Possessive Brothers

"wah ada rame-rame apa nih di sini?"

"Pantes aja kucari di ruang keluarga tidak ada ternyata pada kumpul di sini."

Sebuah suara yang mereka kenali mengagetkan semua orang yang ada di ruang makan.

"Daddy?!"Kania dan Marvin kaget melihat ayah mereka muncul secara tiba-tiba. Tanpa ada kabar yang memberitahukan jika Daddy mereka akan datang.

"Loh Mike, kenapa tidak mengabari kami jika mau datang."kakek Arnawama cukup kaget dengan kedatangan dari ayah Marvin dan Kania

"Hello Uncle, kan mau ngasih surprise buat semuanya. Jadi memang sengaja nggak ngasih kabar kalian sih. Uncle apa kabar?"Daddy Mike memeluk kakek Arnawama.

"Kabar Uncle baik-baik aja. Kamu sendiri bagaimana Mike?"

"Seperti yang Uncle lihat Mike baik-baik saja dan selalu sehat."

Seluruh anggota keluarga Pratama termasuk Marvin dan Kania pun juga bergantian memeluk Daddy Mike. Kecuali Queen yang masih merasa asing dengan Daddy Mike karena selama dirinya dirawat di rumah sakit memang daddy Mike jarang menjenguknya. Queen hanya memperhatikan interaksi keluarganya dengan seorang laki-laki yang asing menurutnya.

Daddy Mike melihat ke arah Queen Dan tersenyum lalu segera duduk di sebelah Queen mengusir anak laki-lakinya Marvin."pindah kamu boys, Daddy mau duduk di sebelah Queen."

Marvin mendengus namun tetap pindah duduk.

"Ini dia bintang utamanya. Apa kabar nak??"Daddy Mike menyapa Queen secara langsung untuk pertama kalinya.

Waktu Daddy Mike pulang ke Indonesia saat mendengar kabar tentang kecelakaan Queen, Daddy Mike hanya mengantarkan seorang dokter untuk mengawasi jalannya pengobatan calon mantu nya itu. Setelah itu Daddy Mike kembali terbang ke negara Swiss untuk menyelesaikan pekerjaan sebelum dirinya memindahkan kantor pusat perusahaannya ke Indonesia.

Pemindahan kantor pusat tersebut memakan waktu yang cukup lama sehingga baru sekarang Daddy Mike bisa menjenguk Queen.

Queen tidak menjawab namun hanya menatap Daddy Mike secara intens.

Daddy Mike tersenyum "Putri Daddy tidak mengenali Daddy lagi kah?"

Queen mendongak melihat ke arah papa Mahendra seakan bertanya siapa orang yang ada di depannya itu.

Seakan paham tatapan Putri bungsunya Papa Mahendra menjelaskan siapa gerangan orang yang ada di hadapan putrinya tersebut.

"Princess, orang yang ada di depan kamu itu adalah ayah dari Kania dan Marvin. Kamu lupa sayang?"

Queen menggeleng"maaf Pa,Queen nggak ingat Pa. Tapi rasanya Queen begitu familiar dengan Uncle ini."

"Maaf uncle Queen nggak ingat sama sekali."ucap lirih Queen.

Daddy Mike mengelus rambut Queen dengan sayang.

"It's oke Princess Uncle memahami keadaan kamu. Keadaan di mana kamu kehilangan memori kenangan masa kecil kamu."

"Walaupun kamu lupa dengan uncle, tetapi uncle punya banyak foto kenangan kamu ketika kamu masih kecil."

"Benarkah uncle ??"

"Tentu saja semua tersimpan dengan baik bahkan ada satu foto yang selalu dibawa kemana-mana oleh Marvin. Ya kan boy?"

Marvin yang sedang minum tersedak mendengar ucapan sang Daddy tentang dirinya membawa satu foto Queen saat kecil kemanapun Marvin pergi.

Sebuah rahasia yang memang hanya diketahui oleh sang Daddy selama ini. Foto tersebut tersimpan rapat di dalam dompet Marvin. Namun sekarang semuanya dibongkar oleh sang ayah begitu saja.

"Wah ternyata bang Marvin bucin sejak dini dong."ledek Kenzie. Marvin hanya melirik tajam ke arah Kenzie.

"Ternyata ya bang Marvin diam-diam menghanyutkan."Kennard pun ikutan meledek Marvin.

'ck Daddy kenapa bongkar rahasia aku sih?? Semua orang jadi tahu kan. Ish Daddy nyebelin banget.' gerutu Marvin dalam hati.

Perihal Marvin menyimpan dan membawa foto Queen saat kecil kemanapun pergi itu bukan suatu rahasia lagi untuk para tetua di keluarga Pratama maupun Alberto.

"Jangan percaya Queen Daddy bohong."Marvin mencoba mengelak.

"Kalau Nia mah percaya aja sama Daddy. Karena Nia pernah lihat sendiri sih."

Marvin melotot mendengar ucapan sang adik ,dirinya lupa jika Kania pernah membuka dompetnya saat ingin meminjam kartu kredit miliknya. Kedua telinga Marvin langsung memerah karena menahan malu akibat rahasia yang selama ini dia simpan dibongkar oleh sang ayah dan adiknya di depan gadis kesayangannya.

"tuh kan Telinga Marvin merah. Marvin kan kalau menyembunyikan kebohongan kedua telinganya pasti memerah dari dulu seperti itu kan."William yang sejak tadi diam pun akhirnya ikut menyuarakan suaranya. Serentak semua orang melihat ke arah dua telinga Marvin.

"Wah iya telinganya dua-duanya merah"ujar Ken saat memeriksa kedua telinga Marvin apakah memerah  atau tidak."

Marvin sudah pasrah dirinya menjadi bahan ledekan seluruh keluarga.

Queen pun hanya tersenyum memperhatikan Marvin yang salah tingkah dengan kedua telinganya memerah meskipun masih samar.

"Sudah sudah kalian ini suka sekali menggoda Marvin."kakek Arnawama menengahi ledekan cucu-cucunya kepada Marvin.

***

Kedatangan Daddy Mike tentu saja menambah suasana ramai di dalam kediaman Mansion Pratama.

Suara tawa bahagia terdengar pada ruang keluarga di mana seluruh anggota keluarga Pratama Tengah berkumpul termasuk Marvin,Kania dan Daddy Mike. Kumpul keluarga yang sudah lama tidak terjadi di dalam keluarga Pratama namun sekarang hal itu terjadi kembali di saat permata keluarga Pratama telah berkumpul kembali di tengah-tengah mereka.

Al,Kania, Kenzie dan Kennard sedang bermain Uno di mana yang kalah wajahnya akan dicoret dengan bedak atau tepung yang sudah mereka siapkan.

Wajah keempatnya sudah ada beberapa coretan namun yang terbanyak coretan adalah wajah kennard.

Kennard sudah beberapa kali kalah dalam permainan tersebut seperti saat ini di permainan terakhir dirinya pun yang kalah.

"Ah masa aku kalah lagi sih. Nggak bisa nggak bisa pada curang nih."Kennard merasa tidak terima dirinya kalah lagi dalam permainan.

"Dih mana ada kita curang yang ada lu kagak bisa main kali."ledek Al kepada kennard.

"Al your language please. Minta Abang pukul itu mulut."William menegur Al karena menggunakan bahasa gaul di dalam rumah. William tidak menyukai jika adik-adiknya menggunakan bahasa gaul di dalam rumah karena menurutnya itu tidak sopan terhadap orang tua maupun kepada yang lainnya.

"Hehehe maaf ya bang Al keceplosan besok-besok nggak gitu lagi deh."Al menggaruk kepalanya.

"Alah bohong itu bang kebanyakan janji palsu itu si Al."Kenzie mengompori agar Al semakin dimarahi oleh William. Di mata adik-adiknya William itu orang yang sangat tegas dan tidak bisa dibantah sama sekali.

"Zie diem deh nggak usah jadi kompor Abang juga tahu kamu sama Kennard juga sering pakai bahasa gaul. Abang ada buktinya loh mau Abang kasih tunjuk nih ke bang William biar uang jajan kalian pada dipotong."Ken yang sejak tadi hanya diam mengamati adik-adiknya bermain pun akhirnya ikut berbicara.

"Weh nggak bang. Ampun kita-kita nggak bakalan ikutan  lagi ngeledekin Al deh."ancaman yang paling ampuh untuk Kenzie dan Kennard adalah memotong uang jajan mereka atau menarik sementara kartu kredit mereka.

Para orang tua yang melihatnya pun hanya geleng-geleng kepala karena hal tersebut sudah sering terjadi.