Yang satu punya banyak problematik, yang satunya lagi bocah bebas semaunya. Lalu mereka dipertemukan semesta dengan cara tak terduga.
Untuk tetap bertahan di dunia yang tidak terlalu ramah bagi mereka, Indy dan Rio beriringan melengkapi satu sama lain. Sampai ada hari dimana Rio tidak mau lagi dianggap sebagai adik.
Mampukah mereka menyatukan perasaan yang entah kenapa lebih sulit dilakukan ketimbang menyingkirkan prahara yang ada?
Yuk kita simak selengkapnya kisah Indy si wanita karir yang memiliki ibu tiri sahabatnya sendiri. Serta Rio anak SMA yang harus ditanggung jawabkan oleh Indy.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Belahan bumi yang lain, masih dalam satu kota.
Seorang anak lelaki bernama Rio Erlangga baru saja pulang ketika matahari sudah berganti malam. Dia hidup bersama ayahnya yang berprofesi sebagai tukang ojek berbasis online. Tidak ada sosok wanita di rumah mereka sejak dulu, bahkan Rio tidak sempat mengenal wajah ibunya. Cerita Bapak, ibunya telah meninggal dunia sejak Rio masih kecil.
Suatu masa, pemuda berusia 18 tersebut pernah melewati masa sulit. Dia menjadi korban pembullyan dari orang-orang berusia diatasnya. Dihina miskin sudah menjadi santapan telinganya setiap hari. Ia kerap menerima perlakuan tidak mengenakkan, sampai akhirnya dia tidak sanggup lagi menahan.
Dengan terseok-seok membawa lebam-lebam serta wajah yang berdarah-darah, Rio yang waktu itu masih berusia tujuh tahun tersungkur dipinggir selokan dekat seorang pria kekar berdiri yang sedang mendengus.
Sadar ada anak kecil tergeletak tidak berdaya, pria itu lantas membangunkannya seperti anak kucing. Gerakannya tidak ada kelembutan sama sekali, tetapi karena tidak ada respon dari Rio, pria itu langsung membopongnya ke markas tersembunyi. Di sana Rio mendapat perawatan seadanya.
Setelah sadar, Rio justru mendapat hadiah tidak terduga alih-alih mendapat musibah. Dia dilatih menjadi orang yang tidak bisa ditindas. Begitulah sedikit cerita tentang Rio kecil.
Sekarang, dia tumbuh menjadi pemuda yang imut bertubuh kurus namun sangat mematikan untuk diinjak.
Tok.. tok.. tok..
Pintu rumahnya ada yang mengetuk. Rio yang sedang membersihkan tempat tidur untuk dirinya dan sang ayah gunakan beristirahat langsung beranjak membuka pintu.
"Ada apa Pak RT? Bapak belum pulang." Tuturnya. Pak RT mengatur nafas.
"Rio, Apakah Bapak hari ini sehat?"
"Sehat. Lagi pergi ngojek juga kan."
Pak RT menepuk bahu Rio. "Bapak kamu, udah nggak ada Rio."
"Maksudnya?"
"Pak Noto ditemukan meninggal dunia diatas motor miliknya. Beliau diduga terkena serangan jantung." Sesak merambati dada Rio, membuatnya kian sulit bernafas. Diantara tarikan nafas yang terasa berat, Rio masih mampu mengutarakan sebaris tanya dengan tatapan nanar. Dia baru sadar kalau saat ini malam sudah menapaki larut.
"Sekarang Bapak saya dimana?" Suara Rio bergetar.
Pak RT lantas membawa Rio ke tempat pembaringan Pak Noto. Rio pergi dengan pikiran yang berkecamuk. Dia sekarang sendirian di dunia yang tidak terlalu ramah untuknya. Harus kemana dia melangkah sementara saat ini ia masih duduk di bangku SMA?
...*****...
Peristiwa perginya Pak Noto sudah berlalu seminggu yang lalu. Tujuh harian Bapak sudah lewat dan saat ini hanya sepi yang tersisa. Sekarang satu-satunya yang bisa diandalkan Rio hanyalah dirinya sendiri, maka dengan keadaan yang tidak memungkinkan, Rio tetap optimis melanjutkan sekolah dan belajar dengan benar.
Kegiatan belajar mengajar sudah rampung terlaksana. Para siswa-siswi berhamburan pulang menuju gerbang sekolah. Ada yang dijemput dan juga yang naik angkutan umum. Namun keduanya tidak berlaku bagi Rio, karena pemuda itu berjalan kaki sejauh tiga kilometer untuk sampai ke kontrakan tempat tinggalnya.
Rio memotong jalan memasuki gang sempit dan sepi yang jarang terjamah lalu lalang.
"Tolong!"
Vena, asisten Indy sedang di ganggu beberapa berandalan. Rio tidak bisa mengacuhkan perbuatan tersebut langsung datang menolong. Awalnya Rio hanya menggertak menggunakan lisan bernada tinggi, tetapi lawannya meremehkannya karena merasa seperti digertak oleh anak curut. Terjadilah perkelahian kecil di antara mereka.
BAG! BUG! BAG! BUG! PLETAK... KLONANG.. KLONANG..
Lelaki pengganggu Vena lari terbirit-birit.
"Dek, terimakasih ya sudah nolongin saya. Ini terimalah." Vena menyurukkan uang cukup banyak.
"Nggak usah Kak, Saya ikhlas menolong. Permisi." Rio membenarkan tas gendongnya lalu beranjak pergi.
"Tunggu!" Vena mencegah Rio. Pemuda itu menoleh, "saya berhutang budi. Kalau begitu kita bisa bertukar jasa. Jika adek ada yang perlu dibantu jangan sungkan bilang saya." Sambung Vena. Rio hanya mengangguk.
"Iya Kak. Saya setuju, tetapi tidak saya gunakan untuk sekarang. Permisi."
"Siapa namu kamu Dek?" tanya Vena, berusaha menghentikan Rio lagi.
"Rio."
Vena bertanya lagi dan terus mengulik hal yang lebih detail. Akhirnya mereka terlibat obrolan dan Rio pun mengutarakan keinginannya mencari penghasilan sambil bersekolah. Vena memberi tawaran untuknya.
"Rio, kamu bisa bekerja menjadi asisten rumah tangga di rumah bos saya. Kebetulan beliau sedang membutuhkannya, bagaimana?"
Rio berfikir, "kalau mengganggu jam sekolah, saya tidak bisa."
"Tidak mengganggu kok. Pekerjaan ini bisa dilakukan kapan saja asalkan beres."
"Baiklah kalau begitu. Saya mau."
Vena bernafas lega, begitupun dengan Rio. Anak itu menengadahkan wajah ke langit, memejamkan matanya sejenak sambil mengucap syukur dalam hatinya. Permasalahannya soal biaya hidup sudah menemukan titik terang.
.
.
.
Bersambung.
Epilogue.
"Ven, apa kamu sudah punya jawaban tentang goresan mobil saya?" Indy bertanya kepada Vena.
"Sudah Nona. Berdasar data yang kami dapat, mobil anda bergesekan dengan pengendara motor ojek online."
"Apa?! bagaimana kondisinya? apa dia terjatuh?"
"Tidak Nona. Beliau hanya kehilangan keseimbangan sementara, dan langsung dapat menguasai keseimbangannya kembali. Tetapi saat Bapak itu meneruskan perjalanan pulang, beliau menepikan motornya lalu duduk diatas motor tanpa melakukan apa-apa. Hingga akhirnya warga menemukan Bapak itu sudah tidak bernyawa dalam keadaan duduk diatas motor. Beliau telah meninggal dunia diduga karena serangan jantung."
Indy tersentak kaget. Wajahnya memucat dan perasaannya mendadak gusar
"Lalu bagaimana dengan keluarga yang ditinggalkan?"
"Beliau hanya memiliki satu anak yang masih bersekolah Nona. Istrinya sudah tiada."
"Bawa dia ke rumah ini dengan cara yang tidak menimbulkan tanda tanya Ven. Aku ingin membiayai hidupnya sampai dia bisa mandiri. Gunakan sedikit drama untuk membawanya kepadaku."
"Baik Nona."
Astaga! ada-ada saja. Indy memijit pelipisnya.
Meskipun Pak Noto berpulang bukan karena luka akibat benturan kecelakaan dengan Indy, namun wanita itu merasa bersalah karena telah membuat Pak Noto merasa kaget hingga terjadilah yang tidak diinginkan.
Heh, jd keinget gaya helikopter nya Gea sm Babang Satria🤣