Study Tour Maut

Pak sopir yang umur nya sekitar 58 tahun itu menoleh sejenak ke belakang dengan wajah lelah, memastikan lampu kabin sudah nyala semua. Ia seperti nya kurang istirahat, karena dua hari sebelum nya dia membawa rombongan study tour ke Bandung tiga hari tiga malam.

Tangan kiri nya memasukkan gigi satu, di susul kaki kanan nya menekan pedal gas. Perlahan bis rombongan yang tertempel angka empat di bagian depan nya, melaju kembali ke jalan raya.

Nomor empat adalah rombongan bis yang jalan paling terakhir sendiri. Dan tanpa mereka ketahui, malaikat maut sudah gentayangan ada di dalam bis itu menyertai perjalanan mereka, yang akan segera menuju akhirat.

Suasana kabin rombongan nomor empat terlihat seru, mereka larut dalam kegembiraan. Rombongan bis nomor 1,2 dan 3 juga sama.

Seperti nya suasana hujan deras di luar yang di sertai petir, tidak mempengaruhi suasana hati mereka. Siswa-siswi beserta guru pendamping nya, kompak asyik membuat konten di dalam bis untuk kenang-kenangan, wajah-wajah mereka terlihat sangat gembira.

Termasuk Rina, Kristin, Dea, Dewi, Diah, Putri, Anggun, Fahmi, Jaka, Andi dan Robi. Mereka nampak bahagia dan larut dalam kegembiraan malam itu, di dalam kabin bis nomor empat.

"Yaaaaah !" Teriak mereka spontan hampir bersamaan, ketika lampu dalam kabin mati mendadak.

"Lampu nya mati pak sopir" ucap pak guru yang dari tadi duduk di belakang nya.

"Coba kau cek San" suruh si sopir kepada kondektur nya.

Dengan segera bang Santo yang dari tadi diam duduk di depan dekat sebelah pintu, langsung mengecek tombol-tombol lampu.

"Yeeeeeee !!" Teriak mereka, ketika lampu kabin menyala kembali.

...☠️💀☠️...

Tak terasa waktu berjalan cepat, jam digital di dalam bis sudah menunjukkan pukul 23:12. Suasana yang tadi hiruk pikuk sekarang berubah menjadi hening, lampu di dalam kabin bis pun sengaja di matikan.

Hampir seluruh penumpang terlelap tidur, hanya sopir dan kondektur yang masih terjaga. Sementara di luar, hujan belum juga reda. Sesekali cahaya kilat menembus kaca-kaca bis, hingga menampakkan wajah-wajah penumpang nya.

"Awas bang!" Ucap kondektur reflek, ketika rekan nya hampir saja nabrak pohon besar yang ada di sisi kiri.

"Abang ngantuk?" Tanya bang Santo kepada rekan nya, sambil menatap serius rekan nya tersebut

"Gak San, cuma....!" si sopir belum selesai menjawab pertanyaan nya, bis sudah keluar jalur.

"Awas bang bang bang awas!!!" Teriak kondektur panik, sambil kedua tangan nya mencoba berpegangan sesuatu.

"Aaaaaaaaaa....!!!" Teriak si sopir panik dengan ekspresi wajah kaget dan ketakutan.

Braaaaaaaaakkkkk!!!!

Suara keras benturan body bis dengan batu besar.

"Aaa, lompat San, akh!" Perintah si sopir kepada rekan nya, yang ikut terguling-guling di dalam bis.

Crokkk!

"Aaaagrrr !!! Teriak si sopir kesakitan, ketika mata kanan nya tertusuk pecahan kaca jendela yang menancap tepat di kornea matanya.

"Aaaaa tangan saya putus bang aaaa!" Teriak kondektur menangis histeris kesakitan bercampur rasa takut, karena tangan kiri nya masih terjepit di pintu sebelah kiri yang sudah ringsek, sedangkan badan nya terpontang panting kesana kemari.

Braakk! Brakk! Brakk! Brakk! Brakk!

Berkali-kali bis itu terguling menghantam batu, mengakibatkan beberapa penumpang kepala nya hancur karena tergencet dan ada beberapa potongan tangan terlempar keluar.