NovelToon NovelToon
SHOTGUN

SHOTGUN

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Dendam Kesumat / Persaingan Mafia
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Elisabeth Patrisia

Alya Mackenzie Armstrong.

Dia hanyalah gadis berumur 22 tahun yang sudah banyak melewati masa-masa sulit bersama keluarganya. Dia sangat menyayangi keluarganya, terutama adik perempuannya, Audrey.

Hingga suatu saat musuh keluarganya dari masa lalu kembali datang dan menghancurkan semua yang sudah ia lindungi. Ditambah dengan sesuatu mengejutkan yang tak pernah ia ketahui terungkap begitu saja dan menjadi awal kehancuran bagi dirinya.

Apakah Alya masih mampu melindungi keluarganya dari musuh mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elisabeth Patrisia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7th : Wary

Tanpa mereka ketahui bahwa ada beberapa orang yang mengawasi pergerakan mereka dari kejauhan. Setelah hampir satu jam, Alya dan pria bernama Kalbert itu berkeliling taman bermain yang mereka datangi. Tak hanya itu, mereka juga beberapa kali mencoba permainan yang ada. Alya mengajak Kalbert saat kakinya terasa pegal. Keduanya pun mendudukan bokong mereka di sebuah bangku panjang yang berada di pinggir - pinggir taman bermain itu. Kalbert berniat membeli minuman untuk mereka, dan meninggalkan Alya yang masih duduk sembari meremas - remas pelan kakinya. Dengan posisinya yang sedikit membungkuk, Alya bisa merasakan sesuatu yang aneh. Tanpa menunggu lama, Alya berpura - pura mengeluarkan ponsel dan mengarahkannya ke depan.

Ternyata dugaanku benar. Mereka mengawasi kami. Ucapnya dalam hati saat dengan jelas ia melihat ada tiga orang tengah mengawasinya. Terlihat jelas dari kamera ponsel yang diarahkan Alya pada tiga orang yang berada di sudut yang berbeda. Alya menghembuskan napasnya kasar lalu kembali memasukkan ponselnya ke dalam slingbagnya.

Selang beberapa saat Kalbert pun datang dengan dua cup kopi. Pria itu pun mendudukan bokongnya di samping Alya kemudian menyodorkan satu cup kopi pada Alya.

"Minumlah!" serunya dan segera dibalas anggukan oleh Alya.

Alya menyeruput minumannya perlahan sembari memperhatikan tiga orang yang terus saja mengawasi mereka. Menyadari itu, Kalbert menaikkan sebelah alisnya aneh saat melihat perubahan ekspresi wajah gadis di sampingnya.

"Alya? Ada apa?" tanya Kalbert sambil memegang tangan Alya yang mulai mengepal. Merasakan sebuah tangan memegangnya, seketika Alya mengurai kepalan pada tangannya.

"Tidak ada.." bohongnya kemudian kembali menyeruput minumannya berusaha mengendalikan amarah dalam dirinya yang mungkin mulai terpancing.

Sepertinya ada sesuatu yang membuat Alya tak nyaman. Seru Kalbert dalam hatinya. Ia tahu sesuatu pasti telah mengganggu Alya.

"Alya? Bagaimana kalau kita pergi saja dari sini?" Seru Kalbert lalu bangkit dari posisinya.

"Lho! Kenapa?" ceplos Alya sambil menunjukkan ekspresi terkejutnya.

"Tidak apa - apa.. Aku ingin mengajakmu ke tempat lain" jawab Kalbert kemudian megarahkan tangannya pada Alya. Dengan senang hati, gadis itu pun menerima tangan itu dan menggenggamnya.

"Ya sudah.. Ayo!" ujarnya sedikit semangat.

Keduanya pun beranjak dan meninggalkan tempat itu. Alya yang menyadari sesuatu pun segera menarik Kalbert ke dalam kerumunan yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri. Kalbert pun hanya mengikuti dan membiarkan gadis itu memimpin jalannya. Kalbert tahu Alya melakukan itu pasti karena ada sesuatu yang mengganggunya. Tanpa protes mereka melewati kerumunan itu dan berjalan melewati jalan - jalan yang agak sempit dimana berbagai macam tempat makan dan toko aksesoris terbentang sepanjang jalan itu.

Setelah berhasil keluar dari taman bermain itu, Alya pun melihat sekelilingnya dan menghela napasnya kasar tanpa sadar.

"Ada apa?" tanya Kalbert lalu mengeratkan genggamannya. Alya menolehkan wajahnya dan tersenyum pada pria itu sembari menyentuh tangan Kalbert yang menggenggam tangannya.

"Sebaiknya kita pergi dari tempat ini dulu" tukasnya dan disambut anggukan dari pria itu. Kemudian, keduanya beranjak menuju tempat dimana mobil Kalbert terparkir.

Setelah memastikan tidak ada yang mengikuti mereka, Alya pun menghela napasnya lega lalu memejamkan matanya. Lagi - lagi Kalbert menggenggam tangan Alya yang berada diatas lututnya.

"Are you okay?" tanya pria itu sembari mengelus - elus tangan Alya dengan ibu jarinya.

"Hm.." gumamnya. "Tadi aku melihat ada tiga orang yang mengawasi kita. Tapi, aku tidak tahu siapa mereka" jelas Alya dengan sorot mata yang terlihat khawatir.

"Mengawasi kita?"

"Iya.."

"Apa mereka masih mengawasi kita?"

"Aku tidak tahu pasti, tapi untuk saat ini mungkin kita berhasil lolos" jawab Alya ala kadarnya karena dirinya sendiri tak yakin dengan apa yang diucapkan.

🔫🔫🔫

"Hallo"

"Nona, maaf jika ini tidak menyenangkan. Tapi, gadis itu berhasil lolos dari jangkauan kami"

"APA?!!"

"Tapi, kami akan berusaha melacak keberadaannya lagi"

"Lakukan secepatnya!!! Aku tidak mau tahu, kalian harus mendapatkan kembali mereka"

"Baik, nona"

Gadis itu memutuskan sambungan telepon saat amarahnya mulai memuncak. Dan meremas kuat ponselnya tanpa sadar.

"SHIT!!!" umpatnya sembari memukul keras meja disampingnya.

"Aku tidak akan membiarkanmu begitu saja, Alya. Kau sudah menembus dadaku dengan pelurumu. Dengan begitu aku pun akan melakukan hal yang sama padamu.."

"Aku bersumpah..! Aku sendiri yang akan menembus dadamu dengan peluruku!" seru gadis itu dengan tatapan penuh kebencian tersirat di kedua maniknya.

🔫🔫🔫

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, tetapi dua insan yang sejak tadi menghabiskan waktu bersama masih berada di sebuah restauran dan baru saja selesai menyantap makan malam mereka. Tak lama setelahnya, mereka pun pergi meninggalkan restauran itu.

Selama perjalanan, baik Kalbert maupun Alya sama - sama tak bersuara dan membiarkan suara radio menggema memenuhi kesunyian dalam mobil itu. Tiba - tiba Alya teringat orang - orang yang mengawasi saat mereka di taman bermain tadi. Alya memijit pelan pangkal hidungnya saat kepalanya mulai berdenyut karena dirinya memaksakan untuk memikirkan sesuatu yang cukup berat dalam keadaannya yang memang sudah lelah.

Alya memejamkan kedua matanya berusaha menetralkan denyut nyeri yang ia rasakan. Namun, belum sampai beberapa menit Kalbert menginjak pedal remnya cukup dalam hingga membuat tubuh Alya terhuyung ke depan dan menyebabkan kepala gadis itu terbentur dashboard.

"Auwwh.." ringisnya sembari memegang kepalanya.

"Alya, i'm sorry" ucap Kalbert lalu menangkup wajah Alya dengan kedua tangannya sembari menelisik bagian wajah gadis itu yang terbentur.

"Ken---..." ucapannya terpotong.

"Apakah mereka yang kau lihat tadi?" tanya Kalbert sedikit sarkas dengan kedua mata melirik tiga orang berpakaian serba hitam di depan mereka. Alya membelalakan kedua matanya saat ia mengingat wajah - wajah orang itu, mereka adalah orang yang sama dengan yang ia lihat di taman bermain.

"Iya" jawab Alya dengan suara yang terdengar serak dan lebih berat. Melihat itu, membuat dada Alya naik turun tak karuan. Gadis itu seolah kesulitan mengendalikan pernapasannya sendiri.

"Biar aku hadapi mereka" tandas Kalbert sembari ancang - ancang ingin keluar dari mobilnya, tetapi Alya menahannya.

"Kita hadapi mereka bersama - sama" kata Alya dengan tatapan yang meyakinkan.

"Kau disini saja! Biar aku keluar dan menghadapi mereka" tolak Kalbert lalu melepaskan tangan Alya dari tangannya.

"Kau bisa saja terluka.. Kau lupa aku ini siapa? Hah? Aku bisa bela diri dan aku ingin membantumu" bujuknya dengan tatapan penuh harap.

"Tapi---"

"Please! Aku tidak ingin melihatmu terluka" potong Alya.

Tanpa berkata apapun lagi, Kalbert pun keluar dari mobil dan diikuti Alya di belakangnya.

"Siapa kalian dan apa mau kalian?" ketus Kalbert dengan tatapan tajam mengarah pada ketiga orang berpakaian serba hitam itu.

"Gadis itu.." jawab salah satu dari mereka dan merupakan yang paling tinggi diantara ketiganya. Alya menaikkan sebelah alisnya sembari tertawa jahat.

"Kalian mengincarku?" Alya bersedikap lalu berdeham pelan sebelum melanjutkan perkataannya. "Kalian atau ada seseorang yang memperkerjakan kalian untuk itu?" selidik gadis itu dengan suara yang terdengar tidak ramah sama sekali dan tatapan tajam mengarah pada mereka.

"Siapapun itu, yang pasti kau harus membayar apa yang sudah kau rusak, nona Alya Armstrong" tukas orang itu lagi.

"Apa maksud kalian?" ceplos Kalbert saat merasa ada sesuatu yang tidak diketahuinya.

"Anda tidak perlu tahu, tuan. Karena itu anda tidak boleh ikut campur!! Ini urusan kami dengan gadis itu" tandas seseorang yang sejak tadi hanya memainkan yoyo miliknya.

"Bagaimana bisa aku diam saja saat kekasihku dalam bahaya?!" ketus Kalbert dengan napas yang mulai memburu dan kedua tangan yang terkepal di kedua sisi tubuhnya. Sedetik kemudian, Kalbert melancarkan sebuah bogeman pada orang yang bermain yoyo tersebut.

"Kalbert?!" pekik Alya lalu menarik Kalbert menjauh dari ketiga orang itu.

"Kenapa kau menarikku?" cerocos Kalbert tak terima.

"Kau bisa terluka.."

"Lalu kau?! Apa kau tidak akan terluka jika kau menghadapi mereka sendirian?!" protes Kalbert lalu mulai berkelahi dengan orang yang bermain yoyo itu sedangkan dua orang lainnya hanya diam saja melihat perkelahian itu.

"Stop!" sebuah suara menginterupsi dan berhasil membuat perkelahian diantara Kalbert dan salah satu orang itu terhenti.

"Tuan Kalbert?! Putra Tuan Dario Kalbert.." seru seorang perempuan dengan masker penutup wajah yang muncul dari belakang ketiga orang berpakaian serba hitam itu.

"Darimana kau tahu?" tanya Kalbert dengan nada yang mulai meninggi. Bukannya menjawab, perempuan itu justru menunjukkan tawanya yang terdengar merendahkan.

"Hahaha... Tanyakan saja pada ayahmu itu! Apa dia tahu tentang Black Hawk?"

Black Hawk? Gadis itu...

"Kau?! Jadi kau juga termasuk komplotan Carlos?!" ceplos Alya yang terdengar menantang.

"Beraninya kau menyebut nama ayahku dengan tidak sopan seperti itu!" tukas perempuan itu dengan wajah memerah karena emosinya yang mulai memuncak.

"But.. I.. don't.. care" ucap Alya dengan penuh penekanan di setiap kata yang diucapkannya.

"Brengsek!!!" umpat perempuan itu lalu melancarkan serangannya ke arah Alya yang berhasil ditepis oleh Kalbert.

"Sudah kukatakan!! Ini bukan urusanmu!" tegas perempuan itu dengan rahang mengeras.

"Aku tidak peduli, aku akan tetap melindunginya" sergah Kalbert sontak membuat gadis itu semakin naik pitam.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, perempuan itu mulai menyerang Alya dengan tendangannya. Namun, meleset. Alya berhasil menghindari tendangan perempuan itu.

Tak hanya sampai disitu, perempuan itu terus saja menyerang Alya tanpa henti tetapi berulang kali juga Alya mencoba menghindar. Alya seakan tidak ingin membalasnya. Tak lama kemudian, ketiga orang yang berpakaian serba hitam itu mulai menyerang Kalbert dan membuat Alya tak bisa membiarkan itu terjadi. Alya pun mengabaikan perempuan itu lalu membantu Kalbert melawan ketiga orang itu.

Kalbert dan Alya berdiri saling membelakangi saat mereka mulai dikepung oleh ketiga orang itu beserta perempuan itu. Napas keduanya seakan memburu, terlihat jelas dari dada mereka yang naik turun. Semuanya seakan tak memberi Kalbert maupun Alya jeda untuk istirahat.

"Kau harus hati - hati!!" seru Alya memperingatkan Kalbert. Dan disambut anggukan oleh pria itu.

Selang beberapa detik, ketiga orang berpakaian serba hitam beserta perempuan tak dikenal itu pun kembali menyerang mereka secara bersamaan hingga sebuah pisau berhasil menggores lengan kiri Kalbert dan membuat Alya geram. Tak peduli dengan rasa sakit yang ia rasakan, Alya menghajar ketiga orang itu dengan cepat dan menyisakan perempuan yang tak dikenal.

"Tidak seharusnya kalian melukai Kalbert!" geram Alya dengan posisi jongkok sembari mendongak dan menatap tajam perempuan itu dengan wajah yang dipenuhi peluh.

"Itu pantas dia dapatkan..." timpal perempuan itu dengan nada suara yang terdengar sinis.

"Kalian tidak pantas melukai seseorang yang tidak ada hubungannya dengan masalahmu!" tukas Alya dengan penuh penekanan.

"Dia sendirilah yang sudah membuat dirinya terluka. Kami sudah memperingatkannya!" ketus perempuan itu.

"Sial!!!" umpatnya lalu bangkit dari posisinya dan mulai menyerang perempuan itu. Tanpa sadar Alya menggertakan giginya, dan terus saja berusaha melumpuhkan pergerakan perempuan itu. Dengan tenaga yang hampir habis, Alya mengepalkan tangannya erat - erat lalu mengayunkannya ke wajah perempuan itu disusul dengan sebuah tendangan menyamping yang tepat mengenai punggung perempuan itu. Beberapa detik kemudian, tubuh perempuan itu ambruk dan segera ditangkap oleh salah satu dari ketiga anak buahnya.

Tak ingin membuang waktu, Alya bergegas menghampiri Kalbert yang tersandar didepan mobilnya.

"Kalbert?!" seru Alya dengan raut wajah khawatir. "Ayo, aku bantu kau masuk ke dalam mobil! Kita harus pergi dari tempat ini!" pinta Alya lalu membopong Kalbert dan menempatkan pria itu di kursi samping kemudi. Sedangkan Alya yang mengambil alih kemudi.

Sebelum masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat itu, Alya dengan sigap mengeluarkan kotak P3K yang ada di dashboard mobil itu. Dengan cukup telaten, gadis itu mulai membersihkan luka pada lengan kiri Kalbert lalu membalutnya dengan perban.

"Kalbert?! I'm sorry. Ini semua terjadi karena aku. Maafkan aku.." ucapnya dengan tatapan yang berubah sendu dan menundukkan kepalanya.

"Alya? It's okay. Aku tidak masalah jika harus terluka karena melindungimu.." jawab Kalbert yang justru membuat gadis mendesis tak suka.

Setelah itu Alya masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi. Saat Alya hendak menyalakan mesin mobil, Kalbert melihat buku - buku jari Alya yang membiru bahkan ada yang mengeluarkan darah. Dengan cepat, pria itu menarik kedua tangan Alya dan melihatnya baik - baik.

"Kau terluka.."

"Sudahlah, aku akan mengobati tanganku sendiri" protes Alya lalu menarik kembali tangannya. Namun, Kalbert menarik paksa tangannya lagi. Tak mau kalah gadis itu pun menepis tangan Kalbert. Tetapi, Kalbert tetap tak akan membiarkan gadis itu. Dengan sekali sentak, Kalbert mencabut paksa kunci mobil dan membuat Alya tak bisa berkutik.

"Kalbert.."

"Alya.." 

Keduanya sama - sama saling menyebut nama mereka satu sama lain.

💢💢💢

1
Protocetus
up
Feby Gudu
❤❤❤
Rossy Annabelle
seruuu banget sih🔥next 🤯
Rossy Annabelle
next thor
anggita
Alya... 👌💪
anggita
like👍+☝iklan... semoga sukses novelnya.
Elisapat17: Thank ypu say❤
total 1 replies
anggita
visualisasi tempatnya... bagus👌
ℕaᷡiᷧa᷿᷍℘
keren
Protocetus
Min kunjungin ya novelku, bola kok dalam saku
ATAKOTA_
Kren bgt ceritanya terus berkembang Thor 😊
Elisapat17: Thank you say🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!