NovelToon NovelToon
Asmaradhana Putri Ningrat

Asmaradhana Putri Ningrat

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:283.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kirana Pramudya

Dua tahun Sitha dan Danu berpacaran sebelum akhirnya pertunangan itu berlangsung. Banyak yang berkata status mereka lah yang menghubungkan dua sejoli itu, tapi Sitha tidak masalah karena Danu mencintainya.

Namun, apakah cinta dan status cukup untuk mempertahankan sebuah hubungan?

Mungkin dari awal Sitha sudah salah karena malam itu, pengkhianatan sang tunangan berlangsung di depan matanya. Saat itu, Sitha paham cinta dan status tidak cukup.

Komitmen dan ketulusan adalah fondasi terkuat dari sebuah hubungan dan Dharma, seorang pria biasalah yang mengajarkannya.

Akankah takdir akhirnya menyatukan sepasang pria dan wanita berbeda kasta ini? Antara harkat martabat dan kebahagiaan, bolehkah Sitha bebas memilih?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirana Pramudya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di Belakang Layar

"Aku senang akhirnya hari ini kita sudah bertunangan, Sitha," ucap Danu.

Sejak tadi pria itu lebih banyak tersenyum. Hatinya merasa berbunga-bunga karena bisa melangsungkan pertunangan dengan Sitha. Sama dengan Sitha yang lebih banyak tersenyum.

"Kamu bahagia?" tanya Danu sekarang.

"Iya," jawab Sitha singkat.

"Aku juga. Jadi gak sabar ingin meminang kamu dan menjalani kehidupan sebagai suami dan istri," kata Danu.

"Sabar dulu. Ingat pesannya Rama untuk menunggu sampai janur kuning melengkung," balas Sitha.

Danu tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Tentu dia masih mengingat dengan pesan dari Rama Bima tadi. Walau saja tetap ada angan untuk menjalin romansa, karena tak dipungkiri mereka masih muda. Ada gejolak yang sering kali meletup-letup juga.

"Ah, bagaimana bisa aku menunggu. Janur kuning melengkung masih beberapa bulan lagi bukan?"

"Jika menjalaninya dengan sabar, akan terasa sebentar kok."

Yang Sitha ucapkan ada benarnya. Kalau memang bisa menjalani dengan sabar, tidak akan terasa lama. Laksana penantian panjang tersapu hujan sehari. Pada akhirnya akan terasa sebentar dan tulus menjalaninya.

"Tiga bulan, Sitha," katanya.

"Tidak lama. Kurang dari semusim."

"Ah, itu terlalu lama. Seperti menantikan bulan purnama penuh."

Danu dan Sitha akhirnya sama-sama tertawa. Suratan hidup tidak pernah ada yang tahu. Sebelumnya, Sitha berkata ingin lulus kuliah terlebih dahulu. Berkecimpung dengan usaha jamu milik Ramanya. Namun, dalam perjalanannya Sitha bertemu dengan Danu. Pendekatan dan saling mengenal selama dua tahun, pada akhirnya mereka bertunangan hari ini.

"Sitha, aku cariin."

Rupanya Ambar mencari sahabatnya Sitha. Bahkan gadis yang sekarang mengenakan lipstick berwarna merah itu tampak tersenyum dan berdiri tepat di sisi Sitha. Ambar menghiraukan bahwa Sitha sedang berbicara dengan Danu, pria yang baru saja bertunangan dengannya.

"Aku baru ngobrol sama Mas Danu," kata Sitha.

Ambar kemudian menatap Danu dengan sorot mata yang malu-malu, dia pun berkata. "Sory ya, Mas. Aku nyariin Sitha, sejak tadi enggak ngobrol."

"Tha, kita kan best friend. Aku belahan jiwamu kan? Tapi, tidak lama lagi kamu akan menikah dengan Mas Danu, apakah itu akan mengubah hubungan kita? Aku sedih nanti," kata Ambar.

Padahal walau berteman baik sekali pun, kehidupan setelah menikah akan berbeda. Bukan hanya relasi kepada sahabatnya, relasi kepada orang tua dan saudara kandung juga berbeda karena memang fokus utamanya akan beralih ke pasangan masing-masing.

Mendengarkan apa yang Ambar katanya, Danu pun berkomentar. "Yang pasti akan berbeda. Masak iya dalam pernikahan kami, lalu kamu ikut di dalamnya. Itu sangat tidak mungkin, Ambar. Walau kamu adalah sahabat baik Sitha."

"Yah, sedih deh. Padahal di Solo ini yang ku miliki hanya Sitha."

Ambar menunjukkan raut muka bersedih. Semua itu karena dia memang sendiri saja di Solo. Gadis berkulit putih itu berasal dari Purworejo, dan bekerja di perusahaan jamu milik Rama Bima. Selama di Solo, Ambar memilih kost di tempat yang tidak jauh dari pabrik jamu.

"Kehidupan seorang gadis akan berubah ketika mereka menikah, Ambar. Aku pun harus beradaptasi nanti karena akan mengikuti suamiku dan meninggalkan kediaman Rama dan Ibu," kata Sitha.

"Setidaknya Mas Danu masih berada di Solo. Masih bisa sering-sering mengunjungi Rama dan Ibu, tapi pasti enggak mengunjungi aku," balas Ambar.

Mendengar apa yang Ambar sampaikan, Sitha tersenyum. "Sudah, gak usah dipikirin. Aku masih melajang hingga tiga bulan ke depan kok. Mas Danu akan menunggu aku sampai janur kuning benar-benar melengkung. Iya kan Mas?" tanyanya.

"Iya, aku akan menunggu kamu. Pernikahan kita bukan sekadar angan, aku akan mewujudkannya Sitha. Aku akan memberikan kebahagiaan untukmu dalam hidup pernikahan kita."

Sitha kembali tersenyum. Semoga saja ucapan Danu benar-benar diwujudkan. Bukan sebatas bualan semata. Namun, perkataan Ambar segera menginterupsi mereka.

"Uluh-uluh, masih baru. Akan menikah, perkataannya manis. Kasihan aku yang menjadi obat nyamuk di sini," sahut Ambar.

Sitha terkekeh, dia kemudian pamit sebentar. "Mas, aku mau ambil minum dulu." Setelahnya dia berkata kepada Ambar. "Kamu ikut aku ambil minum enggak?"

"Aku tunggu kamu di sini deh."

Akhirnya Sitha meninggalkan Danu dan Ambar di sana. Sedangkan dia hendak mengambil minum terlebih dahulu, sejak usai di make-up tadi Sitha belum minum sama sekali sehingga tenggorokannya merasa haus.

"Ante Sitha mau ke mana?" tanya Sadewa. Keponakan kecil Sitha yang kini berusia enam tahun itu tampak bertanya kepada Sitha.

"Mau ambil minum, Mas Sadewa. Kamu mau minum juga?"

"Boleh, mau diambilin yah, Ante. Minum Teh hangat aja, Ante. Mama bilang Sadewa dan Nakula enggak boleh minum es karena cuacanya buruk, bisa batuk nanti," ceritanya.

"Ish, pinternya ponakannya Ante sampai nurut banget sih sama Mama. Minum jamu, Nang. Mau Ante ambilin Jamu Beras Kencur?" tawarnya.

Sadewa kemudian menggelengkan kepala. "Teh hangat aja kok, Ante. Lihat Ante Sitha jadi kangen Ante Irene," balasnya.

"Ante Irene lama enggak pulang yah? Boleh enggak nanti kalau Ante Sitha mau menikah mengirim undangan ke Ante Irene?"

"Iya, boleh."

Sitha tertawa bisa berbicara dengan keponakannya. Dia bahkan mencari-cari ponakan laki-lakinya yang lain yaitu Nakula. "Nakula mana, Mas? Enggak minum?"

"Ituh, Nakula ikut Eyang Rama itu loh, Ante." Sadewa menjawab sambil menunjuk saudara kembarnya Nakula.

"Oh, iya."

Sekarang, Sitha mengambilkan Teh hangat sesuai dengan permintaan Sadewa. Setelah itu, Sitha juga mengambil minum Es Manten orang Solo berkata. Berupa Es dengan sirup rasa Framboze dan berisikan irisan Nanas, Kolang-Kaling, dan Agar-agar.

"Om Danu di mana kok enggak sama Ante?" tanya Sadewa.

"Itu di sana." Sitha hanya menunjuk dengan dagunya.

Benar, memang Danu ada di tempat yang lain dengan Ambar. Tampak Ambar tersenyum dan menatap pria kaya raya sekaligus kaum ningrat yang akan segera mempersunting Sitha dalam waktu tiga bulan lagi.

"Bahagia banget yah jadi Sitha. Lahir dari keluarga ningrat dan kaya raya, bahkan dia memiliki calon suami yang sekelas dengannya," katanya.

"Kamu menginginkan juga?"

"Siapa sih, Mas yang enggak senang mendapatkan pria tampan dan kaya raya. Semua orang juga pasti mau," balas Ambar.

Gadis itu tersenyum sembari menelisipkan rambutnya ke belakang telinga. Di saat itulah Danu menatap Ambar, rupanya sahabat calon istrinya itu terbilang cantik juga dengan kulitannya yang lebih putih dari Sitha. Apalagi dengan lipstik warna merah yang Ambar kenakan tentu membuat kontras warna yang menarik.

"Kamu emang gak ada pacar, Mbar?"

"Enggak, enggak ada. Kenapa, kalau enggak terlanjur sama Sitha, Mas Danu mau pacarin aku?"

Ambar mengatakan itu dengan mengedikkan bahunya. Sedangkan Danu tersenyum dengan sesekali memegangi dagunya. Kejadian di balik layar tentunya tidak akan diketahui Sitha.

1
Tuti Rusnadi
Satu lagi author bagus terkena akibat dari sistem NT.... lama-lama pada hengkang nih.... bisa-bisa ikutan hengkang dari NT.

Padahal baru mulai ada keinginan buat ikutan sharing cerita di sini...tapi....../Facepalm/
Ninik Sumarni
tetap semangat kakak jangan menyerah selalu ditunggu up nya /Heart/
indy
semangat kakak... aku selalu nunggu karyamu
sella surya amanda
lanjut
Nur Lela
/Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
T4NT1
tetap semangat ya thor....
rejaki tak akan kemana. walau belum bisa masuk 80 besar minimal sdh dapat pahala dari memyenangkan pembaca...😊😊😊
Oma Umi
🍎🍎🍎🍎 aku siap selalu mbak ..
bsa dilihat kan??? semoga lancar lagi
LISA
Tetap semangat y Kak Kirana..kita masih menunggu lanjutan kisahnya koq..
Dian Isnawati
lanjut
Esther Lestari
semangat thor.
padahal karyamu bagus2 lho & aku salah satu penggemar karyamu.
LANY SUSANA
lanjut donk Thor, yg Iren juga jgn di gantung tanpa penyelesaian donk Thor 💪💪💪💪😍😍😘
Tria Hartanto
semangat thor,karyamu sebenernya bagus cuma saat upsatenya yg selalau lama
Asahel Rachel
bagi danu kak
Dinarkasih1205
platform yang banyak tuntutan bikin author dan reader bad mood
Teh Euis Tea
semangat author sehat selalu ya
Yani Hendrayani
semangat
Bunda Titin
sistemnya memang sangat2 merugikan penulis makanya banyak penulis yg hengkang dr NT,. entah bagaimana cara mereka menilai suatu karya,. yg pasti banyak novel2 bagus yg stop di tengah jln atau pindah ke sebelah Krn merasa di kecewakan NT. semoga hal ini di pertimbangkan sehingga ga membuat mental para penulis menjadi down Krn merasa di kecewakan dan akhirnya hengkang........sabar ya mba Kirana sukses selalu untukmu,. salam sayang dr jauh.........🙏😊🥰❤️👍
Zahbid Inonk
yg sabar thor ttp semangat 💪 aku masih stay d karya nya othor
Aisyah Putri Angel
semangat Thor...
msh banyak pengemar mu yg menunggu karya2mu.
abaikan saja 🐕 menggonggong
anypuji
semangat kak kir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!