Raya Lituhayu (25) kecewa karena sang kekasih menikahi sekretaris pribadinya yang sudah hamil duluan. Bayu Agung Gunawan (27), menyimpan cinta untuk tetangga yang berprofesi sebagai pengacara dengan status janda.
Orangtua Raya dan Bayu berniat menjodohkan mereka untuk semakin mendekatkan dua keluarga. Tentu saja ditolak, apalagi hubungan mereka layaknya Tom and Jerry. Satu insiden membuat mereka akhirnya menerima pernikahan tersebut.
Kehidupan rumah tangga yang penuh drama dan canda, menimbulkan cinta. Namun, semua berantakan ketika kerjasama dua keluarga besar terpuruk. Bunda Bayu terluka dan Papi Raya harus mendekam di penjara. Hubungan Raya dan Bayu semakin renggang dan berujung perpisahan. Tidak mudah bagi Raya menjalani hidup setelah keterpurukan keluarga bahkan dalam kondisi hamil.
“Benci dan rindu itu batasnya tipis, sekarang kamu benci bentaran juga rindu sampai bucin. Ayolah, jangan jadikan kebencian ini mendarah sampai anak cucu kita."
===
Jangan menumpuk bab 😘😘😘🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20 ~ Bayu Gitu Loh
Bayu agak khawatir karena selama perjalanan pulang, Raya diam saja. ingin melemparkan lelucon, tapi khawatir tidak diterima dan jadi garing. Kemungkinan besar sikap Raya begitu karena pertemuan dengan Yuli.
“Ray, mau makan apa?”
“Aku sudah makan, kamu juga udah ‘kan. Sesorean di cafe, masa cuma haha hihi doang.”
Mulut Bayu kembali tidak bersuara, sudah kalah telak. Mana mungkin dia bilang kalau mereka hanya menggosipkan hal yang tidak guna terutama hal mesum dan hanya pesan minum juga cemilan. Merasakan lapar, tapi tidak berani usul untuk mampir beli makanan.
Sampai mobil sudah terparkir rapi, Raya masih dengan sikap diamnya. Bayu selalu curi-curi pandang, ternyata wajah Raya konsisten dengan raut datarnya.
Kenapa juga Mbak Yuli pake nyamperin dan negur gue. Biasanya kalau gue nggak hubungin mana ada dia mau ketemu, batin Bayu lalu mengusap wajahnya.
“Ra, tunggu.” Bayu menahan Raya dengan menggenggam jemari wanita itu.
Baru saja memasuki unit apartemen, Bayu ingin masalah mereka selesai sekarang juga. Tidak bersisa apalagi jadi PR untuk besok-besok, yang akan terus diungkit oleh Raya seumur hidup.
“Aku capek, mau mandi.”
“Duduk dulu, kita bicara. Lo begini karena masalah tadi ‘kan?”
“Masalah apa? Begini gimana?" Raya sudah berdiri berhadapan dengan Bayu dan menatapnya.
“Duduk deh, pokoknya kita selesaikan sekarang sebelum ke kamar. Di kamar kita cuma lakukan yang enak dan istirahat bukan membahas masalah lain.”
Raya langsung duduk di sofa dengan tangan bersedekap, Bayu tidak berani mengambil porsi di samping istrinya. mereka duduk berhadapan.
“Gue tahu lo begini karena Mbak Yuli.”
“Oh jadi perempuan yang bikin kamu senang bahkan Cuma ditelpon doang, namanya Yuli.”
“Siapa bilang gue seneng ditelpon dia? Dulu memang gue pernah kagum sama Mbak Yuli, tapi sekarang udah nggak.”
“Kenapa?”
“Karena kekaguman gue hanya boleh untuk lo doang. Kita ‘kan udah nikah, suami istri malah semalam udah ….” Bayu menghentikan ucapannya dan hanya mengerlingkan mata sambil senyam senyum ditatap oleh Raya.
“Waktu itu gue single, normal dong kalau gue kagum sama perempuan.”
“Kapan mau kabari dia kamu ada waktu untuk bertemu?”
“Nggak ada Ray, gue nggak ada waktu untuk dia. Waktu gue hanya akan habis untuk kita. Mana mungkin tadi gue langsung jawab, nggak ada waktu untuk dia. Itu namanya mempermalukan di depan umum. Kalau pun ada urusan masalah hukum, gue bakal hubungi pengacara keluarga. Sumpah Ray.”
Raya masih memberikan tatapan tajam, Bayu langsung berpindah duduk di sampingnya. Pria itu bertekad kalau masalah mereka harus selesai saat ini juga.
“Lo percaya gue ‘kan?”
Tentu saja Raya percaya, ia pun melihat sendiri gestur tubuh Bayu yang seperti kebingungan dan tidak nyaman.
“Iya.”
“Nah gitu dong. Kita ke kamar yuk.” Bayu sudah mendusel-dusel hidungnya di pipi dan leher Raya.
“Mau ngapain?”
“Pake nanya. Jalan sendiri apa gue gendong.”
“Pengennya terbang.”
***
“Pih.”
Rama memasuki kamar Pras, pria itu terlihat sibuk menghubungi seseorang dengan ponsel. sepertinya tidak dijawab karena langsung mengumpat dan berdecak.
“Pih. Ada masalah?” tanya Rama sudah duduk di tepi ranjang.
“Orang Papi nggak bisa dihubungi. Bilangnya anak dia sakit, pulang kampung sudah hampir seminggu nggak ada kabar. Proyek jadi molor, Papi bingung.”
“Ada yang bisa Rama, bantu?”
Pras menghela nafas lalu ikut duduk di samping Rama. “Kalau besok masih tidak ada kabar, bantu Papi kroscek proyek di Bandung.”
“Oke, Pih. Hm, Papi udah hubungi Raya?”
“Belum, papi sibuk jadi lupa nelpon dia. Kenapa dengan Raya?” pras bertanya sambil kembali fokus dengan ponselnya. Rama tidak jadi membahas Raya dan memilih pamit meninggalkan kamar orangtuanya.
Belum lama, Raya mengirimkan pesan kalau Pras tidak menjawab panggilan darinya. biasa selalu dimanja oleh papi dan kakaknya, langsung tinggal terpisah dari kedua pria itu pasti meninggalkan rasa kesepian tersendiri di hati Raya.
Sedangkan di tempat berbeda. Raya masih memegang selimut yang menutupi tubuhnya. Baru saja Bayu kembali mengajaknya melakukan hal menyenangkan dan berakhir dengan er4ngan. Raya mengambil ponsel dari atas nakas. Berharap ada balasan dari Papinya. Ternyata hanya ada pesan dari Rama.
[Papi lagi sibuk, maklum aja ya. Lagian sekarang ada Bayu tempat kamu bermanja]
“Papi kenapa sih. Biasanya sesibuk apa pun pasti hubungi aku.” Raya menoleh ke samping, Bayu sudah terlelap. Ia pun merebahkan diri, memejamkan mata agar bisa terlelap.
Terdengar gumaman Bayu, yang sudah berpindah posisi memeluknya. Bahkan tangan pria itu meraba-raba di balik selimut.
“Matanya boleh merem, tapi tangannya tetap aktif.”
“Bayu gitu loh,” balas Bayu dengan gumaman.
\=\=\=\=\=
Sambil tunggu Raya dan Bayu update, mampir ke karya teman author yuks
double up dong Thor 🙏