Nadia Nata hamil diluar nikah tanpa sepengetahuan kekasihnya. Mereka sudah menjalin hubungan selama satu tahun. Karena janji manis dan rayuan sang kekasih, mereka melakukan hubungan yang tidak sepantasnya hingga Nadia mengandung.
Aditya Bima Mahendra, seorang CEO salah satu perusahaan terkenal milik keluarganya. Dia sudah satu tahun menjalin hubungan dengan sekretarisnya bernama Nadia Nata.
Tetapi saat mantan kekasihnya Nindi muncul kembali, satu tahun pengorbanan Nadia seolah-olah tidak berarti bagi Aditya. Dia lebih memilih Nindi dan berencana menikahinya tanpa tahu jika Nadia sedang mengandung anaknya.
Merasa dibuang dan tidak dihargai lagi. Lagi pula hubungan Aditya dan Nadia tidak mendapat restu dari orang tua Aditya karena alasan asal usul Nadia yang tidak jelas, membuat Nadia akhirnya memilih menyerah dan pergi.
Bagaiman kisah mereka selanjutnya? Ikuti ceritanya hanya eksklusif di NOVELTOON saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Butterfly93_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19. Empat Tahun Berlalu
Di dalam sebuah rumah tua, di pinggiran kota Nadia tidur di atas dipan beralaskan tikar yang sudah usang. Terpaksa dia menginap di rumah tua peninggalan orang tuanya itu yang sudah lama meninggal. Besok subuh Nadia akan berangkat ke Pulau Padar, tepatnya Labuhan Bajo. Ya, Nadia memutuskan akan menetap di sana.
Nadia tersenyum miris karena dia terlalu percaya diri kalau Aditya akan mencarinya. Padahal laki-laki itu sudah jelas-jelas akan menikah.
"Nak, sebentar lagi kita akan pergi. mami tidak akan membiarkan mu dekat-dekat dengan orang-orang itu. Mereka semua jahat, mereka tidak pernah menginginkan orang miskin seperti kita" gumam Nadia sambil mengusap-usap perutnya.
Nadia sangat bersyukur karena janin di dalam kandungannya itu bisa diajak kerja sama. Dia tidak pernah lagi merasakan mual muntah. Mungkin si kecil di dalam sana tahu apa yang dialami maminya saat ini.
Malam itu Nadia tidak henti-hentinya berdoa supaya perjalanan hidupnya ke depan berjalan dengan lancar.
Seminggu setelah kepergian Nadia, hidup Aditya tidak baik-baik saja. DIa berubah menjadi gampang marah, emosian. Dan kerap kali kata caci makian yang keluar dari dalam mulutnya. Setiap hati pasti ada saja barang-barang yang menjadi korban kemarahannya jika salah satu bawahan membuat sesuatu yang tidak sesuai keinginannya. Benar-benar dia tidak bisa mengontrol kemarahannya.
"Aditya...?" panggil Nyonya Sinta ketika dia hendak masuk ke ruang kerja sang anak. Dari luar wanita paru baya itu sudah mendengar keributan di dalam sana. Nyonya Sinta datang bersama dengan Nindi karena wanita itu juga sudah seminggu diabaikan Aditya.
"Bisakah kalian mengutuk pintu dulu sebelum masuk" ujar Aditya dengan wajah kesal.
"Aditya! Aku ini ibumu, bisakah kamu bersikap sedikit lebih sopan?"
Nyonya Sinta menggelengkan kepalanya melihat kekacauan yang terjadi di dalam ruang kerja anaknya itu. pecahan beling berserakan di lantai dan begitu juga kertas-kertas yang berceceran di mana-mana. Sekretaris baru Aditya hanya bisa diam mematung di pojokan.
"Rika, kamu keluar saja" titah Nyonya Sinta.
Rika langsung bergegas pergi ke luar dari ruangan itu. Dia sampai terlihat gemetaran karena mendapatkan amukan dari Aditya. Dia memang menyadari jika dia melakukan kesalah, tetapi dia tidak menyangka Aditya akan semarah itu.
Setelah Rika keluar, Nyonya Sinta langsung menghampiri Aditya. Dia mengusap-usap punggung anak kesayangannya itu dengan lembut. Aditya sangat berubah semenjak kepergian Nadia. Nyonya Sinta sangat tahu itu dan dia malah menyalahkan Nadia atas perubahan sikap sang anak. Padahal Aditya sudah bersikap seperti itu sebelum bertemu dengan Nadia.
Justru karena hadirnya Nadia lah makanya Aditya banyak berubah menjadi lebih baik. Tetapi sekarang karena sikap anaknya itu kembali ke mode awal, Nyonya Sinta malah menyalahkan orang lain. Sungguh tidak tahu malu.
Nindi juga tidak kalah syok melihat kekacauan yang ditimbulkan Aditya. Namun hal itu tidak menyurutkan niatnya tetap menjadi istri Aditya. Dia membutuhkan uang banyak dan membutuhkan mesin uang untuk membayar hutang-hutang keluarganya.
Penipuan bisnis yang dilakukan oleh orang yang membawa kabur Nadia beberapa tahun silam membuat perusahaan dan harta keluarga Nindi habis. Bahkan mereka masih punya hutang untuk membayar para karyawan yang di PHK. Dulu mereka pikir laki-laki yang membawa Nindi kabur akan menjadi menantu yang membuat mereka semakin kaya.
Ternyata oh ternyata, mereka malah ditipu. Nindi yang katanya sedang sakit dan mejalani pengobatan makannya tidak memberitahukan keberadaannya di mana hanya alasan belaka. Sebenarnya waktu itu, orang tua Nindi lebih memilih laki-laki yang sudah menipu mereka itu menjadi menantunya ketimbang Aditya.
Ditambah lagi Nindi dan orang tuanya tidak bisa lepas dari kata glamor dan kemewahan, tidak mampu dan tidak bisa menerima mereka akan hidup dalam kemiskinan. Tujuan mereka mendekati Nyonya Sinta dan Aditya lagi hanya untuk menghindari status mereka yang sudah jatuh miskin. Mereka ingin menompang hidup dengan cara Nindi menikah dengan Aditya.
Dengan begitu mereka akan tetap bisa hidup mewah seperti kehidupan mereka sebelumnya. Sekarang saja Nindi dan orang tuanya masih menahan-nahan hasrat mereka dan tetap mempertahankan penampilan mereka tetap sebagai orang kaya. Padahal apa yang sekarang mereka kenakan dan pakai itu semua adalah barang-barang hasil sewaan.
Baru nanti setelah Nindi dan Aditya menikah dan sah menjadi suami istri, mereka akan memberanikan diri meminta gono gini kepada Aditya. Keluarga itu memang suka menghambur-hamburkan uang. Hingga mereka sekarang yang sudah bangkrut, masih ingin tetap mempertahankan status sosialita mereka.
"Sayang...?" panggil Nindi sambil mengusap rahang lelaki itu dengan lembut.
Aditya mendongak. Namun kepalanya yang terasa pusing membuat pandangannya sedikit kabur.
"Nad..." gumamnya lirih. Tangannya membelai pipi Nindi karena mengira wanita itu adalah Nadia.
***
Empat tahun berlalu di sebuah perusahaan, Nadia sedang sibuk mengerjakan laporan bulanan yang harus dia serahkan kepada bosnya sebelum makan siang nanti.
Sudah satu tahun Nadia bekerja di perusahaan itu. Sebelumnya dia bekerja di sebuah cafe di pinggiran pantai labuhan bajo. Di cafe itu dia bisa mengatur jam kerjanya karena si empunya memperbolehkan dia bekerja dengan sitem shift-shift an. Saat itu Nadia tidak berani mengambil pekerjaan yang full time karena dia tidak mau meninggalkan buah hatinya terlalu lama.
"Nadia, hari ini katanya CEO perusahaan kita akan datang. Katanya masih muda dan sangat tampan loh."
Vera rekan kerja Nadia duduk di sampingnya dan ikut membantu Nadia merapikan berkas-berkas yang sudah Nadia input ke komputer.
"Kamu sepertinya tidak pernah berdandan, ya?" tanya Vera yang melihat penampilan wajah Nadia yang terlalu sering polos tanpa make up. Namun, walaupun tanpa make up, Nadia sudah cantik kok. Memang cantiknya sudah bawaan sejak lahir.
"Buat apa?" tanya Nadia balik. Dia masih fokus menyelesaikan pekerjaannya yang sisa sedikit lagi.
"Ya, buat untuk memikat hati bos baru. Kalau bos lama kita kan sudah tua dan aku bisa memaklumi itu makanya kamu tidak pernah berdandan. Katanya bos baru kita ini selain tampan, dia juga lulusan sekolah dari luar negeri loh."
Nadia hanya tersenyum dan tidak tertarik sama sekali dengan topik obrolan yang dibahas Vera. Sejak hari itu Nadia membenci yang namanya kaum adam. Setelah pengalamannya dekat dengan dua laki-laki dan berakhir dengan sungguh menyakitkan, membuat Nadia berpikir kalau semua laki-laki itu sama. Hanya ada dan butuh dikala mereka saat ada maunya saja.
"Kalian saja. Aku sudah punya anak" jawab Nadia dengan santai.
Vera tahu kalau Nadia ibu tunggal memiliki satu orang anak yang masih kecil. Tapi dia tidak tahu siapa ayah dari anak Nadia itu. Karena selama ini Nadia tidak pernah menceritakan masa lalunya yang menyakitkan itu.
"Kali aja dia suka sama kamu Nadia, siapa yang tahu" ujar Vera.
Lagi-lagi Nadia menggelengkan kepalanya. Dia merapikan berkas yang sudah selesai dia kerjakan dan mematikan komputernya.
"Buruan Vera, nanti kita terlambat menyerahkan laporan itu. Bisa diamuk bos nanti kita" kata Nadia sambil menunggu Vera menyerahkan berkas yang masih dia susun rapi. Karena rencananya mereka akan langsung ke kantin untuk makan siang sehabis menyerahkan laporan itu kepada atasan mereka.
Turun kan egomu Nadia, Leonel butuh sosok orang tua yg utuh,yg selalu bersama,tidak terpisah pisah.
pikirkan tentang Leonel Nadia
bagus nadia jng lemah kpd aditya coba kl ada laki yg lbih dr aditya dan menerima apa adanya trus ortunya pun gk kayak mak nya aditya yg gila harta. semoga jodoh mu.
bikin penasaran aja🙏
Abang Aditya, bertambah lagi orang yang mendukung mu, tinggal selangkah lagi mencairkan hati Nadia,semoga bahagia segera kalian rengkuh🤲😊