NovelToon NovelToon
Masa Yang Selalu Terkenang

Masa Yang Selalu Terkenang

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Keluarga / Romansa
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: lido kyungsoo

Kaluna namanya. Kata anak muda jaman sekarang, "Orang gila mana yang menjajakan dirinya & menjadi simpanan teman seangkatannya sendiri demi menopang biaya kuliah!" IYA, KALUNA SUDAH GILAAA. Si anak miskin yang mempunyai cita-cita tinggi dan menjadi wanita jahat a.k.a simpanan pemuas nafsu sang anak Taipan. Si wanita jahat yang menjadi simpanan dari teman seangkatannya yang telah mempunyai tunangan.

Brian Namanya. Lelaki tampan, mapan, kalangan taipan, dan dari keluarga berpendidikan. Berita buruknya, Kaluna berusaha sekuat tenaga untuk menahan perasaannya selama masa kontrak itu berlaku.

Bagaimanakah kelanjutan kisah mereka?
Kisah ini mampu membawa kalian bak merasakan rollercoaster. Senang, sedih, kecewa, tangis akan kalian rasakan.

Nantikan!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lido kyungsoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Brian Daguese

Kaluna menghembuskan nafas lelah dan menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi. Ditatapnya sahabatnya yang sedari tadi menuntut penjelasannya.

"Kita bicarain ini nanti, Tar. Kelas Pak Karya bentar lagi mulai." Terangnya pada sahabatnya.

"Tapi, Una...mau sampai kapan...." Tari tak sempat melanjutkan unek-uneknya dikarenakan Pak Karya sudah ada di depan sana. Membuat seketika kelas hening dan masing-masing mengeluarkan keperluan belajar mereka.

"Gue butuh kejelasan, lo, Una. Gue nggak mau sahabat gue selamanya kek gini!" Ujarnya setengah berbisik yang hanya mereka berdua yang mampu mendengar.

Kaluna hanya mampu menghembuskan nafas pelan dan berusaha untuk fokus pada dosennya di depan. Apa yang sahabatnya katakan sedikit membuatnya kepikiran. Berusaha untuk fokus, Kaluna menggelengkan kepalanya dan mengosongkan fikirannya sejenak dari kerumitan hidupnya.

Kelas berjalan dengan lancar. Setelah selesai mengisi kelas, Pak Karya akhirnya keluar dan membuat semua teman kelasnya merasa lega karena pada akhirnya terlepas dari kesesakan dari dosen galak mereka.

"Guys, Bu Citra lagi nggak bisa ngisi kelas hari ini."

Pengumuman dari sipen dosen membuat kelas menjadi heboh karena dosen yang mengisi kelas selanjutnya tidak bisa masuk. Hal itu berarti, mereka bisa memiliki banyak waktu sampai jam istirahat tiba.

"But..." Seketika kelas hening menunggu penjelasan. "Kita diberi tugas membuat makalah beserta PPT nya untuk materi hari ini. Perorangan."

"Yah, apaan sih, Jal. Males, ah. Lo mah nggak asik!" Ucap salah satu teman sekelas Kaluna. Riuh teman sekelasnya mendengarkan pengumumannya. Kelas seketika riuh akan suara teman-temannya yang memprotes.

"Denger dulu, guys. Gue belum selesai." Serunya lagi. Membuat mereka memfokuskan pendengar an dan atensi pada Rijal.

"Nggak harus dikumpul sebentar, kok. Minggu depan baru dikumpul, kata Bu Citra. Sekalian dengan presentase materinya. Jadi, kalau kalian mau istirahat dulu, nggak apa-apa. Waktunya masih lama, kok."

Teman kelasnya mengangguk mengerti dan sebagian sudah ada yang keluar kelas. Sebagian lagi masih terlihat di dalam kelas, berbincang serta ada yang memilih langsung mengerjakan tugas yang diberikan.

"Mau ke perpus, nggak, Tar? mending langsung di kerjain nggak sih, supaya tugas juga nggak numpuk." Tanya Kaluna pada sahabatnya karena tidak ada kegiatan setelah ini.

Tari yang masih memasukkan tablet dan buku paketnya memberikan atensinya pada Kaluna.

"Besok-besok masih bisa, Una, cantik. Mending sekarang kita ke kantin aja. Daritadi perut gue keroncongan parah pas kelas Pak Karya. Gue nggak bisa fokus belajar karena perut keroncongan tadi." Jawabnya sambil memasang tasnya di pundak.

"Kelaperan ataupun nggak, emang fikiran lo selalu tertuju ke kantin kali, Tar." Ledeknya pada sahabatnya yang seketika membuat Tari cengengesan.

Beruntung Kaluna memiliki sahabat seperti Tari yang mampu menemani, merangkul bahkan menganggapnya saudara ditengah segala salah yang ia lakukan. Karena memang hanya Tari lah yang mengetahui alasan mengapa Kaluna mampu mengambil jalan ini.

Sewaktu awal-awal Kaluna mengambil keputusan itu, Tari hanya bisa menangis sesenggukan setelah mengetahui apa yang Kaluna lakukan. Karena Tari tahu, Kaluna tidak ingin tapi tidak ada pilihan lain. Ingin memberikan uluran tangan pun, Tari lebih-lebih butuh uluran tangan. Mereka sama-sama berada pada level ekonomi. Setara. Miskin. Beruntung karena Prameswari mendapatkan bantuan beasiswa jalur keluarga miskin.

"Yuk, Una. Laper nih!" Disusul dengan tangan Tari yang sudah membawa Kaluna berjalan keluar kelas menyusuri koridor kampus yang sudah banyak Mahasiswa yang lalu lalang.

Sesampainya mereka di depan kelas mereka pun berjalan beriringan sambil berbincang-bincang menuju ke kantin mencari kehidupan.

Ternyata di jam segini sudah banyak mahasiswa yang mengisi kantin kampus terlihat beberapa mahasiswa dari jurusan yang berbeda.

"Mau makan apa, Una?" Tanya Tari saat mereka sudah duduk di tengah kantin dan memperhatikan jejeran makanan yang berbeda di depan sana.

"Mie kuah kayaknya enak, Tar. Lo mau makan apa?" tanyanya balik.

"Gue mau bakso. Gue juga mau yang berkuah-kuah."

"Minumnya mau apa?"

"Es jeruk aja, Una."

"Yaudah, biar gue yang mesenin. Keknya lo udah kelaperan parah."

"Makin cantik deh, Una kalau lagi baik kek gini." Godanya membuat Kaluna hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mendengarnya. Kaluna pun menuju stand makanan yang menjual apa yang mereka mau. Setelah selesai memesan dan membayar, Kaluna pun menunjukkan letak mejanya dan kembali ke tempat semula.

Namun baru beberapa langkah, Kaluna melihat dari pintu masuk Brian bersama dengan tunangannya-Cristin dan juga beberapa sahabatnya berjalan masuk.

Kehadiran Brian, tunangan dan juga teman-temannya membuat hampir seluruh atensi mengarah kepada mereka. Dengan tangan yang saling menggenggam, Brian dan juga Cristin terlihat sangat serasi disana.

Kaluna berusaha abai walau beberapa detik tadi ia dan juga Brian sempat saling berpandangan. Kaluna menundukkan kepalanya dan berjalan dengan santai menuju Tari.

"Si brengsek datang, tuh!" Tunjuk Tari menggunakan kepalanya melihat ke arah jalan Brian beserta rombongan.

Kaluna berusaha mengabaikan ucapan sahabatnya dan melihat ke arah lain.

"Eh, tugas dari Bu Sufi udah lo kerjain?" Tanyanya berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Udah. Lo gimana?" Dan berhasil. Kaluna mengucap syukur di dalam hati.

"Udah, dong. Udah dari kemaren selesainya. Cuma, ya, gitu. Susahnya minta ampun." Terangnya karena tugas yang diberikan sangat-sangat berbau rumus.

Tari tertawa mendengarnya. Semakin hari rasanya tugas semakin menguras kepala dan kantong. Mana lagi tanggal tua lagi, orangtuanya sedang kere-kere nya.

"Makin ke sini, tugasnya makin bikin kepala kliyengan. Belum tugas dari dosen ini, dosen itu. Pak Karya, Bu Citra. arghhhhh" Tari sangat berapi-api mengatakannya. Membuat Kaluna tertawa melihat ekspresi sahabatnya.

"Sabar, Tar. Namanya juga ujian, pasti cobaan" Godanya.

"Dihhh" Dengan ekspresi lucu mampu membuat Kaluna semakin tergelak melihat ekpresi sahabatnya.

"Pesanan siap diantar pada gadis-gadis cantik." Ujar Mang Jaja sambil meletakkan pesanan mie kuah dan bakso tadi.

Kaluna meringis mendengarnya. Gadis dari mananya.

"Makasih ya, mang Ujang yang gantengnya tidak tertandingi." Ucap Tari menggoda Mang Ujang. Biasanya sudah di goda begini, mang Ujang akan memberikan kerupuk dua bungkus.

"Kerupuknya nyusul ya, Neng geulis." Jawabnya sambil memamerkan deretan gigi putihnya. Membuat Kaluna dan Tari tertawa melihatnya.

"Lo, mah, bisa aja goda-godain, mang Ujang. Diperistri juga lo lama-lama." Terang Kaluna yang hanya dibalas kekehan oleh Tari. Mereka pun makan setelah mendapat kiriman krupuk dua bungkus tadi sambil berbincang-bincang.

"Kenyang banget, Una." Sambil Tari usap-usal perutnya. " eh, tapi kenapa tuh, Azka kadal dari tadi gue lihat-lihat ngelirik lo, Una."

Kaluna yang mendengar itu pun mengikuti arah pandang Tari menuju meja Brian dan juga teman-temannya.

"Nggak tahu, padahal gue nggak ada utang sama dia." Ujarnya tak peduli sambil mengemasi barang-barangnya dan mengajak Tari pergi dari sana. Namun padangan matanya melirik kembali pada meja tadi dan Brian disana melihatnya dengan mata tajamnya.

Kaluna hanya mampu menghembuskan nafas pelan dan berusaha tak perduli dengan tatapan mengintimidasi Brian.

1
Fia
bagus tapi banyak typo nya
Sri Maya Sari
bahasanya santai tapi tidak lebay. cukup menguras emosi dan bikin penasaran. . lanjut thor
Ahmad Abid
lanjut thor...
Ahmad Abid
bagus ceritanya thor... ga lebay .. /Angry//Drool/
Ahmad Abid
Buruk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!