penasaran dengan cerita nya lansung aja yuk kita baca ...
Yuk kita ramaikan ...
Up setiap hari...
Sebelum lanjut baca jangan lupa follow , like, subscribe, komen , gift dan vote....
Apapun yang terjadi tetaplah bahagia jangan lupa tersenyum...
Selamat membaca....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teteh Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
"Kami juga sudah menyampaikan nya kepada Syifa tentang maksud kedatangan Ustad Faisal dengan keluarga ke sini.
Umi, tolong bawa Syifa ke sini sekarang ! "
Umi Salma pun segera bangkit dari dudu knya dan langsung menuju kamar putri nya .
Tok tok tok... Umi Salma mengetuk pintu kamar Syifa.
"Syifa ayo keluar sayang, semua sudah menunggu mu sayang. "
Syifa yang mendengar suara Umi nya langsung pun tersadar kan dari lamunan nya. Dan dia berjalan perlahan menuju pintu kamar nya.
Lalu membuka pintu. Cekrek yang langsung di sambut oleh senyuman Umi Salma.
" Masya Allah sayang kamu sangat cantik sekali memakai pakaian syar'i yang berwarna maron ini nak ".
Umi Salma pun menggenggam tangan Syifa dan membawa nya ke ruang keluarga.
Syifa berjalan sambil terus menunduk kan wajah nya. Dia tidak berani untuk menatap wajah orang yang akan di temui nya itu.
Begitu pun dengan Haris dia menunduk kan kepala nya karena menghindari dari memandang yang bukan mahram nya.
"Bagaimana sayang kamu bersedia dengan perjodohan ini ? "
Ustadz Aziz bertanya kepada putri nya. Syifa pun terdiam dan tak langsung menjawab.
Syifa bingung harus berkata apa, di sisi dia tidak ingin membuat kedua orang tua nya itu kecewa dan bersedih, akan tetapi di sisi lain juga dia masih ingin meraih cita-cita nya yang sudah dia rancang dengan sangat indah, Apakah aku harus merelakan semua impian ku itu demi orang tua ku... Atau....
"Maaf Abi, tapi apakah boleh aku bicara hanya dengan orang yang akan di jodohkan dengan ku?"
"Tentu saja sayang, Abi mengizinkan kalian untuk berbicara. "
Syifa kemudian berdiri dari duduk nya dan meminta izin untuk ke teras depan rumah nya dan tentu saja di ikuti oleh Haris dari belakang nya.
Syifa berdiri di depan teras rumah nya tanpa menoleh ke belakang karena dia tahu kalau di belakang nya sudah ada seorang pemuda yang akan di jodoh kan dengan nya.
Ehem ....
Haris berdehem pelan.
"Apa yang ingin kamu bicara kan, cepat katakan lah."
Haris pun langsung menanyakan apa yang ingin di bicarakan Syifa kepada nya.
"Berapa usia anda?"
Hal pertama yang di tanya kan Syifa adalah usia pemuda yang akan menikahi nya itu, karena menurut cerita yang disampaikan umi Salma tentang diri nya yang sebagai dosen sekaligus juga Ustadz sepertinya dia sudah sangat tua.
"29 tahun"
Jawab Haris secara singkat.
"Wah wah wah... Ternyata anda sudah tua ya. Ah maksud saya ternyata Bapak sudah tidak muda lagi ,pantas saja Bapak mau menerima perjodohan ini."
"Saya menerima perjodohan ini bukan karena usia, dan menurut saya dalam pernikahan usia bukan lah suatu masalah."
Jawab Haris.
"Lalu kenapa Bapak menerima perjodohan ini?"
"Karena saya tidak mempunyai alasan untuk tidak melakukan apa yang membuat orang tua saya senang. Dan saya percaya orang tua saya tidak akan mengambil keputusan yang salah apalagi ini tentang pernikahan yang akan dijalani seumur hidup." Ucap Haris lagi.
"Tapi bagaimana dengan ku, aku kan masih sangat muda dan masih ingin meraih cita-cita ku dan membahagiakan kedua orang tua ku."
"Bukankah saya sudah katakan bahwa usia bukan lah suatu masalah dalam sebuah pernikahan , dan seperti nya sudah tidak ada hal lain yang perlu di bicarakan lagi saat ini. Kalau begitu saya permisi, Assalamualaikum."
Haris pun kembali masuk ke dalam rumah dan meninggal kan Syifa begitu saja.
Dasar Bapak Bapak tua , dia pasti menerima perjodohan ini karena sudah tidak ada wanita lain yang mau menikah dengan nya. Dengan kesal Syifa pun kembali masuk ke dalam rumah nya.
"Bagaimana nak Syifa kamu tidak keberatan kan menikah dengan anak Umi?"
Syifa pun terdiam mendengar pertanyaan Umi Inayah, dia tidak tahu harus menjawab apa.
"Ustad Aziz, bagaimana kalau perjodohan ini di percepat saja? mengingat sudah tidak ada lagi yang harus di tunggu, maka alangkah baik nya jika pernikahan ini di laksanakan secepat nya. Tapi kalau itu juga ustad Aziz tidak keberatan?"
Ustad Aziz pun menjawab.
"Tentu saja saya tidak keberatan Ustaz Faisal, saya setuju kalau pernikahan ini di percepat."
Syifa pun terkejut dan membulatkan kedua matanya karena Abi nya setuju dengan yang di katakan Ustaz Faisal. Rasanya aku ini seperti mimpi (Ya Allah kenapa secepat ini ).
"Bagaimana Nak kamu bersedia?"
Ustadz Aziz bertanya kepada Haris, dan langsung mendapat jawaban.
"Insya Allah saya bersedia Ustadz."
Haris menjawab sambil menganggukkan kepalanya.
Sontak saja semua orang langsung mengucapkan "Alhamdulillah."
Semua orang tersenyum bahagia namun tidak dengan Syifa, dia masih tidak menyangka kalau akan menikah secepat ini. Ingin sekali rasa nya dia menolak perjodohan nya itu akan tetapi dia tidak berdaya untuk membuat orang tua nya kecewa.
Dua minggu kemudian.
Hari hari yang di tunggu pun telah tiba ....
Bagaimana para saksi "sah ...."
"SAH"
Alhamdulillah
Setelah selesai membaca do'a.
Syifa dimintai untuk menyelami Haris yang kini sudah menjadi suami nya.
"Ayo sayang, di salami dulu suami nya."
Setelah melakukan doa Haris mencium kening istri nya dengan lembut.
Hal itu membuat Syifa gemetar dan sangat gugup sekali.
Para undangan, kerabat, dan sahabat yang hadir di acara pernikahan tersebut, satu persatu mulai berpamitan pulang hingga kini tinggal lah dua keluarga yang sudah berteman sejak lama yang kini resmi menjadi besan.
"Seperti nya saya juga harus pulang sekarang. karena masih ada pekerjaan di pesantren yang harus di kerjakan besok."
Usap ustad Faisal.
Ustaz Faisal berpamitan karena akan pulang sore ini juga. Sebenar nya dia masih ingin berlama-lama di sini tapi dia juga tidak bisa meninggalkan tanggung jawab nya di pesantren. Walau pun pesantren tersebut adalah milik nya sendiri.
"Baiklah Faisal tidak apa-apa.
Mungkin lain kali kami yang akan berkunjung ke sana. "
Ustadz Aziz sangat memahami apa yang di maksud oleh besan nya itu karena dia juga mempunyai pesantren jadi dia tahu betul bagaimana peran nya.
Sebelum pulang umi Inayah juga berpesan pada anak nya agar selalu bersikap baik pada istri nya.
"Haris tolong jaga dan selalu bersikap baik lah pada menantu umi ini ya.
Jangan sesekali kamu menyakiti hati nya. Kalau suami mu macam-macam atau dia menyakiti mu bilang saja sama umi ya biar umi yang akan kasih dia pelajaran karena sudah berani menyakiti menantu umi! " Ucap umi Inayah.
Syifa mengangguk dan menjawab. "Baik Umi."
Dia meraih tangan Umi Inayah dan mencium nya. Umi Inayah pun memeluk Syifa dan mencium kening menantu nya itu dengan penuh kasih sayang.
Setelah selesai berpamitan Ustad Faisal dan umi Inayah pun pulang.
Syifa sudah pergi ke kamar nya. Sementara Haris masih duduk di ruang keluarga bersama Ustad Aziz.
"Nak Haris terima kasih karena kamu sudah mau menerima perjodohan ini dan menikah dengan Putri saya. Syifa masih butuh banyak bimbingan dan saya percaya bahwa kamu bisa membimbing nya menjadi lebih baik lagi nak. "
"Iya ustad, Insya Allah saya akan berusaha menjadi pemimpin yang baik bagi nya dan selalu membimbing nya ke jalan yang benar."
"Sekarang saya sudah menjadi orang tua mu juga nak . Jadi panggil lah saya seperti kamu memanggil orang tua mu sendiri nak."
Haris pun mengangguk kan kepalanya dan menjawab .
"Baik lah, bi ."
----------------