Awan menyingsing berdendang di langit senja yang muram. Desir angin menusuk hangat dingin di malam yang membeku. Debur ombak memecah keheningan malam. Seorang gadis berusia 18 tahun tergeletak di lantai sebuah ruangan kosong tepi pantai. Wajahnya membengkak bekas dipukuli, tangan dan kakinya penuh dengan luka darah yang mengering.
Dinginnya angin malam menusuk sampai ke tulang membuat Chika membuka matanya. Chika memegang kepalanya yang terasa berat. Chika merintih menahan sakit. Chika sungguh tidak mengerti, apa kesalahan yang dia perbuat sehingga disiksa seperti ini.
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana nasib Chika? Dosa apa yang diperbuat Chika?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Apa Salahku?
Di rumah sakit, setelah mendapatkan perawatan Chika mulai tersadar. Chika membuka matanya. Chika melihat infus yang terpasang di tangan kanannya dan perban yang melingkar di kepalanya. Tanpa memperdulikan rasa sakit di sekujur badan, Chika bangun dari tempat tidurnya.
"Nona sudah sadar?"
"Si ... siapa Anda?" Chika menyembunyikan wajahnya dari dalam selimut.
"Saya orang yang menemukan Anda di jalan. Nama Saya Roy."
"Jangan dekat-dekat, jangan dekat-dekat," Chika ketakutan.
"Permisi, benar di sini pasien yang bernama Chika?" tanya seseorang.
"Pak Emil," panggil Chika dari balik selimut.
"Chika, apa yang terjadi?" Emil melihat ke arah Roy.
"Permisi, kenalin nama saya Roy. Saya yang menemukan Nona Chika. Dan saya yang membawa dia kemari. Saya menemukannya di pinggir jalan." Roy mengulurkan tangannya.
"Saya Emil, Bos tempat Chika bekerja," Emil membalas uluran tangan Roy.
"Permisi, maaf saya mau periksa keadaan Nona Chika," Dokter Wanita mendekati Chika.
"Bagaimana Dok?" tanya Emil.
"Lukanya sangat parah. Sepertinya Nona Chika baru saja mengalami kekerasan. Dan Nona Chika mengalami trauma."
"Dok, bolehkah saya beristirahat di rumah? Saya takut tinggal di sini. Dan saya juga tidak sanggup membayar biaya rumah sakit," kata Chika.
"Nona Chika, jangan khawatir semua biaya rumah sakit biar saya saya yang tanggung," ucap Roy.
"Maaf, saya tidak kenal siapa Anda," Chika kembali menyembunyikan wajahnya di balik selimut.
"Nona Chika, saat ini tangan dan kaki Anda terluka. Untuk sementara Anda masih belum bisa pulang. Setelah luka-lukanya sembuh Anda diperbolehkan pulang,"
"Tapi Dok ...."
"Nona Chika, saya janji tidak akan datang lagi kemari jika membuat Anda takut. Jangan khawatir biaya rumah sakit biar saya yang bayar," ucap Roy.
"Apa hubungan Anda dengan Chika?" Emil menaruh curiga.
"Saya hanya membantu Nona Chika, setelah saya mencari identitas dirinya." Roy menyerahkan dompet Chika kepada Emil.
Setelah melihat isi dompet Chika, Emil akhirnya mengerti alasan Roy membantu biaya pengobatan Chika.
"Chika lebih baik kamu istirahat saja di sini sampai luka kamu sembuh," Emil mencoba membujuk Chika.
"Pak Emil, saya tidak bisa membalas kebaikannya. Lagi pula saya tidak mengenalnya. Dan Pak Emil, motor restoran hilang," Chika menangis.
"Masalah motor, nanti kita pikirkan. Yang penting kamu sehat dulu,"
"Dokter, saya mohon. Izinkan saya istirahat di rumah." Chika bersikeras.
Setelah melihat Chika yang tetap ingin keluar dari rumah sakit, akhirnya dengan terpaksa Dokter mengizinkannya. Dokter menuliskan resep untuk Chika. Dengan sigap Roy menebus resep dari Dokter. Chika juga harus menggunakan kursi roda untuk sementara. Bu Dokter dengan ikhlas hati meminjamkan kursi roda untuk Chika dan Chika kapan saja bisa mengembalikannya ke rumah sakit.
"Sekali lagi terima kasih banyak atas kebaikan Anda. Boleh saya minta nomor rekening Anda. Saya akan mencicilnya," Chika mengatupkan kedua tangannya.
"Baiklah, ini," Roy menyerahkan semua kwitansi pembayaran rumah sakit, nomor ponsel dan juga nomor rekeningnya.
"Terima kasih banyak Pak Roy." Chika menundukkan sedikit badannya.
"Aku tidak yakin dia itu pelakor," Roy masuk ke dalam mobilnya. Roy berniat mengikuti diam-diam Chika sampai rumahnya.
Emil memesan taxi online untuk Chika. Emil dengan hati-hati membantu Chika masuk ke dalam taxi. Emil menutup pintu taxi untuk Chika dan tiba-tiba saja taxi itu membawa lari Chika.
"Chikaaaaaaa!" Emil berlari mengejar taxi tapi apa daya tak terkejar.
Taxi itu melaju di jalan raya. Roy terus membuntuti. Taxi berhenti di sebuah gudang terbengkalai tidak begitu jauh dari jalan raya. Sopir taxi menarik paksa Chika keluar dari mobil.
"Tolong jangan sakiti saya. Apa salah saya?" Chika berontak tangannya berpegangan pada pintu taxi.
"Sini kamu!" Sopir taxi menyeret Chika.
Chika berteriak meminta tolong, dia juga terus berontak. Sopir taxi emosi dia membekap mulut Chika dan terus menyeretnya ke dalam gudang. Roy menghubungi Bosnya dan meminta bantuan. Roy mengintip dari celah belakang gudang.
Di dalam gudang Chika menangis kesakitan, kakinya kembali mengeluarkan darah. Belum juga lukanya sembuh sekarang luka baru bertambah. Seorang Wanita cantik berdiri di hadapan Chika dan menendang perut Chika.
"Aaagghhh!"
"Halo Pelakor, segini kamu rasa sakit? Ini tidak sebanding dengan sakit hatiku!" Wanita itu menjambak rambut Chika.
"Aaaagghhh! Anda salah orang," Chika menahan tangan Wanita itu. Rasa sakit dan perih menjalar di kepala, kepalanya terasa pening. Mata Chika terlihat sayu dan lelah.
"Tidak mungkin aku salah orang, kamu Calista yang menggerogoti dompet suamiku sampai bangkrut!" Wanita itu melayangkan dua pukulan ke wajah Chika.
PLAK!
PLAK!
"Saya bukan Calista, saya bukan Calista," Chika tidak sanggup lagi menahan sakit di wajah dan di sekujur tubuhnya.
"Mana ada maling yang ngaku! Balikin semua uang yang kamu ambil dari Suamiku! Balikin!" Wanita itu terus saja memukul, menendang Chika. Hatinya sudah membeku, matanya dipenuhi dengan kemarahan dan kebencian.
Chika tidak berdaya, tenaganya benar-benar sudah habis. Chika tidak merasakan lagi sakit akibat tendangan dan pukulan wanita itu. Chika hanya pasrah jika ini adalah akhir dari perjalanan hidupnya. Apa dosa yang telah dia perbuat. Satu hari ini dia mendengar sebutan 'pelakor' untuk dirinya.
Chika di dalam hati berkata, Tuhan, mengapa hidup sangat kejam padaku. Aku tidak pernah melakukan hal-hal yang dituduhkan mereka kepadaku. Jika ini adalah hari terakhir ku, tolong jaga Mama. Dan pertemukan aku dengan Papa.
BRUUKKK!
Wanita itu memukul kepala Chika dengan sebuah balok. Kepala Chika mengeluarkan darah segar. Chika ambruk. Wanita itu menendang tubuh Chika. Tidak ada lagi pergerakan dari Chika. Wanita itu melihat banyak luka di tubuh Chika.
"Apa yang sebelumnya terjadi pada gadis ini?" tanya Wanita itu.
"Dia baru saja keluar dari rumah sakit Bos," jawab Sopir taxi.
"Hmmm, buang dia di tempat yang jauh dari keramaian. Ingat jangan tinggalkan jejak!" Wanita itu membuang balok yang ada di tangannya dan meninggalkan Chika yang tergeletak penuh dengan darah di lantai gudang.
Pengawal Wanita itu membukakan pintu gudang. Langkah mereka terhenti karena mereka sudah dihadang petugas kepolisian. Wanita itu mundur beberapa langkah ke belakang. Dan dia memberikan kode kepada pengawalnya. Terjadilah perlawanan antara pengawal Wanita itu dengan petugas kepolisian.
Wanita itu berlari ke arah belakang gudang. Salah seorang pengawalnya membuka pintu belakang gudang memberi jalan untuk Bosnya melarikan diri.
"Mau lari kemana? Tempat ini sudah dikepung." Roy dan teman-temannya menghadang wanita itu dan dua orang pengawalnya.
"Siapa kalian? Mengapa kalian ada di tempat ini? Apa urusan kalian?" tanya Wanita itu.
"Kami melihat penculikan dan penyiksaan di tempat ini. Kami tidak bisa tinggal diam. Kami harus menangkap pelaku kejahatan," jawab Roy.
"Dia penjahat sesungguhnya, gadis itu pelakor! Dia sudah menghancurkan rumah tanggaku dan membikin bangkrut Suamiku!"
"Siapa yang Anda maksud?" tanya Roy.
"Calista Amani," jawab Wanita itu.
"Angkat tangan! Maaf Nyonya, Anda kami tahan. ikut kami ke kantor Polisi," salah seorang petugas Kepolisian menodongkan pistolnya ke arah wanita itu dan kedua pengawalnya.
DOR!
DOR!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...