Generation Sandwich, istilah yang sering di gunakan baru-baru ini. Mungkin sebagian ada yang menjadi pelakunya, ada juga yang menganggapnya hanya sebuah sudut pandang semata.
Tumbuh dan besar dari kalangan menengah kebawah menjadikan seorang gadis cantik bernama Hima Narayan kuat dalam menjalani kehidupannya.
Tanpa di ketahui banyak orang, nyatanya Hima menyimpan luka dan trauma tersendiri dalam hidupnya. Tentang pengkhianatan dan kekecewaan di masa lalu.
Ganindra Pramudya Suryawilaga : " Saat aku pikir kamu adalah rumah yang ku tuju. Tapi kamu justru menjauh saat aku ingin menggapai mu. Beri aku kesempatan sekali lagi Hima!"
Kehidupan keluarganya dan kisah cintanya tak pernah berpihak padanya. Akankah Hima menyerah dengan kehidupannya???? Lantas bagaimana dengan kisah cinta gadis itu?
Semoga para reader's kesayangan berkenan mampir, terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Hima turun dari angkot di perempatan jalan yang dekat dengan tempat ia bekerja. Sebenarnya kalau di sebut minimarket bahan bangunan, tidak lah cocok. Lebih tepatnya supermarket!
Karena gudang yang menjadi tanggung jawab Hima tak tanggung-tanggung stok nya. Bahkan Supermarket itu juga supplier untuk beberapa toko-toko di ibu kota tersebut.
Jam tujuh pagi, supermarket itu belum di buka. Akan tetapi, Hima yang merupakan seorang pegawai gudang selalu datang lebih awal tapi pulang belakangan.
Kenapa???
Dia harus memisahkan surat jalan dan rute-rute yang akan supir tuju. Padahal seharusnya ada bagian khusus yang melakukan hal itu. Sayangnya, mereka terlalu berkuasa dan menerapkan senioritas dalam bekerja.
Hima memasukkan kartu absennya. Di susul kemudian rekan-rekannya para lelaki kuat di belakangnya yang melakukan hal serupa.
Usai absensi, Hima dan teman-teman laki-laki nya berjalan ke gudang tempat mereka bekerja. Hima satu-satunya pegawai perempuan yang di tempatkan di gudang tersebut. Beberapa waktu lalu ada teman perempuannya, tapi ...dia sudah keluar!
"Neng Hima!", panggil salah seorang rekannya yang biasa di sebut anak lori.
"Heum?!", gumam Hima.
"Nanti tolong bilangin dong sama Mas Bayu, aku mau kasbon!", katanya. Hima menghentikan langkahnya lalu menoleh pada rekannya tersebut.
"Kenapa harus lewat aku, ngomong langsung aja kenapa?", tanya Hima.
"Takut ngomel Ma, kaya ngga tahu aja! Tapi kan kalo sama mantan terindah mah ngga bakal ngomel. Hehehe!", ledeknya.
Hima memutar bola matanya dengan malas. Lalu sesampainya di gudang ternyata lima supir dan beberapa anak lori sudah ada di sana. Mereka datang jam berapa????
"Pagi neng Hima!!", sapa anak-anak kompak. Hima hanya menanggapi mereka dengan tersenyum.
Hima memang ramah dan mudah bergaul. Hanya saja, untuk urusan dekat dengan lawan jenis masih cukup ia hindari.
Apalagi rumor yang beredar tentang kedekatannya dengan Bayu, sudah menjadi konsumsi bagi karyawan di tempat itu.
Sebenarnya, Hima sama sekali tak berpacaran dengan Bayu. Hanya saja, Bayu yang tak henti-hentinya mengejar-ngejar Hima. Sayangnya, Hima masih terpaku dengan masa lalunya yang mungkin tak akan pernah ia lupakan.
Dan, ia harap hanya Hima dan Tuhan yang tahu tentang urusan hatinya itu.
"Oh iya neng Hima!", sahut salah satu dari mereka.
"Apa?", tanya Hima.
"Di meja ada note! Dari mantan calon kakak ipar, minta buatin kartu ucapan buat di kotak nasi. Akekah anaknya mas Bayu sama Mona!", katanya.
"Mona? Asmunah, Diki!", aku membenarkan.
Mereka semua sontak tertawa. Ya, Mona alias Asmunah adalah rekan kerja ku di gudang ini. Sayangnya...dia harus keluar dari pekerjaan ini karena ia menikah dengan Mas Bayu. Alasannya? Hamidun!
Kejadian itu sempat menghebohkan Xxx. Karena yang mereka tahu, Bayu dekat dengan ku. Tapi kenapa malah berakhir dengan Mona!
"Mba Helga ngapain sih nyuruh aku! Dia sendiri juga bisa kok! Mau pamer kali ya?", Hima jadi ngedumel. Kalo dia menolak apa yang Helga perintahkan, pasti akan ada huru hara yang akan menjatuhkan Hima lagi.
"Mau manasin kamu kali, Ma!", kata salah seorang supir yang sudah dewasa. Hima tersenyum.
"Sayuran basi kali, minta di panasin!", celetuk Hima. Lagi-lagi sahutan Hima menjadi bahan tertawaan mereka.
Boro-boro Hima kepanasan, yang ada dia bersyukur bukan dia yang di hamili oleh Bayu. Karena memang dia dan Bayu tak pernah ngapa-ngapain.
"Dah lah, kerja! Jangan ngerumpi melulu!", kata Hima sambil memberikan masing-masing supir dengan surat jalan seusai rute.
"Jauh amat gue, Ma?", salah seorang supir mengeluh.
"Bang, situ kan yang paling muda di antara mereka. Belum punya istri lagi, ngga ada yang nungguin di rumah kan? Kalo pulang malam, wajar kan???", tanya Hima.
"Sia*** Lo, Ma! Lo aja mau ngga jadi bini gue??",tanya supir yang seumuran dengan Hima.
"Terimakasih sebelumnya ya bang!", kata Hima. Mereka semua menertawakan supir itu.
Lalu setelahnya, Hima meminta anak-anak lori untuk mengisi barang yang akan di kirim ke masing-masing truk.
Sambil menunggu anak-anak menaikkan barangnya, Hima mendudukkan dirinya di meja miliknya. Beberapa buku stok barang di tumpuk dengan rapi di sana.
Hima berkutat dengan beberapa bukunya untuk menghitung stok yang berjalan. Meski ia menggunakan sistem dan input di komputernya, tetap saja bukti real di lapangan adalah patokannya. Karena apa? Dengan menelusuri jejak barang keluar masuk ia jadi tahu jika ada kesalahan.
Salah seorang supir menghampiri Hima, ia mengatakan jika muat barangnya selesai. Hima pun menaiki truk yang sudah berisi muatan barang yang akan di kirim.
Setelah mengecek kesesuaian barang dengan surat jalan, Hima pun mempersilahkan pak supir untuk jalan lebih dulu.
Hal yang sama Hima lakukan sampai truk ke lima. Hampir jam sepuluh, sesi muat barang selesai.
"Neng Hima, mau nitip es teh sisri ngga? Haus nih!"
"Eum...ngga deh!", tolak Hima. Dan dia pun di sibukkan dengan stoknya.
Di sela kesibukannya, ponselnya berdering tiada henti. Siapa lagi kalo bukan SPG dan pramuniaga yang mejeng di supermarket sana.
Mereka akan berlomba-lomba mendapatkan konsumen yang banyak. Semakin banyak konsumen yang di dapatkan, bonus semakin besar.
Bagaimana Hima tahu???
Helga sering menyuruhnya untuk mengerjakan tugas menghitung bonus anak-anak SPG. Dan setelahnya, pekerjaan itu di akui oleh Helga.
Sebodoh itu Hima??? Tidak!
Hima hanya tak ingin mencari ribut. Hidupnya sudah berat dengan beban permasalahan di dalam keluarganya. Dan di tempat bekerja, sebisa mungkin ia tak ingin bermasalah.
Karena dengan bekerja, ia bisa mengalihkan pikirannya dari masalah yang sedang ia hadapi.
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
"Berhubung bagian penjualan penuh, kamu bersedia di tempatkan di gudang?", tanya Bayu pada Ganin.
"Di gudang, Pak? Tapi bukankah...?!"
"Kalau bersedia silahkan, kalo tidak ya udah! Masih ada yang lebih membutuhkan pekerjaan itu!", kata Bayu.
Belum sempat Ganin menjawab seseorang masuk kedalam ruangan Bayu.
"Bay, mba udah kasih coretan buat Hima. Nanti dia yang bikin buat kartu di kotak nasi!", kata Helga.
"Kok Hima sih mba, kasian dong! Kerjaan Hima banyak!", sahut Bayu seolah mengabaikan Ganin yang masih duduk di hadapan Bayu.
Ngga profesional!!!
"Ckkkk...ngga enak apa sih? Mba kasih dia cepek, lumayan kan buat ongkos di balik. Dari pada pulang jalan kaki terus!", sahut Helga.
Jadi, Hima di bagian gudang? Mereka memperlakukan Hima seperti itu? Hima jalan kaki kalau pulang? Batin Ganin.
"Ehemmm!", Ganin berdehem untuk mengalihkan perhatian Bayu dan Helga.
Helga menatap sosok tampan dan muda yang ada di depan adiknya itu.
Ganteng juga nih brondong! Batin Helga.
"Baiklah pak Bayu, saya bersedia di tempatkan di gudang!", kata Ganin. Helga menaikan salah satu alisnya.
"Bagus, kamu bisa langsung masuk hari ini!", kata Bayu.
"Wait? Di gudang? Bay, lihat dong? Dia ganteng! Masa iya di gudang? Yang bener aja?!", tanya Helga.
"Ckkk apaan sih mba, udah sana kamu keluar. Ada petunjuk arah ke gudang. Langsung ke gudang temui satu-satunya pegawai perempuan namanya Hima!", pinta Bayu dengan memberikan kartu absen untuk Ganin.
"Siap pak, terimakasih! Kalau begitu, saya permisi!", pamit Ganin pada Bayu. Dia pun sedikit menganggukkan kepalanya pada Helga.
Sekeluarnya Ganin dari ruangan Bayu, lelaki tampan itu bergegas menuju ke gudang yang di maksud. Ganin memasukkan kartu absennya lebih dulu.
Wajah Ganin yang tampan cukup menyita perhatian karyawan Xxx tersebut.
"Lha??? Kok ke arah gudang sih? Anak baru ya? Sayang amat ganteng gitu masuk gudang! Kenapa ngga di sini aja sih, lumayan buat cuci mata", celetuk salah satu SPG.
"Ckkk...ganteng apanya sih, biasa aja!", sahut salah satu pegawai laki-laki.
Kasak kusuk itu sempat di dengar oleh Ganindra, tapi ya memilih melanjutkan untuk ke gudang untuk bertemu dengan tetangga kost nya.
🌾🌾🌾🌾🌾🌾
Bab ke dua y gaes... belum ada gregetnya 🤭🤭🤭
Terimakasih 🙏🙏🙏
Kasih bonchap dong
mksh ya thor atas bacaannya yg luar biasa sukses trs dengan karya² baruy..love² buat ithor💖💖💖💖💖💖💖