NovelToon NovelToon
Raja Arlan

Raja Arlan

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Dunia Lain / Fantasi Isekai
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: BigMan

Namaku Arian. Usia? Ya... paruh baya lah. Jangan tanya detail, nanti aku merasa tua. Yang jelas, aku hidup normal—bekerja, makan, tidur, dan menghabiskan waktu dengan nonton anime atau baca manga. Kekuatan super? Sihir? Dunia lain? Aku suka banget semua itu.

Dan jujur aja, mungkin aku terlalu tenggelam dalam semua itu. Sampai-sampai aku latihan bela diri diam-diam. Belajar teknik pedang dari video online. Latihan fisik tiap pagi.

Semua demi satu alasan sederhana: Kalau suatu hari dunia ini tiba-tiba berubah seperti di anime, aku mau siap.

Konyol, ya? Aku juga mikir gitu… sampai hari itu datang. Aku bereinkarnasi.

Ini kisahku. Dari seorang otaku paruh baya yang mati konyol, menjadi petarung sejati di dunia sihir.
Namaku Arian. Dan ini... awal dari legenda Raja Arlan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BigMan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 18 - Cahaya di Balik Bulan Merah

Empat hari telah berlalu sejak pengumuman resmi pembentukan Divisi Bulan Merah.

Dalam rentang waktu singkat itu, istana seolah berubah wajah. Suara-suara bisik tentang perekrutan rahasia, pengangkatan ksatria elit, hingga jubah merah menyala yang mulai terlihat di lorong-lorong pelatihan membuat banyak mata tertarik—dan waspada.

Di sebuah ruangan pertemuan di lantai atas barat istana, Arlan duduk di kursi panjang berlapis beludru, dikelilingi kaca tinggi dengan tirai setengah terbuka. Di sampingnya, Lyra berdiri tanpa sepatah kata. Wajahnya serius, matanya fokus, seperti biasa jika menyangkut urusan Arlan.

Duduk menghadapnya adalah Aldein, Sir Kaela, dan Luther Cavilan.

Bagi Sir Kaela, suasana ini terasa aneh… dan menegangkan. Bukan karena posisi duduk atau pembicaraan serius yang akan berlangsung. Tapi karena sosok yang kini duduk di hadapannya bukan lagi pangeran lemah yang dulu sering jadi bahan gosip antar penjaga.

Bukan lagi Arlan yang harus digendong pelayan saat naik tangga. Kini, Arlan menatapnya dengan tatapan dalam, tenang namun tajam, dan setiap kata darinya membawa bobot seperti perintah seorang jenderal yang tak bisa dibantah.

"Sir Kaela," ucap Arlan membuka pertemuan. Suaranya rendah, tak terburu-buru, tapi entah kenapa membuat udara terasa sedikit lebih berat. "Bagaimana perkembangan perekrutan?"

Sir Kaela, dengan jubah merah khas yang menjuntai gagah di bahunya—hasil tangan Lyra dalam satu malam tanpa tidur—menunduk dalam sebelum menjawab. Ia tak lagi berbicara santai seperti dulu, tak lagi berani menebak ke mana arah pertanyaan sang pangeran. Kini, setiap katanya harus tepat.

"Dari 128 pelamar, kami sudah menyaring menjadi 34 orang. Masih belum mencapai kuota 50, tapi setiap nama dalam daftar ini... di atas rata-rata. Mereka belum sempurna, namun bisa dibentuk."

"Berapa yang datang dari kalangan luar istana?" tanya Arlan.

"Lima belas. Sisanya adalah ksatria aktif yang memutuskan keluar dari sistem dewan militer demi mengikuti Anda."

Arlan mengangguk perlahan. "Pastikan yang tersisa dipilih bukan karena mereka kuat... tapi karena mereka bisa berkembang. Kita bukan membangun pasukan perang, kita membangun pengubah zaman."

Kaela menelan ludah. Ada sesuatu dalam kalimat itu—ketegasan, visi, bahkan nyali. Ini bukan anak muda biasa. Dalam diam, ia merasa sedang berdiri di hadapan pemimpin sejati, dan itu membuatnya kagum… sekaligus cukup berhati-hati.

Ia tak tahu pasti kapan pangeran ini berubah, tapi yang jelas, ini bukan lagi Arlan yang dulu ia pandang sebelah mata. Kini, setiap pertanyaan dari sang pangeran terasa seperti ujian yang harus dijawab dengan penuh kehati-hatian. Kesalahan sekecil apapun bisa menjadi hal fatal.

Sementara itu, di sisi lain meja, Luther Cavilan duduk dengan punggung tegak. Dari luar, ia terlihat tenang, tapi dalam pikirannya berkecamuk. Ini pertama kalinya ia merasa… tertantang secara mental hanya karena mendengar strategi.

Arlan berbicara tentang pengubah zaman, tentang rencana jangka panjang, dan tiap kata itu memukul pikirannya yang biasanya hanya fokus pada medan tempur dan seni bertarung. Ia tahu, jika ingin tetap berada di sisi pangeran ini, ia harus lebih dari sekadar pendekar.

"Aldein. Mulai besok, kau akan diberi akses penuh ke ruang perpustakaan kerajaan," lanjut Arlan. "Aku ingin kau mematangkan semua pengetahuan strategi yang bisa kau temukan. Rancang formasi. Rancang skenario. Aku ingin pasukan kita punya pemikiran yang selalu sepuluh langkah di depan."

Aldein menatap Arlan dengan mata yang membulat kagum. "Saya akan melaksanakannya. Terima kasih atas kepercayaan ini, Yang Mulia. Tapi..." Ia ragu sejenak, lalu bertanya, "Kenapa hanya kita bertiga di sini? Di mana Saniel? Bukankah ia juga bagian dari lingkaran ini?"

"Saniel sedang berlatih sihir dengan Seraphine," jawab Arlan. "Bakatnya mengarah ke jalur yang berbeda. Ia akan menjadi jembatan antara kekuatan fisik dan mistik dalam tim ini. Saat waktunya tiba, kau akan melihat posisinya."

Arlan lalu menoleh pada Lyra. "Lyra, buatkan baju khusus untuk Saniel, Aldein, dan Luther. Warna dasar putih, perpaduan biru tua. Sesuatu yang mencerminkan keberadaan mereka di sisiku, bukan hanya sebagai pasukan... tapi bagian dari poros pusat keputusan. Namun, di bahu kiri, bordirkan simbol yang sama: bulan sabit. Itu tanda kita."

"Akan segera kupersiapkan," jawab Lyra, tegas dan cepat.

Kemudian Arlan menatap Luther. Tatapan itu membuat Luther secara refleks menegakkan punggung.

"Luther. Kemampuanmu... sudah mencapai titik maksimal dalam jalurmu sekarang. Aku tahu. Aku bisa melihatnya. Kau seperti api besar yang ditekan oleh bejana sempit."

Luther mengepalkan tinjunya. "Saya juga merasa demikian, Pangeran. Seolah setiap gerakan saya... sudah tidak berkembang."

"Maka kau harus keluar dari jalur itu. Tinggalkan pedangmu sejenak. Latih dirimu dengan tombak, panah, belati... bahkan tangan kosong. Uji tubuhmu melampaui kebiasaan. Dan jika kau bersedia, pelajari juga sihir. Cari yang berkaitan dengan ketangkasan dan kecepatan. Aku percaya... kekuatanmu belum selesai berkembang."

Luther menunduk dalam. "Saya akan melakukannya. Saya tidak akan mengecewakan kepercayaan Anda."

Dalam benaknya, Luther tak bisa menahan kekagumannya. Pangeran yang dulu dianggap rapuh kini menjadi pemimpin dengan wawasan luas, mampu melihat potensi dari sudut yang bahkan tak pernah ia pikirkan sendiri.

Arlan bangkit dari kursi, dan ketiganya ikut berdiri.

"Divisi Bulan Merah... hanya akan terdiri dari lima puluh. Dan itu bukan lima puluh terbaik saat ini. Itu adalah lima puluh orang yang bisa menjadi legenda di masa depan. Dan kalian bertiga... akan jadi porosnya."

Langit senja menembus kaca jendela, menyinari ruangan itu dengan cahaya emas keperakan.

"Waktu kita tidak banyak," lanjut Arlan. "Dunia tidak akan menunggu. Dan aku tidak berniat untuk tertinggal lagi."

Tak ada yang berkata apa pun. Tapi dalam diam itu, hati Sir Kaela dan Luther sama-sama mengakui:

Pangeran mereka telah berubah.

Dan mereka… siap mengikuti cahaya bulan sabit yang kini bersinar di bahu kiri mereka—lambang dari awal zaman baru.

1
budiman_tulungagung
satu bab satu mawar 🌹
Big Man: Wahh.. thanks kak..
total 1 replies
y@y@
👍🏿🌟👍🌟👍🏿
budiman_tulungagung
ayo up lagi lebih semangat
Big Man: Siap.. Mksh kak..
total 1 replies
R AN L
di tunggu kelanjutannya
Big Man: Siap kak.. lagi ditulis ya...
total 1 replies
y@y@
👍🌟👍🏻🌟👍
Big Man: thanks kak..
total 1 replies
y@y@
👍🏿⭐👍🏻⭐👍🏿
y@y@
🌟👍👍🏻👍🌟
y@y@
⭐👍🏿👍🏻👍🏿⭐
y@y@
👍🌟👍🏻🌟👍
y@y@
👍🏿⭐👍🏻⭐👍🏿
y@y@
🌟👍👍🏻👍🌟
y@y@
⭐👍🏿👍🏻👍🏿⭐
y@y@
⭐👍🏿👍🏻👍🏿⭐
y@y@
⭐👍🏻👍👍🏻⭐
y@y@
👍🏿🌟👍🌟👍🏿
y@y@
👍🏻⭐👍⭐👍🏻
y@y@
🌟👍🏿👍👍🏿🌟
y@y@
⭐👍🏻👍👍🏻⭐
y@y@
👍🏿🌟👍🌟👍🏿
y@y@
👍🏻⭐👍⭐👍🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!