NovelToon NovelToon
Tarian-tarian Wanita

Tarian-tarian Wanita

Status: tamat
Genre:Tamat / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita / Slice of Life
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Made Budiarsa

Pada akhirnya dia terlihat menari dalam hidup ini. dia juga seperti kupu-kupu yang terbang mengepakkan sayapnya yang indah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Made Budiarsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1.2

Ibu kemudian datang dan memegang tanganku. “Luh, Sudah ibu bilang, Jangan pergi sendiri tanpa izin!”

“Ibu, apa tarian itu di lakukan seperti itu?”

Ibu langsung mengerti. “Memang seperti itu. Tidak perlu di pikirkan. Nikmati saja. Ayo kita pulang, jika Iluh tidak suka.”

Ibu langsung memegang tanganku dan membawaku pulang.

Itulah pertama kalinya aku menonton joged bumbung dan bukan pengalaman yang indah, tapi dari sana, aku ingin menjadi seorang penari. Namun sayangnya, ayah dan ibu sangat menentang jika aku menjadi seorang penari joged.

Ketika aku menginjak kelas 6 SD, di sekolah setelah pembelajaran ada les menari dan aku menyukainya. Uang jajan aku sisihkan untuk membayar Guru penari.

Saat aku pulang, ibu yang sedang mejejaitan bertanya dari mana aku pergi.

“Iluh tadi ada les menari bu, di sekolah. Iluh suka menari. Banyak sekali ada jenis tetarian yang akan di pelajari, seperti tarian rejang, kijang kencana, Joged dan lain-lainnya.”

Saat mendengar tarian-tarian itu, ibu masih sibuk mejejaitan. Tapi, ketika mendengar tarian joged, ibu berhenti dan memandangiku. Wajahnya terpoles ekspresi tidak senang, sepertinya ibu tidak menyukainya dan aku merasa takut, takut jika apa yang aku pikirkan benar adanya. Jika di perhatikan secara seksama, maka seakan terlihat wajah kelam yang mengisyaratkan ketidak sukaan dan pengalaman-pengalaman masa lalu yang barangkali tidak Ibu sukai.

“jangan belajar tarian joged.”

Benar, ibu memang tidak menyukainya. Nada ibu sangat kelam, seperti kegelapan malam yang tidak berujung yang bahkan satu titik cahaya pun tidak ada.

Aku tahu, apa yang ibu katakan bukan tanpa sebab, tapi bagiku itu adalah sebuah seni, jika aku hanya menarikannya tanpa pentas, semuanya akan baik. Tapi aku tahu, ibu takut, takut jika aku akan menjadi penari sungguhan dan melakukan pentas.

Barangkali wanita yang melakukannya di pandang rendah oleh ibu. Barangkali juga, ibu memang hanya tidak menyukainya, dan mungkin juga, ada kenangan yang membuatnya seperti itu.

Aku saat itu hanya mengangguk lemah dan terpaksa. Aku bukan ingin menolak permintaan wanita paru baya itu, hanya saja, keinginan yang kuat berada di dalam tubuhku, dan aku tidak bisa melawannya.

Ibu kemudian mengambil busung, lalu melanjutkan jejaitannya. Kemudian memerintahkan diriku untuk mengambil tusuk bambu yang telah ayah buat di natah.

Aku bergegas ke sana dan melihat ayah sedang duduk dengan kursi pendek. Tangannya memegang bambu dan sebilah golok yang di gunakan mengiris-iris bambu hingga runcing dan berbentuk bundaran. Dan aku kemudian mendekatinya. “Ayah, di mana bambu yang di maksud ibu?”

Ayah kemudian mengambil beberapa bambu yang telah di iris runcing dan halus, lalu memberikannya kepadaku.

Aku langsung mendekati ibu dan bersimpuh di depan dulang, kemudian memberikan bambu itu.

Ibu mengambilnya, lalu mengambil batang pisang yang telah di kelupas hingga menjadi kecil. Wanita paru baya itu kemudian menusuknya di atas Dulang yang telah ada bambu runcing.

“Luh, tolong bantu ibu membuat Gebogan.”

“Yang mana harus aku lakukan?”

Ibu memerintahkanku mengambil buah-buahan yang ada dan menusukkannya dengan bambu yang telah di buat ayah, kemudian menancapkannya di Batang Pisang yang telah di tancabkan di atas dulang. Aku mengikuti instruksi yang di berikan ibu. Pertama aku memasang buah mangga di bagian bawah, tidak sampai melingkar, karena di bagian belakang akan di pasang beberapa ijas buah Pisang, selain sebagai bagian belakang, juga untuk menghemat buah-buahan yang di perlukan.

Ini adalah canang tumpang yang tinggi. Ibu sangat suka membuatnya ketika ada piodalan. Menurutnya, sangat indah ketika menyuunnya dan pergi ke pura. Tapi bagiku, terlalu merepotkan. Jika untuk di lihat, sangat indah, ketika para wanita berbaris dengan canang tinggi ini di atas kepalanya.

Kemudian di bagian atasnya, aku tancapkan manggis, lalu jeruk dan terakhir buah-buahan apel yang berwarna merah. Setelahnya di bagian atasnya ada canang yang telah di buat ibu dengan beberapa bunga pacah, sador (pandang yang di iris tipis-tipis dan bunga Jepun (Kamboja)

Ibu kemudian menghela nafas setelah menyelesaikannya. “ Luh, mandi dulu.”

Aku menurut dan kemudian pergi mandi lalu menyiapkan kamen, kebaya dan jepit rambut yang akan aku gunakan. Aku melipat bagian atas kamen itu kemudian melilitkannya di tubuhku, kemudian mengikatnya agar tidak lepas. Setelahnya memakai bra dan kemudian kebaya merah muda dengan ujung bawahnya sedikit memanjang. Lalu mengikat rambutku. Tidak lupa juga memakai selendang berwarna hijau. Setelahnya memandang diriku di cermin, memastikan semuanya baik-baik saja. Kemudian pergi dan di luar, ibu dan ayah telah menunggu. Kami pun pergi ke pura.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!