sahabatnya dari pria yang akan merenggut kesuciannya. Tapi sekarang, malah dia yang terjebak dengan pria itu. Bagaimana Leava akan melewati hari-harinya dengan pria casanova ini?
Sementara Devano adalah pria pemain wanita, yang sekarang dia sudah mencoba berhenti dengan kebiasaan buruknya ini. Sedang mencari cinta sejatinya, namun entah dia menemukannya atau tidak?
Mungkinkah cintanya adalah gadis yang menamparnya karena hampir memperkosa sahabatnya? Bisakah mereka bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis Aneh
Setelah kelulusan, adalah hidup yang sebenarnya. Leava harus mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Dia memasukan beberapa lamaran ke beberapa Perusahaan, tapi masih belum ada panggilan kerja sampai sekarang. Akhirnya dia memilih untuk pulang ke Kota orang tuanya. Sebenarnya dia sudah sangat merindukan orang tuanya.
Sudah dua hari dia berada disini, rumah orang tuanya yang berada di Pemukiman sederhana disini, Ibu dan Ayahnya membuka toko oleh-oleh dekat pantai disini, wisata yang cukup banyak pengunjung. Toko kecil sederhana yang tak bisa dibandingkan dengan toko oleh-oleh besar lainnya. Tapi dari hasil ini, mereka bisa membantu anaknya untuk kuliah. Meski Leava juga bekerja paruh waktu, tapi orang tuanya tetap mengirimnya uang meski tidak banyak. Karena biaya adiknya juga semakin besar.
"Lea, ada pesanan yang harus kamu antar ke Villa disana. Bisa 'kan?" ucap Ibu.
Lea yang sedang duduk diam di kursi yang berada di luar toko, langsung menoleh pada Ibunya. "Siap Bu"
Leava langsung menghampiri Ibunya, menatap barang yang cukup banyak yang harus dibawa. "Banyak banget Bu, mereka kapan pesannya? Yang liburan disini ya?"
"Kemarin sudah datang kesini, dan karena dia hanya berjalan berdua saja. Jadi minta di antarkan saja. Pesannya juga cukup banyak. Makanya kamu pergi sama adik kamu biar gampang bawanya. Pakai motor Bapak saja"
Leava mengangguk saja, dia langsung menoyor kepala adiknya yang duduk di kursi sambil main game di ponselnya. "Ayo cepat, main game mulu"
"Iya iya, sabar napa Kak"
Adik laki-lakinya yang baru lulus SMA sekarang, dan sedang daftar kuliah. Tentu Leava sedang memikirkan biaya sekolah adiknya sekarang. Dia harus segera mendapatkan pekerjaan untuk membantu orang tuanya.
Leava dan Dika, langsung menyalami Ibu mereka. Pergi dengan Dika yang mengendarai motornya dan Lea yang memegang dua kantong plastik besar. Belum satu kantong lagi berada di bagian depan motor.
"Benar-benar rezeki nih, Dik. Pesanan banyak banget ya. Kayaknya pertama kali deh ada yang pesan sebanyak ini dari toko kita" ucap Leava.
"Iya Kak, kayaknya memang yang liburan di Villa itu orang kaya semua deh. Gayanya aja beda. Makanya beli oleh-oleh segini mah gak akan kerasa buat mereka"
Leava tertawa pelan, memang berada di tempat wisata. Kebanyakan adalah orang berada dan terpandang yang memiliki Villa pribadi disini. Sungguh kehidupan yang sangat jauh berbeda dengan mereka yang sederhana.
"Kalau orang biasa-biasa, pastinya harus sewa penginapan. Kalau sudah tinggal di Villa, pastinya Villa pribadi ini. Apalagi Villa ini 'kan memang tidak pernah di sewakan" ucap Lea.
Mereka baru saja sampai di depan Villa mewah ini. Diantara banyaknya Villa disini, memang Villa ini yang paling mewah dan tidak pernah disewakan. Mungkin memang hanya disediakan untuk keluarga liburan.
Mereka turun dari motor dengan membawa kantung plastik besar itu. Dika menekan bell. Menunggu beberapa saat sampai pintu dibuka. Seorang wanita cantik keluar dengan senyum manisnya.
"Permisi Kak, ini mau antar pesanan dari Toko Oleh-oleh Rendika" ucap Leava.
Rena yang menerima tamu itu, langsung tersenyum. "Bawa masuk saja ya sekalian, aku belum bayar juga sisanya"
"Baik Kak"
Dika menatap Kakaknya, sebelum mereka masuk. "Wah, kita masuk juga ke Villa ini Kak. Keren, gue penasaran banget sama dalemnya gimana"
"Hust.. Diem lo, jangan banyak ngomong. Malu!"
Setelah mereka masuk ke dalam, Leava melihat ada beberapa orang di ruang tengah. Tiga orang pria dan satu wanita. Benar-benar sedang liburan keluarga.
"Siapa Sayang?" tanya Tio, suaminya Rena.
"Ini yang antar pesanan oleh-oleh kita" ucap Rena. Dia menoleh pada dua orang itu. "Tunggu disini sebentar ya, aku ambil uangnya dulu"
Dika hanya mengangguk saja sambil terkesima dengan isi dari Villa ini. Benar-benar mewah dan semua barangnya juga bukan barang biasa. Mengumpulkan puluhan tahun pun, sepertinya dia tidak akan pernah bisa membeli satu barang pun yang ada disini.
Sementara Leava masih terfokus pada satu pria yang duduk di antara yang lainnya. Dia masih mengingat wajahnya. Perlahan Lea berjalan dengan menyimpan kantung plastik besar yang dia bawa itu di atas lantai.
"Lo pria bajingan itu 'kan? Heh, beneran lo"
"Kak" Dika yang panik dengan apa yang dilakukan Leava. Bahkan Kakaknya itu yang berkata kasar dan dengan menunjuk wajah salah satu pria tampan disana. Mungkin bukan hanya Dika yang terkejut, karena yang lainnya juga begitu terkejut.
Devano langsung terdiam dengan kaget, wajahnya berubah dingin. Dia tidak mengenal gadis ini, tapi tiba-tiba dia marah-marah tidak jelas padanya.
"Apa maksudmu? Aku tidak mengenalmu!" tekan Devano dengan suara rendah yang terdengar begitu dingin.
Leava menghembuskan nafas kasar, dia menatap kesal dan penuh amarah pada Devano. "Lo tuh cowok bajingan yang hampir merko*sa temen gue. Masa lo lupa sama kelakuan gila lo itu!"
Devano langsung terdiam, dia memang banyak meniduri wanita saat dulu. Tapi dia tidak ingat satu-satu dari wanita itu, mungkin karena terlalu banyak. Sampai Leava menyebutkan salah satu Club yang memang sering dia kunjungi. Dia mencoba mengingat-ngingat lagi.
"Jangan pura-pura amnesia deh lo. Gue tahu kalo lo itu emang pemain wanita. Ya tapi jangan temen gue juga" ketus Leava.
Dika mulai panik, dia langsung menghampiri Kakaknya. "Kak udah Kak, ngapain si marah-marah disini. Lo mungkin salah liat Kak. Masa pria seperti ini melakukan hal itu"
Leava menghempaskan tangan adiknya yang menariknya itu. "Eh, lo pikir gue buta apa. Gue masih inget wajah ini nih yang hampir per*kosa Kirana. Untung aja gue keburu dateng"
Devano menghembuskan nafas pelan, sepertinya dia juga tidak bisa marah. Karena pastinya banyak wanita yang dia tiduri tanpa dia kenali siapa. Sekarang mengelak pun tidak akan memperbaiki keadaan yang sudah pernah terjadi.
"Baiklah, mungkin saya lupa dan saya minta maaf karena melecehkan temanmu itu. Sekarang saya sudah berubah dan tidak ingin lagi melakukan hal seperti itu" ucap Devano.
"Tuh Kak, dia udah minta maaf. Udah, kita pulang aja sekarang. Jangan cari masalah" ucap Dika yang memegang tangan Kakaknya.
Leava berdecak pelan, dia menghempaskan kembali tangan adiknya. Lalu menunjuk wajah Devano dengan kesal. "Untung temen gue belum lo ambil kesuciannya. Kalo udah, lo gak bakal lepas dari gue. Ck, cowok kaya emang seenak jidat"
"Udah Kak, udah" Dika langsung menarik tangan Kakaknya untuk menjauh dari Devano.
Rena malah tersenyum melihat adegan ini, dia menghampiri Dika dan memberikan sisa uang pembayaran. "Terima kasih sudah antar pesanannya ya"
"Iya Kak sama-sama. Maaf ya karena Kakak saya buat keributan disini. Dia emang singa betina"
"Diam lo!" lirikan tajam dari Leava langsung membuat adiknya tersenyum masam.
Dika langsung membawa Leava keluar dari sana. Bisa bahaya jika Kakaknya berlama-lama berada disini.
Sementara Rena langsung menghampiri Kakaknya dan duduk disampingnya. "Kak, gadis itu berani sekali ya. Jarang-jarang ada yang berani bentak-bentak Kakakku yang tampan dan dingin ini. Kebanyakan malah terpesona sama Kakak. Menarik ya Kak"
Devano tidak menjawab, dia hanya terdiam dengan terus mencoba memikirkan tentang kejadian yang di maksudkan oleh gadis barusan. Terus mengingat setiap wanita yang pernah dia temui dan yang pernah menjadi teman tidurnya.
Gadis aneh.
Bersambung