NovelToon NovelToon
Inginku Bukan Ingin_Nya

Inginku Bukan Ingin_Nya

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Cerai / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / bapak rumah tangga
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Imas

Kisah ini berlatar belakang tentang persahabatan dan percintaan. Menceritakan kisah seorang gadis yang hidup penuh keberantakan, Jianka namananya.

Jianka mempunyai seorang sahabat dekat yang dia pikir benar-benar seorang sahabat. Namun tidak, dia adalah orang yang paling tidak rela melihat Jianka bahagia.

Beruntung dalam dunia percintaan. Jianka dicintai dengan hebat oleh dua lelaki yang memiliki latar dan gaya hidup yang berbeda.

Jianka menjalin hubungan dekat dengan seorang lelaki bernama Arbian. Remaja zaman sekarang biasa menyebut hubungan ini dengan HTS. Meski demikian, kesetiaannya tak dapat diragukan.

Selain itu, Jianka juga dicintai oleh seorang Gus Muda yang mampu menjaga kehormatannya dan bersikap sangat dewasa.

Bagaimana kisah lengkap mereka? Cinta manakah yang mampu memenangkan Jianka? Kuy, ikuti ceritanya ....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pantas Dan Memantaskan

..."Jika boleh dikatakan, cinta itu sangat egois. Dia memutuskan untuk menjatuhkan hatiku padamu, tanpa meminta perizinan bahkan tanpa memberi ruang untuk memilih setuju atau tidak."...

...-Muhammad Mahza Mahendra...

.......

.......

.......

"Gus, kan saya sudah bilang berkali-kali. Saya sudah melamar seseorang, Gus."

"Tapi, Ning Humairah masih nunggu kamu."

"Sudah njenengan sampaikan, kalau saya sudah melamar seseorang?"

"Ya, enggaklah! Itu nyakitin beliau."

"Akan lebih sakit kalau beliau tiba-tiba tau saya menikahi wanita lain, Gus.

"Makannya, kamu nikah sama beliau saja!"

Mahza menggeleng heran mendengar permintaan tak masuk akal tersebut. Pamannya yang merupakan kakak dari abahnya tersebut, masih berusaha keras menjodohkan Mahza dengan orang yang dia harapkan.

Hari ini adalah hari peringatan 3 tahun berdirinya komunitas pemuda-pemudi yang abah Mahza asuh selama ini. Karena sedang berkunjung di daerah yang berada tak jauh dari kota keluarga Mahza tinggal, Gus Hayyan menyempatkan waktu untuk turut serta dalam acara yang digelar oleh adiknya tersebut.

Dalam acara itu, dalam perkumpulan para penyelenggara yang tak lain adalah para anak didik abah Mahza. Jianka diminta untuk turut berperan untuk mengisi rangkaian acara, menggantikan posisi salah seorang yang berhalangan hadir hari ini.

"Nggak! Jangan Jianka, yang lain aja," tolak Mahza tegas mendengar permintaan tersebut. Mahza datang tepat saat Jianka diminta.

"Kenapa? Lagian nggak ada masalah, aku juga nggak keberatan."

"Jangan! Yang lain aja, ya?"

"Hanya sekedar bayangan Sayyidah Fatimah terlihat orang lain saja, bisa membuat Sayyidina Ali cemburu. Aku juga akan sangat cemburu ketika melihat dirimu dipandang oleh orang lain," batin Mahza di balik penolakannya.

Abahnya yang sedari tadi mendengar perdebatan ringan tersebut, menghampiri mereka, "Udah, ganti lagi aja. Jangan Jianka, ya. Pangerannya nggak terima kalau Cinderellanya dipandang banyak mata," ucap abahnya meledek.

Seluruh ruang kini dihiasi banyak tawa. Mahza dan Jianka hanya tertunduk malu menahan tawa mereka.

Para wanita yang berada dalam ruangan tersebut, hanya memandang iri terhadap wanita bergamis abu tua itu. Kebaikan atau amalan apakah yang berhasil dia lakukan? Hingga mendapatkan sosok lelaki yang selama ini menjadi incaran para anak didik abahnya.

"Tak hanya menjagamu lewat do'a. Saya harap, saya juga mampu menjagamu hingga kedepannya. Saya hanya ingin menjadikanmu seperti apa yang saya idamkan. Karena kamu yang akan menyempurnakan dan yang akan saya sempurnakan," batin Mahza dalam langkah perginya.

"Mbak, kamu beruntung banget. Saya yakin, bersama Gus Mahza, kehormatan anda akan terjaga," ucap seorang wanita yang duduk di sebelah Jianka.

"Mahza, didik aku menjadi seperti wanita yang kamu mau. Karena aku yakin, bukan wanita sepertiku yang kamu idamkan. Aku yakin, bersamamu akan membuatku jatuh cinta pada Allah setiap harinya."

Harapan keduanya seolah bertautan, melangit bersama rangkaian do'a indahnya.

Semua orang yang hanya sibuk dengan persiapan acara mereka. Jianka yang yang akan berjalan menuju dapur untuk menemui ibunda Mahza, secara kebetulan bertemu dengan Gus Hayyan yang tak sengaja berpapasan dengannya.

"Kamu, ya, yang di lamar Gus Mahza?"

Jianka mengangguk. Sedikit gugup dan merasa takut saat berhadapan dengan seseorang yang pernah menjodohkan Mahza dengan orang lain tersebut.

"Sebenarnya, Mahza itu mau dijodohkan sama putri Kyai. Tapi Mahza nolak karena sudah melamar kamu."

"Saya harap, kamu mengerti maksud ucapan saya."

Tanpa berpamitan, itu menjadi kata terakhir sebelum Gus Hayyan melangkah pergi. Hati mana yang tak kacau mendengar ucapan tersebut? Jianka tertunduk menahan rasa sakitnya. Perlahan, butiran air mata keluar dari mata indahnya.

"Abah, dompetnya ketinggalan," teriak Mahza berlari mengejar abahnya yang sudah melangkah keluar dari rumah.

Melihat Mahza yang akan melewati dirinya, Jianka bergegas menghapus air matanya. Tangan yang menghapus lembut pipinya tersebut, ditangkap oleh Mahza yang berhenti tepat di hadapannya.

"Kamu nangis?" tanya Mahza memandangi hidung merah Jianka.

"Kamu kalau mau ngebatalin pernikahan kita bilang aja, ya. Aku nggak papa banget, aku juga sadar aku siapa," jawab Jianka tanpa basa-basi dan pergi menghindari Mahza setelahnya.

"Jianka," panggil Mahza tanpa membalikkan badannya.

Begitu juga Jianka, dia hanya menghentikan langkah tanpa memutar balik tubuhnya. Mahza memutar kepalanya, dari arah samping itulah, Mahza dapat melihat bahwa Jianka mendengar panggilannya.

"Mencintai seseorang itu bukan pilihan atau dipilihkan. Mencintai seseorang itu murni keputusan dari hatimu sendiri. Begitu juga aku, tidak ada yang memintaku atau memaksaku untuk memilihmu. Hatiku sendiri yang memutuskan untuk memintamu."

"Ada yang lebih baik dari aku. Jauh lebih baik dari aku."

"Mau seribu wanita yang jauh lebih baik dari kamu, kalau hatiku hanya meminta kamu. Aku bisa apa?"

"Bahkan, mencintaimu itu ketetapan, bukan pilihan. Karena aku tidak pernah bisa memilih untuk tidak mencintaimu," lanjut Mahza.

Obrolan tanpa berhadapan tersebut menyakinkan Jianka untuk tidak mempedulikan hal lain selain mempercayai Mahza.

Mahza yang kembali mengejar abahnya, Jianka membalikkan badannya dan menatap penuh makna, langkah lelaki berjubah coklat tersebut.

"Kalau begitu, terima kasih karena memutuskan untuk mencintaiku, Mahza."

"Benar, akulah wanita beruntung itu. Wanita dicintai tanpa dituntut apa pun. Dia tak gila wanita, juga tak tebar pesona. Wajah seteduh itu tak pernah aku temukan di akun sosial medianya."

"Baiklah. Setelah ini, aku juga akan menghapus semua postingan fotoku di akun media sosialku. Karena kamu tidak suka aku dipandang oleh banyak mata."

...

"Iza, kok kamu jadi dingin banget sama aku?" tanya Fiana yang memberanikan diri.

Iza tersenyum miring mendengar pertanyaan yang menurutnya sangat lucu tersebut, "Kamu pikir? Hatiku akan tetap sama setelah kamu patahkan?"

"Za, aku ngaku aku salah. Aku minta maaf, Za. Tolong kasih aku kesempatan lagi."

"Kamu baru sadar setelah kamu tidak mendapatkan seseorang yang kamu cintai, bukan?"

"Iza ...."

Tangan Fiana yang berusaha meraih tangan Iza. Tangan kanan Iza terangkat, telapaknya yang terbuka mengisyaratkan Fiana untuk berhenti berbicara dan merayunya.

"Aku tidak lagi percaya dengan yang keluar dari mulut manismu! Selesaikan pekerjaanmu!"

Seperti biasa, Arbian seolah tak melewatkan hari tanpa berkunjung ke Cafe. Pintu Cafe terbuka, lelaki bersepatu putih, bercelana jeans sobek di bagian lutut dengan jaket yang tersampir di pundaknya tersebut, terlihat bersemangat dengan senyum yang tampak cerah.

Matanya menyorot setiap bangku Cafe, "Jianka nggak ke sini? Biasanya jam segini dia dateng."

"Tadi dia udah ke sini, pagi-pagi banget. Katanya malam dia ada acara, jadi sore dia udah mulai sibuk," jelas Iza.

Arbian meraih ponsel yang ada di sakunya, memeriksa kembali ponselnya, apakah Jianka memberi kabar tentang hari ini?

"Astaga! Ternyata Jianka udah ngechat tadi pagi. Tapi aku nggak tau."

"Buset! Sibuk bener, lo? Sampai nggak tau Jianka ngechat."

"Tadi aku kesiangan jadi buru-buru. Lo sih, nggak mau bangunin. Main berangkat kerja aja."

Iza mengangkat gelas kaca yang berada di sampingnya, "Gue bangunin, ya! Lo aja yang kebo!"

"Ya, santai aja!"

"Dahlah, gue pergi. Nggak ada Jianka di sini," ucap Arbian sambil memakai kembali jaket hitamnya.

"Lo pikir ini Cafe punya Jianka? Nyari Jianka di sini!"

...***...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!