NovelToon NovelToon
Cinta 1 Atap Bareng Senior

Cinta 1 Atap Bareng Senior

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Irhamul Fikri

Galuh yang baru saja diterima di universitas impiannya harus menerima kenyataan bahwa ia akan tinggal di kos campur karena kesalahan administratif. Tidak tanggung-tanggung, ia harus tinggal serumah dengan seorang senior wanita bernama Saras yang terkenal akan sikap misterius dan sulit didekati.

Awalnya, kehidupan serumah terasa canggung dan serba salah bagi Galuh. Saras yang dingin tak banyak bicara, sementara Galuh selalu penasaran dengan sisi lain dari Saras. Namun seiring waktu, perlahan-lahan jarak di antara mereka mulai memudar. Percakapan kecil di dapur, momen-momen kepergok saat bangun kesiangan, hingga kebersamaan dalam perjalanan ke kampus menjadi jembatan emosional yang tak terhindarkan.

Tapi, saat Galuh mulai merasa nyaman dan merasakan sesuatu lebih dari sekadar pertemanan, rahasia masa lalu Saras mulai terungkap satu per satu. Kedekatan mereka pun diuji antara masa lalu Saras yang kelam, rasa takut untuk percaya, dan batasan status mereka sebagai penghuni kos yang sama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irhamul Fikri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 10 Jebakan yang Mengoyak Kepercayaan

Pagi yang biasanya cerah kini terasa kelabu bagi Saras. Semalam ia dan Galuh memutuskan untuk tidak menyerah pada ancaman Rangga, tapi dalam hatinya, kekhawatiran menggerogoti perlahan. Mereka tahu, Rangga bukan orang yang menyerah begitu saja.

Galuh sendiri sudah bersiap menghadapi kemungkinan buruk. Ia datang ke kampus dengan waspada, memperhatikan sekitar seolah ancaman bisa datang kapan saja. Dan rupanya, tak butuh waktu lama untuk kekhawatiran mereka menjadi nyata.

---

Di ruang organisasi kampus, Saras baru saja masuk saat melihat beberapa anggota menatapnya aneh. Tidak ada sapaan hangat seperti biasanya, tak ada senyum. Hanya tatapan sinis dan bisik-bisik pelan.

“Saras,” panggil ketua organisasi, Kak Livia.

Saras menghampirinya. “Ada apa, Kak?”

Livia menunjukkan layar ponselnya. Di sana terpampang sebuah pesan anonim berisi foto Saras sedang bicara dengan Rangga di taman belakang gedung seni. Pesan itu disertai caption yang menggiring opini:

> “Inikah wajah asli Saras? Bermain dua sisi demi mendekati senior ganteng kampus? Hati-hati, bisa-bisa kalian dimanfaatkan juga.”

Saras tercengang. “Itu nggak seperti yang kalian pikirkan. Dia dia ancam aku! Aku cuma”

“Kita nggak menuduh apa-apa,” potong Livia. “Tapi sampai semuanya jelas, kamu lebih baik tidak aktif dulu di kegiatan organisasi. Kita nggak mau ada masalah yang bawa nama kita.”

Saras hanya bisa terdiam. Kepalanya berdenyut, dadanya sesak. Ia tak menyangka serangan akan datang secepat ini.

---

Sementara itu, Galuh juga mendapat kabar buruk. Ia dipanggil oleh dosennya, Pak Hidayat, ke ruang akademik. Di sana, Galuh diberi surat pemanggilan resmi dari pihak fakultas.

“Ada laporan bahwa kamu melakukan plagiarisme pada tugas akhir kelompok,” kata Pak Hidayat dengan wajah datar.

Galuh melongo. “Apa? Itu nggak mungkin, Pak! Saya buat semua sendiri!”

“Ini ada bukti screenshot dari chat kamu dengan seseorang yang menawarkan jasa pembuatan tugas. Nomornya terdaftar atas nama kamu.”

Galuh menggeleng cepat. “Itu pasti rekayasa. Nomor itu bukan punya saya. Saya nggak pernah”

“Kami belum mengambil keputusan, tapi kamu dinonaktifkan sementara dari aktivitas kampus hingga investigasi selesai.”

Galuh keluar dari ruangan dengan tangan mengepal. Ia tahu, ini semua ulah Rangga.

---

Sore harinya, mereka bertemu di taman kosan yang mulai redup oleh senja. Galuh memandang Saras dengan mata yang tampak lelah, tapi tetap hangat.

“Gue di-suspend, Saras.”

Saras mengangguk pelan. “Gue juga dipecat dari organisasi.”

Hening beberapa saat.

“Dia gerak cepat, ya,” ujar Saras dengan suara getir.

Galuh menatap jauh ke depan. “Kita harus lawan, Sar. Kalau kita diam, dia menang.”

“Gue cuma takut semuanya makin buruk.”

Galuh menggenggam tangan Saras. “Gue lebih takut kehilangan lo.”

---

Di sisi lain kota, Rangga duduk di kafe dengan seseorang yang tak tampak jelas wajahnya. Sosok itu memberikan sebuah flashdisk kecil.

“Semua rekaman dan data sudah dimanipulasi seperti perintah. Tapi jangan lupa jatah saya.”

Rangga menyeringai. “Tenang. Lo bakal dapet lebih dari cukup.”

---

Malamnya, Iqbal datang ke kos Galuh dan Saras membawa berita.

“Gue dapet info dari anak fakultas hukum. Rangga itu pernah hampir DO karena kasus manipulasi bukti. Tapi waktu itu dia lolos karena ada yang nutupin.”

Galuh bangkit berdiri. “Siapa?”

Iqbal mengangkat bahu. “Gue belum tahu pasti. Tapi gue nemu nama satu orang yang dekat banget sama dia dulu. Namanya Adrian. Dia mantan asistennya Rangga di unit kegiatan.”

Saras mengernyit. “Adrian… itu nama yang sama di salah satu email ancaman yang pernah masuk ke aku.”

Iqbal mengangguk cepat. “Nah, itu dia. Jadi kemungkinan besar Adrian itu dalang teknisnya. Hacker-nya.”

Galuh memukul kepalan ke telapak tangan. “Berarti kita punya dua target. Rangga dan asistennya.”

---

Esok paginya, Galuh dan Iqbal menyusun rencana. Mereka akan berpura-pura menghubungi Adrian dengan tawaran kerja sama dari akun palsu. Tujuannya? Menjebak Adrian dan mendapatkan bukti kalau dia yang memanipulasi dokumen Galuh.

Sementara itu, Saras mulai menyusun kronologi kejadian, mengumpulkan bukti-bukti percakapan dengan Rangga yang masih tersisa.

Mereka sadar ini seperti perang kecil di balik layar. Tapi untuk mempertahankan kebenaran dan nama baik mereka, itu harus dilakukan.

---

Hari itu, Rangga menerima sebuah pesan dari akun tak dikenal:

> “Gue punya video Saras yang asli. Mau tukar bukti atau dibocorin?”

Ia langsung terpancing. Tapi saat ia klik tautan yang dikirim, ternyata itu hanyalah pancingan. Dalam waktu beberapa menit, Galuh dan Iqbal berhasil menelusuri alamat IP dari perangkat yang Rangga pakai.

Iqbal menepuk pundak Galuh.

“Gotcha.”

---

Namun sebelum mereka bisa bersorak, satu kabar buruk datang.

Saras jatuh pingsan di lorong kampus. Di tangannya, ada amplop merah bertuliskan: “Kalau kau tidak bisa diatur, kau akan dihancurkan.”

1
Esti Purwanti Sajidin
waaahhhhhhhh keren galuh nya,laki bgt
kalea rizuky
bagus lo ceritanya
Irhamul Fikri: Terima kasih kak
total 1 replies
kalea rizuky
Galuh witing tresno soko kulino yeee
ⁱˡˢ ᵈʸᵈᶻᵘ💻💐
ceritanya bagus👌🏻
Irhamul Fikri: terimakasih kak🙏
total 1 replies
lontongletoi
awal cerita yang bagus 💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!