NovelToon NovelToon
Cinta Dan Kultivator

Cinta Dan Kultivator

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Penyelamat
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: J.Kyora

Apa reaksimu ketika tiba-tiba saja seorang gadis cantik dari planet lain masuk ke kamarmu?
Terkejut? Kaget? Ya, begitu juga dengan Nero. Hanya beberapa jam setelah ia ditolak dengan kejam oleh siswi sekelas yang disukainya, ia bertemu dengan seorang gadis mempesona yang masuk melalui lorong spasial di kamarnya.
Dari saat itulah Nero yang selama ini polos dan lemah perlahan berubah menjadi pribadi yang kuat dan menarik. Lalu membalikkan anggapan orang-orang yang selama ini telah menghina dan menyepelekannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J.Kyora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Gemuruh sorak sorai di aula mereda, semua orang penuh antisipasi bagaimana pertandingan akan berjalan.

Ketegangan terasa di seluruh sudut, tak seorang pun ingin kehilangan momen.

Deg!

Di saat keheningan jatuh, wasit mengangkat kedua tangannya, lalu beberapa saat kemudian meluruskannya kedepan.

Mulai!

Hanya sesaat setelah wasit menjatuhkan tangannya, Buja langsung melancarkan pukulan Seiken mematikan kearah jantung Nero. Pukulan itu sangat kuat, jika mengenai tubuh tanpa pelindung, dapat menyebabkan jantung berhenti seketika, para sabuk hitam yang menonton bergidik. Sepertinya Buja tidak memberikan sedikit pun belas kasihan.

Nero dengan cepat menggeser kaki kirinya kebelakang untuk membuat bagian tubuhnya yang diserang lawan jadi menyamping. Tinju ganas itu lewat di depan dadanya, namun tinju itu berubah menjadi tehnik Haito dan menyabet leher Nero.

Haaaaaa!

Buja membarenginya dengan teriakan keras.

Agak terkejut Nero reflek mencondongkan tubuhnya kebelakang hingga sabetan itu melewati atasnya, namun tidak sampai di situ, tendangan Buja bergerak cepat dari bawah dan naik akan menghantam bagian belakang kepala Nero. Nero menangkis itu dengan sikunya yang menghadap ke bawah.

Suara benturan halus terdengar, merasakan sakit di tungkainya, Buja mundur dan memasang kuda-kuda. Ia sedikit terkejut, Nero mengambil kesempatan itu untuk menstabilkan posisinya.

Semua orang menahan napas, serangan Buja barusan benar-benar sangat cepat dan brutal, ia benar-benar seperti tak terkalahkan.

Namun Juno yang menonton di deretan pengurus klub terlihat agak heran, bahkan anak itu bisa menghindari serangan Buja? Pantas saja Roland kalah, pikirnya.

Rizka, Stela Igor dan lainnya menatap ngeri di bangku penonton.

Nadia menjadi pucat, itu adalah pelanggaran, menyerang bagian kepala lawan dari belakang, namun wasit tidak memberi peringatan?

Nadia gugup, ia merasakan dorongan untuk berlari ke arena dan menarik Nero keluar, namun memikirkan bagaimana Nero bertarung sebelumnya, ia menjadi agak tenang. Aku hanya terlalu cemas, pikirnya, ia menggosok kedua tangannya yang terasa sedingin es.

Buja merangsek lagi ke depan, ia mengarahkan tendangannya ke lutut Nero. Lagi-lagi serangan yang berbahaya, Nero memundurkan kakinya, namun sepertinya Buja telah memperkirakan itu, kakinya yang menendang membuat lompatan jauh kedepan, lalu dengan ekspreai sengit tinju ganasnya mengejar kepala Nero. Dengan cepat Nero memutar tubuhnya, pukulan itu nyaris mengenai pelipisnya.

Para penonton bersorak, adegan berbahaya di arena membuat adrenalin mereka naik.

Semua pengurus klub bela diri menonton dengan wajah serius, mereka tidak menyangka ternyata duel tidak saja tidak berat sebelah, bahkan lawan Buja tampaknya mampu mengimbangi kecepatan dan ketangkasannya.

Beberapa kali tendangan ganas dan pukulan cepat Buja merangsek maju. Nero menangkis dan menghindar, hingga aba-aba babak pertama di teriakan wasit.

Nadia berlari menghampiri Nero, ia sedikit khawatir dengan intensitas pertandingan barusan. Buja benar-benar tidak main-main dengan serangannya.

"Bagaimana?" tanya Nadia.

"Lumayan," jawab Nero tersenyum tipis.

Di sudut klub Karate, Juno terlihat mendekati Buja.

"Buja, jangan menahan diri, sedikit membuatnya cedera tidak akan apa-apa. Untuk konsekuensinya, aku akan tanggung jawab ...," bisik Juno.

Buja tersenyum arogan, "Segera setelah ini, anak itu akan tahu menantang klub Karate itu buruk untuknya, aku akan membuatnya menyesal!" mata Buja berkilat biadab menatap Nero yang berada di sudut lainnya.

...

Wasit memanggil mereka berdua, wasit memperingatkan bahwa ini hanya pertandingan persahabatan, jadi masing-masing diminta untuk saling menjaga sportifitas.

Nero dan Buja mengangguk, namun kilatan dingin di mata Buja menunjukkan hal lain.

Nero dan Buja kembali berhadapan.

"Mulai!" teriak wasit.

Buja melompat kedepan, dengan cangkulan tumitnya menyerang dada Nero, Nero menangkis dengan lengannya kemudian mendorongnya ke belakang hingga Buja tersurut, Nero tidak menyia-nyiakan kesempatan, lalu ia maju menyerang dengan sebuah pukulan. Namun Buja menyeringai menyeramkan, ia mengelakan pukulan itu kemudian memeluk lengan Nero yang terulur, sebelum tangannya hendak membuat gerakan mematahkan tangan Nero, wasit melihatnya dan dengan cepat memburu memisahkan keduanya.

Buja yang jengkel karena aksi brutalnya dihalangi wasit, tidak mampu menahan amarahnya, ia dengan ganas menendang pinggang Nero yang sedang berbalik menuju sudutnya. Nero terdorong kedepan, sedikit memegang pinggangnya yang tidak terasa sakit, ia menyeringai.

Para penonton bersorak, mereka mengutuk aksi tidak terpuji dari Buja.

Wasit langsung menarik Buja ke pinggir sambil melihat Juno dengan sudut matanya, kemudian memperingatkan Buja untuk pengurangan poin, namun Buja hanya cuek.

"Nero, Sudahi saja!" tiba-tiba Nadia berdiri dan berteriak. Semua orang melihatnya ke arahnya. Nadia yang sadar dia telah berteriak sangat keras menutup mulutnya dengan kedua tangan, dengan salah tingkah ia kembali duduk.

Nero tersenyum, namun itu adalah senyum yang dingin, ia menyeringai ke arah Buja. Matanya tiba-tiba menjadi ganas. Buja terkejut melihat tatapan tajam Nero.

Merasa terancam, dengan rapat Buja membuat kuda-kuda pertahanan, firasatnya menjadi tidak baik.

Sangat cepat, Nero melompat maju, memutar tubuhnya, dan sebuah tendangan memutar taekwondo Dwi Chagi meluncur deras ke arah dada Buja. Begitu cepatnya serangan itu, Buja bahkan tidak sempat mundur, ia hanya bisa menangkis dengan tangannya.

Kaachaaa!

Terdengar suara tulang retak, tidak berhenti di situ, telapak kaki Nero terus menghantam pelindung dada Buja, Buja terlempar beberapa meter ke belakang, tubuhnya jatuh berdebam di luar lingkaran.

Semua orang tercengang, para pengurus klub pun tercengang, hening sesaat, kemudian terdengar jerit kesakitan Buja.

"Arrgghhhhh...! Tanganku! Tanganku!"

Semua orang yang tadinya tertegun jadi tersentak, lalu medis yang berada di pinggir lapangan pontang panting mendekati Buja.

Tidak ada yang bersorak, semua orang ngeri mendengar jeritan Buja. Buja yang sesaat lalu tampak begitu arogan kini memeluk lengannya yang kesakitan, tubuhnya melilit di lantai matras.

Beberapa saat aula terdiam sampai ketika satu tepukan tangan canggung terdengar dari salah satu bangku penonton. Mereka yang tersadar segera mulai ikut bertepuk tangan, dan seperti menular suara tepukan menjadi ramai, lalu aula bergemuruh, lalu gegap gempita, semua penonton berdiri bertepuk tangan, beberapa orang bersuit panjang.

Kecuali Juno dan pengurus klub karate, semua pengurus klub lainnya ikut berdiri dan bertepuk tangan.

"Luar biasa, Buja terlempar begitu jauh!"

"Gila power tendangannya!"

"Sabuk apa sih anak itu? Hanya sekali menendang, Buja langsung K.O, ckckck!"

Berbagai komentar kagum bergumam dari sudut ke sudut.

Wajah Juno merah padam, dengan marah ia bangkit berdiri, hingga kursi yang didudukinya terpelanting. Lalu ia berjalan keluar aula, diikuti para pengurus klub Karate lainnya.

Para pengurus klub-klub beladiri geleng-geleng kepala mengiringi kepergian Juno dengan pandangannya.

Ketua ketua klub yang ikut menonton segera menghampiri Nero menyalaminya, memberi selamat dan dengan murah hati memberi pujian atas bakatnya, disertai ajakan jika mau bergabung dengan klub mereka, namun segera Evan menyela mereka dan berdalih Nero adalah anggota Dojo Taekwondo nya karena ia memakai Dobok, dan gerakan yang digunakannya adalah tehnik Taekwondo. Klub-klub lainnya menjadi tidak senang dan mencibir kepada Evan.

Nero hanya tersenyum, membalas setiap salam yang diterimanya, mengucapkan terimakasih dengan sopan atas pujian mereka, mereka semua mengagumi power tendangan Nero.

Nadia berdiri di pinggir arena dengan bahagia, anak lelaki yang dulu menangis memukul dinding sekolah, kini menjadi seperti ini hari ini, bahkan belum sebulan sejak kejadian itu. Matanya berkaca-kaca menahan haru.

Rizka menarik napas dalam di bangku penonton, ia berdiri dibantu Stella. Aksi Nero benar-benar keren dan memukau, semua orang dibuat takjub, tidak terkecuali Rizka.

Melihat Nero bersama Nadia, ada sebuah perasaan yang membuatnya merasa kesepian, dengan berat hati, ia melangkah pincang menuju pintu keluar aula.

...

1
Rahmat Anjaii
lanjut thioorrr, klo prlu tambah babnya.
dear: diusahakan
total 1 replies
Rahmat Anjaii
lanjut thoorr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!