NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Sang Teknisi

Jerat Cinta Sang Teknisi

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Deyulia

Jabar, Teknisi senior yang jatuh cinta lagi pada Operator di mesin yang ia pegang. Setelah beberapa tahun menduda, ini kali pertama dia jatuh cinta lagi. Operator baru itu namanya Clara masih muda dan cantik, tapi pemalu.

  Mungkin inilah jalan cinta Jabar yang mulus bak jalan tol. Ketika Jabar memberi tumpangan pada Clara untuk berteduh di rumahnya karena hujan yang lebat, beberapa orang tetangga sempat heran dan curiga. Namun, Jabar tidak kalah gertak, dia mengaku kalau Clara adalah istri barunya yang baru beberapa hari dinikahi.

  Apakah kebohongan Jabar akan terendus massa ataukah ini jalan cintanya untuk yang kedua kali naik pelaminan? Natikan kisah serunya di karya "Jerat Cinta Sang Teknisi".

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2#PERNIKAHAN RAHASIA JABAR#Ternyata Satu Mesin

  "Silahkan Clara kamu masuk mesin 10, Carmen kamu mesin sembilan, dan kamu Coni mesin delapan," instruksi Kak Vita sambil menunjuk mesin masing-masing yang kini mereka tempati.

   Ira dan Jabar menyambut kehadiran Clara dengan senyuman sebagai aksi sambutan pertama mereka.

   "Ok, kalian yang masih baru mohon bimbingannya sama Operator lama, dan yang lama harus bisa bekerjasama dengan baik dengan yang baru. Jika yang baru belum paham akan kerja mesin, maka kalian jangan segan memberitahu dan jangan pelit ilmu, sebab semua itu demi kelangsungan mesin kalian sendiri supaya menghasilkan produk yang baik," ujar Kak Vita panjang lebar memberi arahan pada Operator baru maupun yang lama.

   Ira dan yang lainnya mengangguk tanda setuju diberi arahan seperti itu oleh Kak Vita. Setelah itu Kak Vita segera beranjak dari ruangan SMT dan kembali ke ruangannya.

   "Ayo Cla, kemarilah. Kenalkan dulu namaku Ira dan ini Teknisi kita yang khusus di mesin 10. Teknisi kita sebetulnya ada dua, nanti yang bagian malam ada juga namanya Bang Hakiki. Kalau yang pergi tadi, itu namanya Bang Hardi, dia Teknisi mesin sembilan, yang sengaja bantuin Bang Jabar tukar model," terang Ira baik hati.

  Clara sekilas menatap ke arah Jabar, Clara berdesir sebab Teknisi yang sudah berumur 32 tahun itu melihat juga ke arahnya sehingga mereka sempat bersitatap, meskipun Clara langsung mengalihkan tatapannya ke arah lain.

Padahal tadi di depan pintu WC mereka sempat bertabrakan, tapi saat dipertemukan kembali di mesin yang sama, baik Jabar maupun Clara sama-sama gugup.

  "Rupanya kita satu mesin, dan nama Abang ini Jabar, tapi bukan Bang Jabar Banten, he," guyonnya dalam hati merasa lucu dengan nama Jabar, mengingatkan Clara pada sebuah bank di Jawa Barat.

   Wajah Teknisi bernama Jabar yang menurutnya tampan itu, seketika terbayang. "Meskipun sudah berumur, tapi tampan banget," pujinya dalam hati.

   "Cla, tugas kamu dimulai dari sini, ayo ikut aku," ajak Ira menuju buntut mesin, mengejutkan Clara yang tengah melamun. Ira menamainya ekor mesin atau buntut mesin, yaitu tempat berakhirnya produk PCB yang sudah diproses bonding atau solder serta pemasangan part komponen. Tugas Clara mengecek barang yang keluar dengan menggunakan template, dan kaca pembesar, yang fungsinya untuk mengecek komponen dari yang terbesar sampai terkecil.

   Clara manggut-manggut paham, meskipun ini pengalaman pertamanya kerja di pabrik elektronik, akan tetapi Clara paham apa yang harus dia kerjakan.

   "Ok, kamu mulai ngecek jika barang itu sudah keluar dari mesin oven. Hati-hati ngeceknya, jangan sampai PCB nya jatuh, jika ada komponen yang missing, kamu kasih tanda saja sama stiker reject. Jangan lupa pakai sarung tangan, karena PCB yang baru keluar oven, panas," peringat Ira baik hati.

   "Ok, terimakasih Kak Ira," ucap Clara sembari tersenyum dan kini dia mulai menempati mejanya.

   Tiba-tiba mesin berbunyi, dengan sigap Clara menghampiri Ira dan mengamati apa yang dilakukan Ira. Di sana Clara mengamati sambil bertanya ini itu. Beruntungnya Ira sangat baik dan mau berbagi ilmu dengan sabar.

   Tiba jam istirahat, terpaksa Ira istirahat duluan dan menitipkan mesin pada Jabar, kebetulan Jabar ambil jam istirahat di jam kedua setelah Ira.

   "Bang, aku istirahat duluan, ya. Titip mesin dulu. Tolong dibimbing juga Clara, dia belum paham banget," pesan Ira mewanti-wanti. Jabar mengangguk setuju disertai acungan jempol.

   "Cla, aku istirahat dulu, ya. Kalau PCB di belakang masih sedikit, kamu langsung ke depan saja, tanyakan sama Teknisi kita apa yang perlu kamu perbuat. Aku pergi dulu, ya." Ira berpamitan untuk pergi ke kantin atau ke warung di depan pabrik. Clara mengangguk.

   Sesaat setelah Ira pergi, tiba-tiba mesin berbunyi, terpaksa Clara harus meninggalkan dulu mejanya dan berlari ke arah depan mesin. Kebetulan di sana sudah ada Jabar yang sudah siap menangani mesin.

   "Dek, ini soldernya habis. Untuk sementara kamu perhatikan abang memasang solder di stensil (papan cetak) ini," tegur Jabar tiba-tiba, menunjukkan tangannya ke papan cetak PCB. Clara dengan seksama melihat cara menyiapkan dan mengaduk solder sampai dipasang di atas stensil Pelajaran pertama dari Jabar sudah Clara dapatkan secara sukarela.

   "Terimakasih Bang," ucap Clara senang.

   "Tolong kamu bersihkan lagi sendok bekas ngambil soldernya sama kain perca campur thiner, jangan lupa kamu harus pakai sarung tangan, sebab air thiner agak keras kena kulit," peringatnya perhatian.

   "Baik Bang terimakasih."

   "Kamu umur berapa, De?" tanya Jabar tiba-tiba berlanjut, membuat jantung Clara mendadak berdetak kencang.

   "Cla baru 19, Bang," jawab Clara menyebut dirinya dengan nama sendiri. Jabar jadi ingat Dara yang selalu menyebut dirinya dengan namanya langsung. Jabar tersenyum, Clara benar-benar mengingatkan dirinya pada Dara perempuan yang dulu dia cintai tapi tidak bisa dia miliki.

   "Kamu sudah punya pacar belum, Cla?" tanya Jabar berani. Masih baru kenal tapi sudah berani menanyakan pacar. Clara menggeleng malu.

   "Serius? Mau tidak abang jadikan pacar?" Pertanyaan Jabar sontak membuat Clara benar-benar malu.

   "Bukan pacar, tapi bini, mau tidak?" Jabar makin menjadi. Clara semakin dibuat tengsin, mukanya memerah. Melihat Clara malu, Jabar jadi merasa tidak enak.

   "Sudah, jangan dianggap serius, abang cuma bercanda," ucap Jabar menyesal. Tidak diduga sebenarnya hati Clara ada perasaan sedih saat Jabar bilang hanya bercanda, entah kenapa sejak melihat pertama kali laki-laki dewasa itu di depan pintu WC, desiran rasa tiba-tiba saja muncul dalam dadanya

   "Ahhhh." Tiba-tiba Clara memekik saat dia mau keluar dari meja Operator tapi kakinya nyangkut ke kaki Jabar.

   "Kenapa? Kamu tidak hati-hati sih, tuh lihat muka kamu kena solder. Cepat bersihkan sama kain basah," usul Jabar sangat perhatian, lalu mengambilkan kain perca bersih dibasahi air mineral miliknya. Tangan Jabar kini sedang menari-nari di atas permukaan wajah Clara yang mulus dan licin.

   "Ya ampun, wajah perawan selicin ini, selicin stensil kalau sudah dibersihkan dari solder paste," pujinya dalam hati. Sedekat ini dengan seorang gadis perawan membuat hati Jabar berbunga-bunga dan jatuh cinta kembali di pandangan pertama, setelah menduda beberapa tahun.

  "Tet ... tet ... tet ...." Tiba-tiba bunyi alarm mesin berbunyi dan merah menyala. Jabar dan Clara sontak terkejut, lalu segera keluar dari meja. Suara mesin membuat Jabar terlihat kecewa, padahal dia sedang menikmati wajah perawan yang masih mulus tanpa merkuri dan hidrokinon kadar tinggi.

   "Coba kamu lihat apa yang terjadi, sepertinya komponen habis." Jabar memberitahu. Clara segera menuju komputer dan membaca apa yang menjadi problem. Walaupun menggunakan bahasa Inggris, tapi Clara lumayan paham dengan bahasa Inggris.

 "Ini komponennya habis, Bang," lapor Clara kepada Jabar.

  "Buka kaca pelindung mesinnya, lalu kamu ambil feeder yang komponennya habis sesuai kode di feeding list," titah Jabar seraya memberikan feeding list. Clara mengikuti arahan Jabar, sampai dia bisa memasang kembali komponen ke dalam feeder. Mesin beroperasi kembali setelah feeder diisi komponen yang benar dan sesuai feeding list.

  Gerak-gerik Clara tidak luput dari tatapan kagum Jabar. Sepertinya Jabar menyukai gadis yang satu ini.

1
Noviyanti
Ceritanya menarik dan cukup menghibur, alurnya juga bagus. semangat terus authornya
Lina Zascia Amandia: Hehhe... mksh Kak Novi. Karya Kak Novi lebih bagus.
total 1 replies
Noviyanti
eh kok cepet amat udahannya, udah happy ending aja nih.
Lina Zascia Amandia: Iya Kak Nov. Soalnya udah kehilangan ide.
total 1 replies
Noviyanti
syukurlah hardi sadar diri
Teteh Lia
ikut senang untuk kebahagiaan semuanya.
Lina Zascia Amandia: Terimakasih Teh kehadirannya...
total 1 replies
Teteh Lia
ya kan bang... ada yang ngarep lho. ngapain jadi pebinor. ok
Teteh Lia
begitu donk bang Hardi. jangan bermusuhan
Nasir
Bagus, ceritanya pendek gak bertele2.
Teteh Lia
padahal Clara nya juga ga pernah ngerespon bang Hardi kan ya.
Lina Zascia Amandia: Nggak kayaknya Kak...
total 1 replies
Teteh Lia
lagian si Hardi. Maruk banget... udah punya cewe, malah ngincer cewe lain juga.
Noviyanti
hehe kasian si hardi itu
Noviyanti
ya dia udah nikah cuma belom pesta doang di
Noviyanti
wah apa orang itu si hardi ya?
Lina Zascia Amandia: Mungkin..
total 1 replies
Teteh Lia
malah kena skak balik. wkwk
Lina Zascia Amandia: Mksh Teh...
total 1 replies
Teteh Lia
malu ga tuh. udah ngata-ngatain. eh salah ...🤭
Teteh Lia
mereka udah nikah. kali. yang ada elu yang bakal malu.
Noviyanti
hore jeboll juga
Lina Zascia Amandia: Wkwkkwk
total 1 replies
Noviyanti
persiapannya sungguh sangat matang ya, baru pulang jabar maen hajar aja
Noviyanti
wah bisa jadi
Lina Zascia Amandia: Hehheheeh
total 1 replies
Noviyanti
bukan naksir lagi, tapi udah jadi bini bang
Ihda Rozi
lanjut
Lina Zascia Amandia: Ok....
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!