Soya Pinkblack Wijaya, pewaris tunggal Wijaya Company yang berusia 18 tahun, adalah gadis ceria, cantik, dan tomboy. Setelah ibunya meninggal, Soya mengalami kesedihan mendalam dan memilih tinggal bersama dua pengasuhnya, menjauh dari rumah mewah ayahnya. Setelah satu tahun kesedihan, dengan dorongan sahabat-sahabatnya, Soya bangkit dan memulai bisnis sendiri menggunakan warisan ibunya, dengan tujuan membuktikan kemampuannya kepada ayahnya dan menghindari perjodohan. Namun, tanpa sepengetahuannya, ayah dan kerabat ibunya merencanakan perjodohan. Soya menolak, tetapi pria yang dijodohkan dengannya ternyata gigih dan tidak mudah menyerah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nancy Br Sinaga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2
Yoyowahana nama panjangnya, gadis dengan warna kulit kuning langsat khas Indonesia ini berlari kecil menghampiri Kevin yang sedang berhadapan dengan sahabat sekaligus adik sepupu pria tampan yang digandrungi satu sekolahan itu.
"Telat, again?" ujar Hana terkekeh hingga memperlihatkan gigi gingsulnya.
"Kalian berdua kalau cuma mau menghakimi aku, mending pergi sana! sebelum tuh nenek lampir datang!" usir Soya pada dua orang didepan nya ini.
Kevin hanya bisa menggelengkan kepalanya tanda tak tahu harus bagaimana lagi menyikapi sikap sepupu satu-satunya ini. Sedangkan Hana justru menoyor kepala Soya hingga gadis cantik itu mendongak.
"Jangan lupa PR matematika!" lirih Hana di samping telinga kiri Soya. Soya yang melupakan jika hari ini ada pelajaran salah satu guru galak yang terkenal dengan penggaris kematian itu menelan ludahnya.
"Yuk, kita balik ke kelas. Tinggalkan gadis bengal ini panas-panasan disini!" tutur Kevin sambil menggenggam tangan Hana membuat gadis setinggi 150 sentimeter itu mendongak menatap kakak kelas fenomenal itu.
"Woi! temanku mau bawa kemana!" teriak Soya membuat guru yang melintas menghentikan langkah nya.
Sedangkan Kevin dan Hanya tetap melenggang menuju ke kelas.
"Dah sampai, aku masuk ke kelas ya!" Kevin mengacak rambut Hana membuat gadis itu mengerjap bingung.
"Kak Kevin, kesambet apa dah!" Hana masih bengong di depan kelas sampai Jino sahabatnya harus menepuk pundaknya sedikit keras agar gadis itu tersadar dari khayalannya.
"Ish, Jino! bikin kaget aja!" serunya.
"Lagian, ngapain bengong disini, habis ini pelajaran bu Mirnah, loh!"
"Kak Kevin tadi tiba-tiba gandeng tangan aku Jin! nganter aku sampai sini!" ujar Hana masih dengan nyawanya yang terbang entah kemana.
"Mimpi jangan ketinggian! siang hari bolong udah kesambet jin aja!" seru Jino.
"Nggak percaya banget sih, Jino!" seru Hana sambil mengejar pria manis satu gengnya.
...***...
Soya yang telah menyelesaikan hukumannya, memilih langsung menuju kantin terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam kelas. Ia sandarkan punggungnya di kursi kantin dan berteriak memesan es jeruk kesukaannya.
"Kena hukum lagi, Non? tanya Ibu kantin.
" Biasa lah Bu!" Soya!" ujarnya sambil menepuk dadanya, bangga atas kelakuan yang tak patut dicontoh itu.
Sedangkan di dalam kelas XII IPA 1, terjadi ketegangan di antara siswa dan siswi.
"Kumpulkan! PR kalian!" Bu Mirnah si pemilik garisan panjang sepanjang tongkat nabi musa sudah stanby di mejanya. Jika tongkat nabi musa bisa membelah lautan namun tidak dengan penggaris bu Mirnah, ia bisa membelah hati hingga tak bersisa.
"Yang tidak mengumpulkan maju kedepan!" teriaknya.
Jino sahabat sekaligus teman sebangku Soya. Berdiri hingga membuat kakinya gemetar, "Mampus! kiamat datang!" lirihnya.
"Jino, Jino! kebiasaan!" ucap Hana yang duduk di depannya dengan tawa renyahnya.
"Kamu kenapa nggak ngingetin sih!" menyenggol lengan Hana pelan.
"Bodo amat! maju gih!" Hana tertawa tertahan. Sedangkan siswa yang tidak mengerjakan PR sudah berdiri berbaris menghadap tembok.
"Plak!"
"Aduh!" Jino beserta lima siswa lainnya meringis menahan sakit akibat pukulan di betis mereka. Sedangkan Soya yang tak ingin mendapat hukuman memilih bersembunyi di etalase ibu kantin untuk menyelamatkan nyawanya.
Jam menunjukkan pukul 12 yang artinya tak lama lagi siswa dan siswi sekolah bergengsi itu akan menyelesaikan perjuangan mereka menuntut ilmu hari ini.
"Ya! ngemall yuk!" ujar Jino
"Ngapain ke mall?" sahut Hana
"Rebahan!" ucap Jino kesal.
"Hana dan Soya cekikikan mendengar kesal sahabat mereka.
"Aku nggak bisa kemana-mana hari ini, Mommy Winda nyuruh kerumah.
" Tante Winda?" ujar Jino dan Hana bersamaan.
Jika wanita bernama Winda itu meminta Soya datang ke kediamannya pasti ada masalah serius yang harus segera dibicarakan.
"Minta Ucup, bawa motor aku pulang!" ujar Soya yang mendapat anggukan dari Jino.
"Bareng, kan Kevin?" Tanya Hana.
"Jelas, nggak usah ditanya lagi!" ujar Soya malas.
Dan kini , gantian ia tang mendapatkan kekehan dari dua sahabat laknatnya itu.
Dari kejauhan dua orang gadis yang merupakan anak kelas IPS memandang Soya and gengs sambil berdecak.
"Soya cuma beruntung saja karena jadi anak konglomerat sekaligus sepupu Kevin, coba saja dia tidak memiliki itu semua. Masih baik dan cantik aku kemana-mana 'kan?" ujarnya sambil menelisik penampilannya sendiri. Teman yang bermuka dua setiap hari mendukung semua kejahatannya itu hanya bisa tersenyum mengiyakan. Padahal di hatinya ia juga mengagumi Kevin.
Duh makin penasaran nih kelanjutannya.