Cahaya?

[ WARNING ]

1. BANYAK KATA - KATA KASAR.

2. KARYA PERTAMA, MAKLUMI KALAU ADA KESALAHAN DALAM DIKSI.

3. MAKLUMI TYPO.

4. KOMENTAR YANG SOPAN.

5. HARGAI KARYA PENULIS.

TERIMAKASIH!!

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -...

PROKK.. PROKK.. PROKK..

Suara tepuk tangan itu menggema, seiring langkah heels yang berjalan.

Seseorang datang dengan senyum manis di wajah nya. Mengenakan gaun panjang berwarna hitam, juga heels hitam. Semua orang terlihat terkejut, begitu juga dengan Robert dan Kinara.

"A-alina?" Panggil Robert dengan suara pelan.

'D-dia masih hidup?' Batin Kinara.

Alina tersenyum, menatap Robert.

"Selamat ulangtahun, suamiku.."

"A-alina kamu--"

"Kamu masih hidup?" Tanya nya pelan.

Para tamu mulai berbisik dengan bingung, "Bukan nya nyonya Alina sudah meninggal?" "Kata nya nyonya Alina meninggal karena kecelakaan." "Dia masih hidup?" Dan masih pertanyaan - pertanyaan lain. Media juga menampilkan siaran langsung di televisi, mereka merekam Alina.

"K-kakak?" Panggil Kinara pelan.

Alina menatap Kinara, lagi, ia menampilkan senyum manis nya. "Kalian pasti terkejut ya?"

"Iya.. Selama ini, aku masih hidup. Aku sehat. Tapi, aku pikir.. Putra ku udah bahagia disini, karena itu, aku ga pernah kembali."

"Tapi, nyata nya.." Alina menggantung perkataan nya, menatap Robert dengan sirat kecewa. Ia merelakan harta warisan dari keluarga nya untuk suami nya, Robert, dengan harapan, hidup putra nya akan bahagia bersama sang ayah. Nyata nya semua itu tidak pernah terjadi. Robert malah membuat putra nya menderita setiap hari.

"A-alina.. Aku seneng kamu balik. Kita bicarain itu nanti ya." Ucap Robert dengan senyum paksa nya.

Ia menatap ke sekeliling, "Hidupkan lampu nya! Kita lanjutin acara nya. Ini bukan hanya untuk ulangtahun saya, tapi juga untuk menyambut istri pertama saya yang ternyata masih hidup!" Lanjut Robert dengan nada bahagia.

"Tunggu dulu." Pandangan Robert kini kembali kepada istri pertama nya itu. "Kenapa sayang?" Ucap Robert melembutkan suara nya. Tanpa sadar, Kinara melirik tak senang sang suami, sambil mengepalkan tangan nya kuat.

"Aku punya kejutan buat kamu."

Robert ingin bertanya, tapi, sebelum bertanya, jawaban nya sudah muncul sendiri dari layar proyektor yang tiba - tiba muncul. Layar proyektor itu cukup besar, menampilkan beberapa dokumen - dokumen yang kalau sekilas liat itu seperti dokumen kerja pada umum nya. Tapi, saat di baca, semua akan terkejut. Karena itu adalah dokumen penggelapan dana yang telah di lakukan Robert selama 5 tahun terakhir.

"I-itu.." Robert tampak syok, begitu juga Kinara.

Bisik - bisik para tamu mulai terdengar kembali dengan lebih jelas, mereka mulai berpikir negatif.

"Itu ada tanda tangan tuan Robert, berarti dokumen nya beneran?"

"Astaga.. Jadi selama ini ga jujur? Pantes cepet kaya nya."

Cekrek... Cekrek..

Awak media mengambil foto - foto yang muncul di proyektor.

Banyak bisikan - bisikan negatif yang Robert dengar. Bukan cuma mereka yang kaget, tapi Renza juga kaget, karena selama ini, ia tidak pernah tau tentang ini. "Matikan!" Ucap Robert lantang.

"MATIKAN LAYAR PROYEKTOR NYA!" Teriak Robert tegas.

Na'as, bukan nya mati, gambar di layar proyektor itu mulai berganti, menampilkan bukti - bukti lain dari tindak curang Robert dalam berbisnis.

"Tio!! Cari!! Cari sumber nya! Sial." Umpat Robert kelabakan.

Renza masih terdiam menatap Alina, lalu mata nya beralih pada Aurel yang tiba - tiba beranjak pergi tanpa izin.

'Dia mau kemana?'

Kinara terdiam, memikirkan tindakan apa yang harus ia lakukan. Saat ini, di kepala nya hanya ada satu cara untuk meloloskan diri.

PLAKK!

Robert mematung, kala sebuah tangan mengenai pipi nya begitu saja. Pipi nya terasa panas, perih. Ia menatap bingung sang pelaku. "Apa - apaan kamu Kinara?"

"KAMU YANG APA - APAAN?!"

"BISA - BISA NYA KAMU PAKE TRIK MURAHAN GINI!"

"Aku ga nyangka.. Kamu bisa ngelakuin hal curang kayak gini.." Kinara menatap Robert lemah, seakan diri nya kecewa dan baru tau.

"K-kamu--" Robert di buat tak percaya dengan perlakuan dan kata - kata Kinara saat ini. Bisa - bisa nya ia berpura - pura tak mengetahui apapun? Padahal, ia lah orang yang mengajari nya trik curang seperti ini. Tapi, belum sempat berkata - kata untuk membela diri, bisik - bisik para tamu membuat fokus Robert dan Kinara teralihkan ke layar lagi, melupakan drama yang Kinara buat beberapa saat lalu.

"Liat itu, ternyata nyonya Kinara itu pelacur."

"Astaga.. Ternyata suami istri sama - sama bejat."

"Eh lihat itu, ada foto lagi. Itu foto apa?"

"Eh! Itu kan foto nya nyonya Alina. Dia kok ada di pinggir danau gitu sih? berdarah - darah lagi. Jangan - jangan, kecelakaan nyonya Alina juga rencana tuan Robert sama istri ke-2 nya lagi."

"G-gak gak! Itu semua bohong. Jangan di percaya." Elak Kinara panik.

Renza menatap sang ibu dengan tatapan kecewa, tak percaya.

"Renza, mama ga-"

"Kenapa.. mama lakuin ini?" Tanya Renza pelan.

"Kecelakaan Alvarez sama Alina.. Itu di rencanakan?" Tanya Robert saat menatap layar proyektor itu. Robert marah karena melihat foto - foto selingkuh Kinara dengan pria lain, tapi, ia di buat lupa dengan itu, kala foto selanjutnya menunjukkan foto Alina di danau dengan keadaan mengenaskan.

"Iya." Pandangan semua kini terpusat pada Alina. Ia berbicara menggunakan mic.

"Biar saya jelaskan semua nya disini."

"Kecelakaan saya dan putra saya, bertahun - tahun lalu, itu semua di rencanakan."

Media mulai mendekat pada Alina, menunggu kelanjutan cerita Alina untuk di ungkapkan ke publik.

"Siapa yang merencanakan itu, nyonya? Apakah suami anda sendiri? atau nyonya Kinara? atau mungkin kedua nya?" Tanya salah satu wartawan.

"Kinara. Semua itu rencana Kinara."

"A-apa?" Kinara terkejut, kala nama nya di sebut sebagai dalang dari kecelakaan itu. "B-bukan! Bukan saya! Dia bohong."

"Semua bukti nya ada, Kinara."

"Kamu bayar orang untuk nabrakin mobil saya. Lalu, kamu juga yang membuang tubuh saya ke danau jauh dari lokasi kecelakaan dalam kondisi sekarat, supaya saya mati. Kamu juga yang nyuruh orang naruh mayat di kecelakaan itu, dan kamu juga yang bayar dokter forensik supaya bilang kalau mayat itu adalah saya."

"Semua ini rencana kamu sejak awal."

"Kalau memang begitu, apa motif nya, nyonya?" Tanya wartawan lain.

"Karena dia iri. Dia iri putra saya dulu lebih di banggakan. Dia iri karena suami saya lebih dekat dengan saya. Dia iri karena saya punya harta warisan keluarga saya. Sedangkan dia.. Dia hanya anak pembantu yang beruntung." Ucap Alina sadis.

Kinara berusaha mengelak dari fakta yang di jelaskan Alina. Namun, tetap tidak ada yang percaya pada nya lagi.

"Gak, denger. Itu bohong-"

Plakk...

.

.

.

...•BERSAMBUNG•...