Lintang Pertiwi hanya bisa diam, menyaksikan suaminya menikah kembali dengan cinta pertamanya. Ia gadis lugu, yang hanya berperan sebagai istri pajangan di mata masyarakat. Suaminya Dewa Hanggara adalah laki-laki penuh misteri, yang datang bila ia butuh sesuatu, dan pergi ketika telah berhasil mendapatkan keuntungan. Mereka menikah karena wasiat dari nyonya Rahayu Hanggara, ibunda Dewa juga merupakan ibu angkatnya. Karena bila Dewa menolak semua harta warisan,akan jatuh pada Lintang. Untuk memuluskan rencananya, Dewa terpaksa mau menerima perjodohan itu dan meninggalkan Haruna Wijaya kekasihnya yang sudah di pacari selama dua tahun.
Akankah Lintang bisa meluluhkan hati Dewa? Atau suaminya akan lebih memilih Haruna. Dan jangan lupa,ada seorang secret admire yang selalu ada bila Lintang bersedih.
Yuk! Pantengin terus kelanjutan dari cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yaya_tiiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Begitu sampai didepan rumah minimalis berlantai dua dengan pagar hitam tinggi, suasana duka sudah nampak menyelimuti area sekitarnya. Sebuah perumahan elite yang masyarakatnya acuh satu sama lain, tetapi tampaknya tidak berlaku pada tetangga tempat tinggal nyonya Rahayu. Ia merupakan seorang pengusaha sukses di bidang garment, yang banyak memproduksi pakaian muslimah serta pernak-pernik mengenai busana muslim. Banyak kolega maupun rekan bisnis nyonya Rahayu merasa kehilangan seorang wanita tangguh, yang dapat bertahan di kerasnya persaingan dunia bisnis.
Lintang di sambut seraut wajah asing bergaun Hitam, yang berdiri di pintu masuk rumah. "Maaf, anda menghalangi jalan" ucapnya pelan.
"Silahkan masuk, hanya untuk saat ini. Lain kali, kau akan ku tendang ke jalanan seperti gembel" bisik gadis cantik bemulut pedas itu, sedikit menggeser posisi tubuhnya. Ia adalah Haruna Wijaya, seorang model yang baru-baru ini namanya mencuat karena skandal yang menimpanya. Ia di kabarkan menjalin hubungan dengan pria beristri pemilik pH terkenal, namun kabar itu rupanya hanyalah isapan jempol untuk mendongkrak popularitasnya. Kini namanya semakin berkibar semenjak terbongkarnya jalinan cintanya dengan Dewa Hanggara, anak pemilik pabrik garment serta beberapa butik ternama tanah air.
"Terimakasih, tetapi aku bukan lawan sepadan buat mu. Untuk bisa mengalahkan ku, kau harus bisa menguasai teknik menjadi seorang penjilat" balas Lintang telak, sambil membenturkan bahunya agar di beri jalan. Dengan menyibakkan rambut sepunggungnya, Lintang melenggang pergi meninggalkan gadis itu, dengan koper besar di tangannya.
"Tunggu saja pembalasan ku, dasar perempuan udik" ucapnya, berjalan sembari menghentak-hentakkan kaki jenjangnya.
"Sayang, kenapa marah-marah?" tanya Dewa, yang baru keluar dari kamarnya.
"Istri gila mu itu, mengancam ku" adunya pada sang kekasih. "Aku mau dia segera pergi dari sini, melihatnya membuat mata ku sakit."
"Sabar dulu, kita harus mendapatkan semua peninggalan Ibu ku" bujuk Dewa lembut, di peluknya tubuh Haruna erat lalu di tuntun agar memasuki kamar tidur. "Enggak akan lama lagi, Lintang akan pergi tanpa membawa uang sepeserpun."
"Benarkah? Sayang aku mau jika kita menikah nanti, kamu harus membawa ku keliling eropa untuk berbulan madu" tuturnya manja, tangannya melingkari leher Dewa dengan posesif.
Dewa sebagai pria dewasa, mendapat perlakuan manis dari Haruna merasa amat tersanjung. Bibirnya memagut bibir semanis ceri milik gadisnya, dengan gemas. Lalu mereka larut dalam indahnya dunia, mereguk manisnya dunia cinta. Ketika hampir terlena, Haruna segera menyadari keadaan. "Stop Yang, kita harus segera keluar. Tamu-tamu sudah berdatangan, jangan sampai ****** kecil itu mendapatkan simpati dari kolega bisnis Ibu mu" tutur Haruna, menahan dada bidang Dewa dengan ketua tangannya agar menjauh.
"Huft! Kenapa mesti berhenti, aku masih ingin bersama mu" Dewa memelas begitu keinginannya tidak terpenuhi, ia terduduk lesu di pinggir ranjang.
"Sayang please deh, ini bukan waktunya kita bersenang-senang. Ada pertarungan yang harus kamu menangkan, baru setelahnya mari kita berpesta merayakan keberhasilan" lembut suara Haruna, memasuki gendang telinga Dewa. Di usapnya punggung tegap sang kekasih, menyalurkan segenap rasa cinta.
Dewa menarik lengan Haruna perlahan, mencium telapak tangan gadisnya penuh perasaan. Ah Dewa selalu menyukai aroma wangi yang menguar dari tangan dan tubuh Haruna. "Baiklah, demi diri mu apa pun akan ku perjuangkan" janji seorang Dewa untuk wanitanya, yang telah di pacari selama dua tahun. Melalui banyak rintangan yang menghadang, penolakan dari Ibunya ditambah dengan omongan teman-temannya yang mengatakan bahwa Haruna adalah seorang gold digger.
"Makasih Yang, kamu adalah hadiah terindah yang Tuhan berikan untuk diri ku."
"Kalo gitu, beri aku sebuah kecupan untuk penambah semangat."
"Cup... Cup!" Haruna mencium pipi Dewa kiri kanan, kemudian mendorong tubuhnya agar segera keluar dari kamar. "Blaam!" pintu di tutup dengan keras lalu segera di kuncinya, Haruna ingin mengistirahatkan diri.
Sementara itu, Lintang tengah duduk di depan jenasah nyonya Rahayu bersama ibu-ibu sekitar kediamannya sambil melantunkan doa. Tangannya membuka-buka lembaran Al Qur'an, lalu membacanya dengan suara lirih. Sanak saudara mulai berdatangan, untuk mendoakan serta mengiringi nyonya Rahayu menuju peristirahatan terakhir.
Tampak Dewa menyongsong tamu-tamu juga keluarga besarnya, menyalami mereka juga memohon agar sang ibu di maafkan dari segala kesalahannya. Dari sekian banyak tamu, terlihat sosok gagah berjas hitam memasuki ruangan. Tuan Ahmad Hartono pengacara sekaligus penasehat keuangan ibunya datang dengan penuh wibawa.
"Dewa, bisa kita bicara sebentar?" tanyanya to the point.
"Lebih baik kita ke ruang kerja ibu, di sana akan lebih privacy" ungkap Dewa, mengirimgi langkah kaki sang pengacara. Begitu sampai di depan pintu bercat coklat, ia segera membukanya serta mempersilahkan masuk. Mereka di sambut sebuah lukisan besar berbingkai keemasan, sepasang suami istri dengan anak balita laki-laki. Ketiganya tengah tersenyum bahagia, gambaran tentang keluarga harmonis impian semua orang.
"Silahkan duduk, Om" Dewa mempersilahkan tamunya, agar segera duduk pada sofa diruang kerja tersebut.
"Terimakasih!"
"Ada apa ya, Om? Saya jadi agak khawatir, dengan berita yang akan di sampaikan."
"Enggak perlu khawatir, Om hanya ingin mengingatkan sekali lagi. Pernikahan yang baru saja terjadi, Om harap kamu juga Lintang mematuhi segala aturannya. Karena sejatinya pernikahan itu bukan untuk main-main, tetapi sakral dan disaksikan oleh Yang maha kuasa."
"Gak ada maksud saya mempermainkan pernikahan, Om. Hanya rasanya aneh saja, saya yang biasanya menganggap Lintang seorang adik tiba-tiba harus merubah hubungan menjadi suami-istri. Jadi saya belum bisa memperlakukan Lintang sebagai istri, lalu bagaimana dengan nasib Haruna kekasih saya?"
"Putuskan saja!"
"Jangan!" suara bariton seorang pria, menginterupsi percakapan mereka.
...****************...
yg ad hidupx sendirian nnt x