NovelToon NovelToon
Dicerai Suami Dinikahi Mantan Atasan

Dicerai Suami Dinikahi Mantan Atasan

Status: sedang berlangsung
Genre:Janda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Crazy Rich/Konglomerat / Wanita Karir / Kaya Raya / Penyesalan Suami
Popularitas:205k
Nilai: 4.7
Nama Author: Kaisar Biru Perak

Hubungan manis antara Nisa dan Arman hancur akibat sebuah kesalahpahaman semata. Arman menuduh Nisa mewarisi sifat ibunya yang berprofesi sebagai pelacur.

Puncaknya setelah Nisa mengalami kecelakaan dan kehilangan calon buah hati mereka. Demi cintanya untuk Arman, Nisa rela dimadu. Sayangnya Arman menginginkan sebuah perceraian.

Sanggupkah Nisa hidup tanpa Arman? Lantas, berhasilkah Abiyyu mengejar cinta Nisa yang namanya selalu ia sebut dalam setiap doanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaisar Biru Perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 Di Ujung Perceraian

"Mas, ini tidak seperti yang kamu lihat!" sanggah Nisa.

"Benarkah?" Kali ini, Arman meraih tangan Nisa. Menariknya dengan kasar hingga Nisa melihat penampilannya dari pantulan kaca dari lukisan yang menempel di dinding. "Lalu ... ini apa?"

Rambut yang selalu tertutup menyembul keluar. Sementara pakaian yang dia kenakan sangat berantakan.

"Sejak kapan?" Arman meraih leher Nisa. Melihatnya dengan tatapan kebencian sembari mencekik lehernya. "Sejak kapan kamu menjual tubuhmu?"

"M-Mas ... " Nisa menelan ludahnya. Lalu menatap wajah suaminya lekat-lekat. "Demi Allah! Nisa nggak pernah berzina."

Entah bagaimana. Tapi Nisa linglung sesaat karena semua terjadi begitu cepat. "Tolong percaya sama Nisa, Mas!"

Tangannya meraih tangan Arman. Berharap suaminya itu mengendurkan cengkeraman tangan di lehernya. Tapi sayang usahanya sia-sia.

Di sisi lain, Arman tersenyum kecut. "Aku tidak percaya." Pria itu memandang Nisa hanya beberapa detik sebelum membuang muka ke arah lain. "Kalau boleh jujur, aku bahkan jijik melihatmu, Nis!"

"A-apa?" Nisa terhenyak. "J-jijik?"

"Ya. Aku jijik melihatmu." Kali ini, Arman mendorong Nisa dengan kasar hingga terjerembab ke lantai. "Pergilah. Aku tidak ingin melihatmu lagi!"

Puas meluapkan kekesalannya, Arman pun berbalik arah. Tapi tangan Nisa sempat meraih kakinya sebelum Arman melangkah. "Mas, jangan tinggalin Nisa. Perut Nisa sakit."

Wajah Nisa terlihat pucat. Sesekali meringis sembari memegangi perutnya yang sakit. Sepertinya dia kelelahan karen pandangannya terasa buram, bersamaan dengan kesadarannya yang mulai menghilang.

Yah, akhirnya Nisa pingsan. Tepat di hadapan kaki suaminya yang baru saja berlaku kasar kepadanya.

"Pingsan?" Satu alis Arman terangkat ke atas. Heran karena Nisa terkulai lemas tak bergerak. "Ada apa dengannya? Biasanya dia tidak lemah begini, kan?"

.

.

.

Beberapa saat kemudian, akhirnya Nisa siuman. Kepalanya masih berat, meskipun begitu, dia langsung duduk begitu melihat Arman berdiri di samping ranjang.

"Mas?" Suara Nisa terdengar lemah. "Percaya sama Nisa, Mas. Nisa bukan wanita seperti itu."

Sekali lagi, Nisa mencoba menjelaskan. Tapi kesempatan itu tidak pernah ada karena Arman tidak mengijinkannya.

"Siapa ayahnya?" Tiba-tiba Arman mendekat. Melihat Nisa dengan tatapan benci yang lebih besar dari sebelumnya. "Mungkinkah pria yang tidur denganmu barusan?"

"Ayah?" Nisa tampak bingung. "A-ayah apa?"

Wanita itu tidak mengerti apa yang sedang Arman bicarakan. Sampai Arman melemparkan lembaran kertas ke wajahnya yang sendu. "Tentu saja ayah dari janin yang ada di perutmu itu!"

Telinga Nisa mendengung saking kerasnya teriakan Arman. Dengan tangan gemetar, Nisa mengambil kertas itu.

Membacanya di dalam hati tanpa tahu harus berekspresi seperti apa. "Aku hamil?" gumamnya.

Dua tahun menikah. Kehadiran buah hati adalah apa yang Nisa tunggu. Gadis itu tersenyum tipis, senang karena buah cinta mereka sedang mendiami rahimnya.

Tapi, senyumnya perlahan memudar setelah mengingat Arman justru bertanya siapa ayah dari anak itu. "Mas, apa yang kamu katakan barusan? Tentu saja kamu ayahnya, Mas."

"Kamu yakin?" Arman terlihat mondar-mandir. Menghela nafas super panjang sebelum memijit kening. "Bagaimana kalau bukan? Bagaimana kalau ayah anak itu adalah pria yang tidur denganmu barusan?"

"Tapi kamu benar-benar ... "

"Gugurkan saja anak itu!" potong Arman. "Aku tidak menginginkannya!" lanjutnya.

"Apa?" tanya Nisa tak percaya.

Di tengah pertengkaran itu, sesosok wanita berusia paruh baya muncul. Heran, karena suara anak dan menantunya sama-sama meninggi. Padahal, Arman tak pernah membentak Nisa sebelumnya.

"Apa yang terjadi? Kalian bertengkar?" Widuri, itulah nama wanita paruh baya itu. Mertua yang sedikitpun tak pernah menyukai Nisa. "Anak siapa yang mau di gugurkan?"

Tak ada jawaban, Widuri pun mengguncang bahu Arman. "Arman?"

Awalnya, Arman tak ingin bicara. Atas desakan sang ibu, Arman pun menceritakan semuanya. Tepatnya setelah membawa ibunya keluar dari ruang perawatan.

"Nisa, Ma!" lirih Arman.

"Nisa kenapa?" tanya Widuri.

"Nisa selingkuh!" Arman meremas tangannya sendiri. "Aku melihat Nisa tidur dengan pria lain barusan."

"Apa?" Mata Widuri memelotot. "N-Nisa s-selingkuh? Wanita polos itu selingkuh?"

Perempuan tua itu penasaran, sementara Arman menghela nafas panjang sebelum menceritakan semuanya.

Dari Arman yang memergoki Nisa satu kamar dengan pria lain sampai status Nisa yang Arman tutupi selama ini. Tentu saja pengakuan Arman membuat Widuri terkejut.

"Arman, kamu gila." Widuri langsung bangkit dari duduknya. "Jadi ternyata menantu sialanku itu lahir dari rahim pelacur? Dan kamu tetap menikahinya?"

Arman mengangguk pelan. "Sekarang Nisa hamil. Tapi Arman tidak yakin itu anak Arman, Ma!"

"Astaga!" Widuri jelas kaget dengan pengakuan Arman. "Ceraikan dia, Arman. Masih banyak gadis baik di luar sana yang lebih pantas menjadi istrimu daripada anak pelacur itu!"

Rahang wanita itu mengeras. Sekeras hatinya yang tak pernah sedikitpun lembut pada Nisa selama Nisa menjadi menantunya. Apa kata tetangga kalau sampai mereka tahu bahwa menantunya adalah anak seorang pelacur.

Arman yang di hadapkan pada pilihan sulit pun terdiam. Tanpa mengiyakan atau menolak permintaan ibunya.

Saat itulah Nisa yang mendengar semua pembicaraan mereka dari balik pintu ikut bicara. "Nisa cinta sama kamu, Mas. Jadi tolong jangan ceraikan Nisa. Selain itu, ada anak kamu di perut Nisa."

Nisa berharap Arman akan mengatakan iya. Nisa pikir, Arman akan memeluknya dan meminta maaf. Tapi semua itu hanya khayalan Nisa semata. Karena faktanya, Arman hanya berdiri lalu mengajak ibunya pergi. "Ayo kita pulang, Ma!"

.

.

.

Pagi itu, hujan turun. Nisa memutuskan untuk mengunjungi makam ibunya untuk mengadu. Makam sederhana itu sangat terawat karena Nisa selalu membersihkannya ketika berkunjung.

"Ma, apa yang harus Nisa lakukan?" Wajah cantik itu masih membengkak setelah pertengkaran semalam. Tapi tangisnya kembali pecah saat dia bersimpuh di depan pusara ibunya.

Sesekali, Nisa menyeka air matanya yang tumpah. "Mas Arman sudah berubah, Ma!" Wanita itu semakin tersedu. Apalagi mengingat janji Arman sebelum mereka menikah.

Dulu, Nisa hanyalah anak yang dibesarkan di panti asuhan. Sejak bayi hingga dewasa Nisa tidak tahu siapa orangtuanya. Bukan karena Nisa tidak ingin tahu, tapi karena pihak panti menyembunyikan identitas orangtuanya.

Sampai akhirnya Nisa bertemu Arman dan memutuskan untuk menikah. Dengan dalih membutuhkan wali untuk menikahi Nisa, Arman pun mendesak pihak panti. Akhirnya pihak panti pun memberitahunya. Bukan hanya latar belakang orangtuanya, tapi juga bagaimana mereka menemukan Nisa.

Malam itu, kepala panti asuhan sedang dalam perjalanan pulang. Meskipun hujan turun dengan lebat tapi perjalanannya sangat lancar. Sampai terjadi sebuah kecelakaan maut yang menimpa seorang wanita malam dan seorang bayi perempuan tepat di depan mobil yang dikendarai kepala panti.

Wanita malam itu mengalami pendarahan hebat hingga dinyatakan meninggal dunia. Tapi sebelum ajal menjemputnya, wanita itu sempat berpesan pada kepala panti agar bersedia merawat anak yang ada di pelukannya.

Bayi kecil itu adalah Nisa. Althafunnisa yang sempat ingin membatalkan pernikahan dengan Arman setelah tahu siapa dirinya. Tapi, Arman terus meyakinkan Nisa. Bahwa dia mencintai Nisa dan tak peduli dari rahim mana Nisa dilahirkan.

Hari itu Arman menjanjikan dua hal untuk Nisa. Berjanji tidak akan memberitahu siapapun tentang asal usulnya dan berjanji tidak akan meninggalkan Nisa apapun yang terjadi.

Janji tinggallah janji. Karena Arman sudah melupakan dua janjinya untuk Nisa yang kini patah hati. "Kenapa kamu nggak percaya sama Nisa, Mas? Kenapa?"

***

1
Jio
Luar biasa
Rina Rina
makan tu cinta plakor
retiijmg retiijmg
lanjut kak...
Merica Bubuk
🤭🤭🤭
sweetpurple
Luar biasa
Lusia Tanti
abiyu..... bikin aku gemeeees saja
ada ada saja kamu tuuuuuuuu
Lusia Tanti
kasihan si Arman.... jadi calon om yang pengertian dan siap siaga ☺☺
Lusia Tanti
aduuuuh.... aku jadikan sama abiyu... tapi aku juga pingin ketawa keras keras 🤣🤣🤣🤣
Lusia Tanti
bikin ketawa ngakak
pak darmawan bikin aku pingin cubit kamu lho pak
Bojone pak Lee
😂
Bojone pak Lee
😂🤣😂🤣
Bojone pak Lee
kami para readers berharap kamu jadi suami Nissa😊
Achmad Yuli
sudah berbab bab..tp kok gg ada crita kehidupan sarah istrinya armand
Aurora
Luar biasa
Ila Lee
Alhamdulillah Abi dan Nisa
@train
alasan saja si abi ini/Facepalm//Facepalm/
Nur Fatihah
seru
Yuli Purwati
lanjut
Ila Lee
Abi ada anak kamu tu jgn keras2 Dong
Welas Trianingsih
😂😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!