NovelToon NovelToon
Kamboja

Kamboja

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rinarient 2

Kisah haru seorang gadis yang dilahirkan dari sebuah keluarga miskin. Perjuangan tak kenal lelah mencari bapaknya yang pergi ke luar negeri sebagai TKI, dimulai setelah ibunya meninggal dunia.
Sepeninggal ibunya, Lily kecil diasuh oleh tetangga yang trenyuh melihat nasibnya. Namun ternyata hal itu tidak serta merta merubah nasib Lily. Karena tak lama kemudian bunda Sekar yang mengasuhnya juga berpulang.
Di rumah keluarga bunda Sekar, Lily diperlakukan seperti pembantu. Bahkan Lily mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh suami almarhumah. Lelaki yang sangat dihormati oleh Lily dan dianggap seperti pengganti bapaknya yang hilang entah kemana.
Ditambah perlakuan kasar dari Seruni, anak semata wayang bunda Sekar, membuat Lily akhirnya memutuskan untuk pergi.
Kemana Lily pergi dan tinggal bersama siapa? Yuk, ikuti terus ceritanya sampai tamat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinarient 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 Butiran debu

Ruangan kelas tiga A masih sepi. Padahal waktu istirahat tinggal beberapa menit lagi.

Lily berjalan gontai menuju bangkunya. Lalu membuka lagi buku catatan yang tadi ditulisnya.

Lily mencoba membaca lagi tulisannya yang sedikit berantakan.

Ah, sama sekali enggak menarik. Kalau aja aku punya uang untuk membeli buku paket, aku enggak perlu capek-capek menyalinnya. Batin Lily.

Sejak naik ke kelas dua, Lily tak pernah lagi bisa memiliki buku paket. Baginya sekarang, buku paket itu sangat mahal harganya.

Beda dengan saat pertama kali Lily masuk ke sekolah ini. Semua terasa menyenangkan. Seragam baru. Tas baru. Sepatu baru. Buku-buku baru dan semua buku paket yang ditawarkan pihak sekolah, mampu dibayar oleh ibunya.

Gendis nama ibu Lily. Perempuan yang terlihat renta meski usianya masih berkepala tiga.

Kehidupan ekonomi dan kesehatannya yang semakin memburuk, membuat wajahnya semakin kusam. Dan tubuhnya pun tak seindah beberapa tahun yang lalu.

"Ibu, Lily mau sekolah di sini?" tanya Lily waktu itu, yang baru pertama kalinya diajak Gendis mendaftar sekolah.

"Iya, Ly. Kamu suka?"

Lily langsung mengangguk senang. Senyuman tak lepas dari bibir mungilnya.

Gendis pun ikut tersenyum melihat gadis kecilnya bahagia.

Lily mengedarkan pandangan ke seantero gedung.

Wow! Gedung yang sangat mewah. Dan bertingkat pula. Batin Lily, mengagumi kemewahan sekolah favorit itu meski berstatus swasta.

"Ibu. Lily boleh jalan-jalan sebentar? Lily pingin melihat-lihat ruangan kelasnya," pinta Lily pada Gendis.

Gendis langsung mengangguk.

"Boleh, Ly. Tapi jangan jauh-jauh. Nanti nyasar," sahut Gendis.

"Ih, masa nyasar sih, Bu?" rajuk Lily.

"Ya siapa tau. Gedung ini kan luas," sahut Gendis lagi.

Lily kembali mengedarkan pandangannya.

Benar juga kata ibu. Aku bisa kesasar kalau jalannya terlalu jauh. Batin Lily.

"Ya udah, Bu. Lily enggak akan jauh-jauh. Tapi Ibu nunggu di sini, ya?"

Gendis kembali mengangguk.

"Iya. Ibu kan mesti nunggu antrian. Kalau Ibu enggak ada di bangku ini, kamu tunggu aja sebentar. Mungkin Ibu lagi dipanggil ke dalam," sahut Gendis.

Dengan semangat, Lily mengangguk. Lalu membalikan badan dan mulai berjalan menyusuri lorong gedung.

Wow, bagus sekali pintunya. Apa ini ruangan kelasnya? Tanya Lily dalam hati.

Lily mendongak ke atas pintu. Di sana tertera tulisan kelas 1 A.

Mata Lily langsung terbelalak.

Ruangan kelas aja pintunya sebagus ini? Bagaimana di dalamnya, ya? Kembali Lily bertanya-tanya dalam hati.

Maklum saja, sehari-hari Lily hanya tinggal di rumah kontrakan yang tak terlalu besar. Hanya rumah biasa yang memiliki dua kamar kecil.

Jadi begitu melihat gedung sekolah yang sedemikian mewahnya, Lily tak henti berdecak kagum.

Perlahan Lily mendorong pintu itu. Berharap dia bisa melihat isi di dalamnya.

Tak ada siapapun di dalam ruangan kelas itu. Lily mengedarkan pandangannya ke seantero ruangan.

Decak kagum tak henti keluar dari bibir mungilnya.

Pasti akan sangat menyenangkan belajar di ruangan yang semewah ini. Ah, jadi enggak sabar kepingin cepet-cepet masuk sekolah. Batin Lily.

"Ada yang bisa dibantu, nona cantik?" tanya seorang guru yang kebetulan sedang lewat dan melihat Lily melongok ke bagian dalam kelas.

Lily sangat terkejut mendengarnya. Jantungnya terasa hampir copot.

"Ah, eng..enggak. Enggak ada," jawab Lily tergagap.

"Oh. Saya kira nona cantik ini butuh bantuan," sahut guru yang ber-tag name July.

"Saya July. Panggil miss July. Saya mengajar bahasa inggris. Apa kamu calon siswa di sekolah ini?" tanya July dengan ramah sambil mengulurkan tangannya.

Lily terkesima dengan cara bertanya guru itu yang sangat sopan. Lalu dengan sedikit ragu, menerima uluran tangan July.

"Nama saya Liliani. Panggil saja saya Lily, Bu. Eh, miss July," jawab Lily sambil tersipu, karena keliru memanggil July.

"Saya calon siswa kelas satu di sekolah ini," lanjut Lily.

"Oke. Berarti nanti kita bakalan sering ketemu. Karena saya akan mengajar di kelas satu," ujar July sambil tersenyum ramah.

Lily mengangguk senang. Belum apa-apa saja dia sudah disambut dengan hangat.

"Apa kamu mau melihat seluruh ruangan di sekolah ini?" tanya July.

"Iya, miss July. Apa boleh?" Lily balik bertanya.

"Boleh saja. Tapi kamu bakalan capek, karena di gedung ini ada puluhan ruangan. Dan juga ada lima lantai. Kamu kuat naik turunnya?" July menatap tubuh mungil Lily.

Lily tersipu malu. Dalam hatinya bisa menebak, pasti miss July sedang meragukannya.

Tapi benar juga sih, melihat gedung megah ini, Lily tak akan sanggup kalau melihat seluruh ruangannya.

"Seluruh ruangan di sekolah ini, hampir sama desainnya. Tapi nanti pelan-pelan kamu akan bisa membedakannya. Selain itu, di atas pintu kan juga ada tulisannya," papar July.

Lily mengangguk mengerti.

"Oke, mm...siapa tadi nama kamu?"

Rupanya July lupa dengan nama yang didengarnya tadi.

"Lily. Liliani," jawab Lily dengan tegas.

"Nama yang cantik. Secantik wajahmu. Dan nama kamu mengingatkan saya pada sekuntum bunga Lily," ucap July sambil tersenyum dan memejamkan matanya sebentar.

Lily hanya memperhatikan saja gelagat July.

Ah, kenapa aku malah baper sih? Batin July sambil tersipu malu pada Lily.

Padahal Lily tak paham dengan apa yang sedang dipikirkan calon gurunya itu.

"Oke, Lily. Saya akan ke ruangan guru, di lantai dua. Apa kamu mau ikut ke sana?" tanya July menawari Lily.

"Boleh?" tanya Lily ragu.

July mengangguk sambil tersenyum ramah.

Lily pun ikut mengangguk dengan antusias.

Dan mereka berdua berjalan beriringan menuju tangga yang menghubungkan ke lantai dua.

Dengan ramah, July menerangkan setiap ruangan yang mereka lewati pada Lily. Lily pun menyimaknya baik-baik.

Hingga sampai di depan ruangan guru, Lily dipersilakan masuk oleh July.

Lily disambut dengan ramah oleh beberapa guru yang kebetulan berada di ruangan itu. Dan mereka pun saling memperkenalkan diri.

Guru-guru di sini sangat ramah. Mana ruangan kelasnya juga sejuk. Pasti aku bakalan betah sekolah di sini.

Tet!

Suara bel masuk tanda usainya waktu istirahat, terdengar. Membuyarkan lamunan Lily pada masa lalu. Masa di awal masuk ke sekolah ini, yang dipikirnya sangat menyenangkan.

Ya, pasti sangat menyenangkan. Tapi bagi mereka yang orang tuanya beruang. Karena setiap keramahan pengajar di sini, ada pamrihnya.

Mereka saling berlomba mendekati siswa, agar siswa itu mau ikut les tambahan, baik privat atau berkelompok. Pastinya dengan bayaran yang tidak kecil.

Dan bisa dipastikan juga, nilai siswa di mata pelajaran itu, bakalan tinggi. Karena nanti setiap kali ulangan atau ujian kenaikan kelas, akan diberikan kisi-kisi soal yang bakalan keluar.

Siapa yang tidak tertarik? Kecuali Lily yang sekarang. Karena Lily yang sekarang bukan lagi Lily yang dulu. Lily yang pernah disambut dengan ramah.

Kini Lily hanya sebuah butiran debu di hadapan mereka. Yang nyaris tak terlihat.

1
Shuhairi Nafsir
Mohon Thor jadikan Lily anak yang tegas . jenius lagi bisa bela diri
Anita Jenius
Baca sampai sini dulu. 5 like mendarat buatmu thor. semangat ya.
Rina Rient: Siap..Terima kasih like-nya 🙏
total 1 replies
Fatta ...
lanjut Thor..,
Rina Rient: Siap..tunggu episode-episode selanjutnya, ya 🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjut thor
Rina Rient: Siap..tunggu yaa 🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjutkan, crazy up thor
Anto D Cotto
menarik
Rina Rient: Terima kasih 🙏
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal kak. 3 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Rina Rient: Terima kasih 🤗
total 1 replies
Irsalina Lina
kapan ep ke 2 nya di tanyangkan thoor?......, GK sabar ni mau baca. soalnya cerita nya bagus dan menarik
Rina Rient: Sabar ya..step by step 😊
total 1 replies
Mamimi Samejima
Bikin happy setiap kali baca. Gak bisa berhenti bacanya.
Rina Rient
terima kasih🥰.. tunggu episode2 selanjutnya ya 🙏
Jing Mingzhu5290
Saya merasa terinspirasi oleh perjuangan tokoh-tokoh dalam cerita.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!