NovelToon NovelToon
Ramadan In Love

Ramadan In Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:17.1k
Nilai: 5
Nama Author: Astéria Omorfina

Putus dari Karina tidak membuat Rama larut dalam kesedihan. Justru dengan putusnya dia dengan Karina merupakan hal yang baik, karena Karina ternyata pintar bermain di belakang Rama.
Kehadiran seorang gadis bersahaja dalam hidup Rama, telah membuat semangatnya yang meredup, bersinar kembali. Tetapi ada saja pihak-pihak yang ingin memisahkan Rama dengannya. Bagaimana perjalanan kisah mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astéria Omorfina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 Aisyah

Sisa-sisa hujan masih meninggalkan hawa dingin yang menusuk malam itu, tetapi bagi Aisyah, dia sudah terbiasa bangun. Dingin sudah menjadi sahabat baiknya nya. Selepas menjumpai-Nya di keheningan malam, Aisyah bersiap membantu Bunda menyiapkan segala keperluan untuk dagangan mereka. Bunda, adalah panggilannya kepada wanita yang sangat dihormatinya itu, dia adalah ibu asuhnya bersama beberapa anak panti lainnya. Bagi Aisyah, Bunda sudah seperti ibu kandungnya sendiri.

Ya, Aisyah adalah gadis malang. Ibunya meninggal setelah melahirkannya, sedangkan ayahnya pergi entah ke mana beberapa hari setelah ibunya meninggal. Tidak ada yang tahu keberdaannya. Sejak kecil, dia dititipkan oleh kerabatnya ke panti itu karena kondisi perekonomian mereka yang kurang mampu. Bunda dan suaminya merawat dan mengasuhnya sejak kecil hingga kini usianya menginjak dua puluh dua tahun. Meskipun mereka memiliki anak kandung sendiri. Aisyah tumbuh menjadi gadis cantik yang solikhah dan berakhlaq baik. Dia juga panutan bagi adik-adiknya karena memiliki prestasi gemilang di sekolahnya hingga kini. Aisyah mendapatknaa bea siswa dari sekolah dasar hingga di perguruan tinggi.

“Bun, hari ini biar Ais saja yang nganterin pesanan Bu Marto, ya? Syifa kan ada tambahan pelajaran di sekolah sampai sore,” katanya pada Bunda yang masih mengelap daun pisang yang sudah agak layu.

“Iya, Nak. Justru kebetulan kalau kamu yang mau nganterin ke sana. Sekalian bilang ke Mbak Tari, jahitannya mau diambil lusa,” timpal Bunda, tersenyum.

“Baik, Bun.”

Mereka mulai mengolah beberapa jenis makanan yang akan dijualnya. Bunda wanita yang sangat mahir memasak. Kepiawaiannya memasak sudah tidak diragukan lagi. Beberapa kali, Bunda mengikuti lomba kuliner yang diadakan di beberapa tempat, pernah menjuarainya beberapa kali. Bahkan, ketika Bunda mengikuti festival kuliner tingkat nasional. Bunda menjadi salah satu pemenang terfavorit. Aisyah bangga pada Bunda. Semangat kerja keras dan pantang menyerah Bunda telah menginspirasi Aisyah untuk menjadi wanita yang maju.

Mereka bekerja dengan telaten hingga azan subuh berkumandang. Semuanya berjamaah. Selepas itu, anak-anak panti mulai dengan kegiatan rutin mereka, bersiap-siap ke sekolah. Aisyah pun memgantar pesanan-pesanan Bunda ke rumah Bu Marto, kemudian ke rumah Mbak Tari, penjahit baju.

Awan hitam kembali terlihat menggantung di ujung pagi itu. Titik-titik hujan turun membasahi bumi lagi yang masih basah. Aisyah menepikan sepedanya dan berteduh di depan toko yang masih belum dibuka. Menunggu hujan reda. Setelah itu, ia mengayuh sepedanya kembali di bawah gerimis yang masih menyapa.

Meski hujan, jalanan terlihat ramai karena orang-orang berlalu-lalang pergi ke tempat kerja mereka. Tanpa disadarinya, sebuah mobil melintas dan menyipratkan genangan air hingga mengenai baju Aisyah.

“Astaghfirullah,” gumamnya. Dia menahan kesal karena bajunya kotor. Meski begitu, tak ada gunanya dia mengumpat. Dia memilih bersabar.

Tiba di panti, Aisyah segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti baju. Dia berpapasan dengan Bi Atun yang baru saja datang dan melihatnya, lalu dia bertanya, “ Baju kamu kenapa, Ais?”

“Tadi kecipratan air, Bi,” jawabnya datar. “Ada pengendara mobil nyipratin air. Ais kan kesel, Bi. Mana ini baju baru aja dipakai,” katanya bersungut-sungut.

“Yahh … itu ujian kesabaran buat Ais.” Bi Atun menimpalinya. Dia tahu sifat dan karakter Aisyah. Bi Atun juga sangat menyayanginya.

“Iya sih, Bi. Cuma aneh aja, Ais udah ada di pinggir, masih juga dicipratin.”

“Ya sudah. Kamu mandi dulu.”

“Iya, Bi.”

Aisyah meninggalkan Bi Atun. Wanita paruh baya itu segera menuju dapur. Bi Atun sudah bekerja di panti itu sejak Bunda dan suaminya mengadopsi Aisyah dan beberapa adik-adik asuhnya. Wanita ramah dan penyabar itu juga menjadi tempat curhatan Aisyah ketika Bunda sedang tidak ada. Karena kesibukan Bunda juga yang terkadang keluar kota mengikuti beberapa kegiatan. Suami Bunda juga seorang pebisnis mebel sukses yang hidup bersahaja. Mereka banyak membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar yang tempat tinggal mereka. Selain itu, mereka juga mengelola usaha kecil yang dibantu beberapa anak panti, termasuk Aisyah.

Aisyah telah selesai membersihkan diri. Gadis itu tampak semakin cantik dengan balutan gamis dan hijab senada pastel. Aisyah menuju kantor panti untuk membersihkan ruangan itu, seperti biasa, kegiatan yang dilakukannya sebagai wujud tanggung jawab.

“Kak Ais,” panggil seseorang padanya.

Aisyah menoleh. Fina, adik asuhnya yang lain telah berdiri sambil tersenyum.

“Nih, buat Kak Ais.” Fina menyodorkan sebungkus batagor lengkap dengan isinya.

“Lho, Kakak kan nggak nitip batagor, Fin.”

“Nggak apa-apa, Kak. Hari ini Fina dapat rejeki.”

“Alhamdulillah.”

“Fina tadi nolongin orang bawain barang-barang belanjaannya.”Fina duduk di kursi kayu di sudut kantor. Badannya disandarkan pada dinding tembok yang dingin tapi kokoh.

“Masya Allah, semoga Allah membalas kebaikan Fina, menjadi anak yang solikhah,” ucap Aisyah.

“Tadi aku diajak ke rumahnya lho, Kak. Rumah besa…r sekali kayak istana.” Fina tersenyum, membayangkan.

“Iya, Fin,” jawab Aisyah datar. “Kalau Fina nolong orang, niatkan karena Allah, ya? Jangan mengharap sesuatu.” Aisyah mengingatkan.

“Enggak, Kak. Aku tadi lihat dia kasihan. Terus aku nawarin bantu aja.”

“Ya, bagus. Teruslah berbuat kebaikan.”

Fina kembali tersenyum, tiba-tiba dia teringat sesuatu. Dia berkata pada Aisyah, “ Oh, iya, Kak. Ada sesuatu lagi.” Aisyah merasakan Fina kali ini sedikit aneh. Dipandanginya gadis mania yang baru duduk di kelas VII itu.

“Ada apa lagi?”

“Emm … di rumah itu … emm …,”

“Apa?”

“Ada cowok cakep banget.”

“Oh, ya? Secakep siapa? Nabi Yusuf-kah?” Aisyah menggoda Fina.

“Ah, Kakak! Masa’ disamain dengan Nabi Yusuf. Ketemu aja belum pernah.”

Aisyah tertawa. Fina jadi manyun.

“Lagian kamu lebay banget, kayak nggak pernah lihat cowok cakep aja.”

“Iya, sih. Cuma ini beda orangnya.”

“Beda kayak apa? Emang dia laki-laki jadi-jadian?” selorohnya lagi.

“Buka…n, Kak. Bukan…! Dia cakep kayak artis Turki!”

“Nah, tu kan, mulai deh, lebaynya. Yang lokal aja gimana? Kayak siapa?”

“Emm … bentar deh.” Fina sedang berpikir. “Kayak itu lho, aktor pemeran utama Ikatan Cinta.”

“Beneran, Kak. Wajahnya kayak ada rasa-rasa timur-tengah gitu. Kalau sama Kakak, kayaknya cocok deh!”

“Eh, kamu ini! Kayaknya kayaknya. Mana tahu cocok dan tidaknya, ngaco ah kamu ini.”

“Semoga ketemu dan berjodoh,” kata Fina lagi diselingi tawa kecil.

“Ah, ada-ada aja.”

“Beneran deh, Kak. Kalo sama Kakak, cocok. Itu aku lihat dari ilmu terawangan diri.”

Aisyah tertawa, hingga giginya yang putih berbaris rapi terlihat. Fina makin ngaco. Dia hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan adiknya itu. Dia sadar, Fina sedang memasuki masa puber. Jadi wajar, jika dia sedang menghalu dan mengagumi lawan jenis.

“Sudah, sudah. Kamu istirahat dulu sana. Tadi Kakak dan Bi Atun sudah masak bobor sama sambel trasi.”

“Tempe goreng juga, kan?” Fina mengedipkan matanya.

“Iya, dong.”

“Oke, kakakku yang cantik.

Aisyah meneruskan pekerjaannya. Dia mengecek beberapa data donatur yang masuk ke rekening panti lewat whatssap bisnis yang dikelolanya.

“ Alhmdulillah, semoga para donatur diberikan keluasan rizki dan dimudahkan segala urusannya.” Doa Aisyah penuh pengharapan. Dalam hati, dia juga akan membantu Bunda dengan mencari pekerjaan agar bisa membantu adik-adiknya yang lain.

Sebenarnya Aisyah sudah pernah bekerja sebagai tenaga bantu administrasi di salah satu sekolah tempatnya dulu menimba ilmu. Tetapi karena waktu itu sakit asam lambungnya naik, Aisyah mengundurkan diri. Dia kini diminta Bunda dan Ayah untuk membantu mereka mengurus panti dan usaha-usaha lainnya.

Selain itu, Aisyah juga sedang merintis usaha kecilnya dengan membuka bimbingan belajar di samping panti. Bimbingan belajar itu terbuka secara umum, Aisyah mengajar di sore dan malam hari selepas kegiatan juga aktivitas rutinnya. Sedikit demi sedikit ada pemasukan untuk membantu Bunda, meski Bunda pernah melarangnya dan menyuruhnya untuk menyimpan uangnya sendiri. Aisyah bersikeras membantu Bunda dengan, Bunda pun tidak dapat mencegah.

Aisyah keluar dari kantor dan menguncinya. Dia mengambil motor dan bergegas pergi menuju suatu tempat. Beberapa hari lagi bulan suci ramadan akan tiba. Seperti biasa dia akan membeli kebutuhan pokok dengan stok yang cukup banyak, menghindari harga semakin naik, apalagi menjelang hari raya.

1
Amin Srgfoo
jadi bibit pembinor si wildan
Irene Puspitasari
sangat menarik
Tuti Marlini
Aisyah SM Rama sweet trs ya ga prnh ad konflik2 kecil padahal itu bumbu2 rumah tangga loh
Astéria Omorfina: ada nanti kak. ini belum tak munculin aja.
total 1 replies
Tuti Marlini
makanya Fitri jangan cepat putus asa dr Rahmat Allah,skrng kamu sudah membuktikan sendiri kn bahwa kebahagiaan dan pertolongan Allah SWT itu datang d waktu yg tepat
Tuti Marlini: sama2 kak othor, terus berkarya ya kak aq suka cerita nya
Astéria Omorfina: Terima kasih Kak🙏🏻
total 2 replies
Iqlima Al Jazira
Masya Allah
Iqlima Al Jazira
Masya Allah..
sweet nya kebangetan thor🥰
Rama Daini Daini
Aisyah cerdas amat siih
Iqlima Al Jazira
sweet bgt sich😊
next thor
Astéria Omorfina: 🫡🫡🫡🫡siap kak
total 1 replies
Amin Srgfoo
bagus ceritanya
Astéria Omorfina: Terima kasih, Kak🥰🙏🏻
total 1 replies
Nor Aini
mungkin kh bapaknya aisyah
sri rahayu rahayu
Luar biasa
Astéria Omorfina: terima kasih, Kak. 🙏🏻
total 1 replies
☘☘☘yudingtis2me🍂🍋
Jleb banget plot twist-nya!
Katherine Caman
Bisa baca cerita berkualitas tanpa perlu keluar rumah, siapa sangka? 🙌
Astéria Omorfina: Terima kasih Kak🙏🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!