Namaku Tiara Putri Mahesa, aku menikah dengan seorang Pria bernama Rio Anggara. Seorang pemuda sukses berjabatan Manager di Perusahaan Besar, dia sangat mencintaiku. Namun sikap dan sifatnya lambat laun berubah, dia menafkahiku dengan tidak layak, bahkan kerab tidak memberiku nafkah. Padahal Tugas Seorang Suami memberi Nafkah Lahir dan Batin Terhadap Istrinya. Tak jarang aku pun bagai seorang pengemis yang harus berkali kali mengiba meminta hakku. Namun kesabaranku seolah di injak injak dengan perbuatannya di belakangku, lelah dengan kesabaran yang tak pernah di hargai. Akhirnya aku Berontak dan Mundur.
Bagaimana kelanjutan kisahku? Yuk baca kisahku
Happy Reading❤️🔥
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cillato, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Warisan Keluarga Mahesa
Sudah berminggu minggu yang lalu sejak kejadian waktu itu, aku masih bersikap biasa terhadap mas rio. Aku masih melayaninya dengan baik, aku masih bersabar entah sampai kapan.
"Mas.. bangun ini sudah pagi, sholat subuh dulu". Kataku seraya membangunkan mas rio, mas rio hanya bergeming.
"Mas, bangun mas. Ayo kita sholat subuh berjamaah" ucapku dengan sedikit berteriak, agar dia terbangun dari tidurnya.
"Ihhh apasih ra, kamu ini ganggu orang tidur aja. Kalau mau sholat ya sholat aja sana jangan ganggu aku. Aku mau tidur lagi aku capek habis lembur semalam nanti aja bangunin, udah udah sana". Katanya dengan nada keras mengusirku lalu dia melanjutkan tidurnya kembali.
Kuhembuskan nafas dengan barat, entah kenapa setelah mendapat pekerjaan dengan jabatan tinggi mas rio berubah. Dia jadi jarang beribadah, ada saja alasan jika aku ajak untuk sholat. Lalu aku beranjak kekamar mandi membersihkan diri dan mengambil wudhu serta menunaikan sholat subuhku, setelah selesai kulihat mas rio masih tertidur.
Aku beranjak ke dapur untuk memasak sarapan, saat semua masakanku sudah matang aku kembali ke kamar untuk membangunkan mas rio.
"Mas bangun sudah jam setengah 7 nanti kamu telat ke kantornya". Ucapku seraya menggerakan badannya agar terbangun.
"Apa?? Udah jam setengah 7, kenapa kamu gk bangunin aku sihh. Aku hari ini ada rapat sama dewan direksi, aaarrggghhhh....". Ucap mas rio berteriak menyalahkan aku. Lalu ia masuk ke kamar mandi dengan buru buru, akupun menyiapkan pakaian kerjanya. Lalu setelah menyiapkan pakaian dan yang lainnya, aku ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuknya.
Berapa lama kemudian mas rio keluar dari kamar dengan tergesa gesa sambil menenteng tas kerjanya. Dia lari masuk kedalam mobilnya
"Mas ini sarapannya, kamu gk sarapan dulu". Ucapku berteriak kearahnya.
"Gak usah, kamu makan aja sendiri nanti aku telat". Ucap mas rio berlalu mengendarai mobilnya.
Kulihat mobil mas rio yang sudah berbelok di jalanan depan, aku memutuskan untuk masuk dan sarapan apa yang sudah aku masak tadi.
Saat aku tengah makan sambil melamun, ponsel ku berdering. Kulihat nomor kakak laki lakiku menelponku, aku bergeming menatap ponselku, aku tidak percaya selama ini aku tidak pernah berkomunikasi lagi dengan kakakku setelah aku memutuskan untuk menikah dengan mas rio. Dengan cepat aku menjawab
"Hallo". Ucap kakakku, seketika badanku kaku aku bergeming mendengar suara laki lakiku yang sangat aku rindukan.
"Kak". Ucapku dengan mata berkaca kaca
"Ra, are you okay?". Ucapnya, aku tahu dia pasti khawatir terhadapku karna dari nada suaraku yang sedikit bergetar menandakan aku menahan tangisan.
"Okay, aku kangen kak". Pecah sudah tangisanku, aku merindukan sosok pelindungku ini. Setelah kepergian mama dan papa kakak ku lah yang selalu ada untukku layak nya orang tua bagiku.
"Ehhhemmm, Ra bagaimana kabarmu. Apa kamu baik baik saja. Apa kamu tidak mau, bantuan kakak. Kamu memiliki perusahaan dan juga harta dari peninggalan mama dan papa, apa kamu tidak mau mengelolanya. Kakak tahu ra kehidupanmu tidak baik baik saja". Ucapnya.
"Kak, aku masih belum membutuhkannya. Bila nanti aku sudah lelah pasti aku akan mendatangimu". Ucapku seraya menahan isak tangisku, aku tak ingin kakakku semakin tahu keadaanku.
"Ok, kalau itu maumu tapi kakak mohon jika kamu lelah maka berhentilah dan segera hubungi kakak. Ya sudah kalau gitu, kakak masih ada urusan lain. Kakak matikan telponnya.".
"Iya kak" jawabku seraya mengakhiri obrolan telpon ini.
Sebenarnya aku memiliki harta warisan dari keluargaku, yang tak pernah ku bilang kepada mas rio dan keluarganya. Ya aku Tiara Putri Mahesa, Aku seorang anak dari keluarga Mahesa. Aku mempunyai seorang kakak laki laki yang bernama Bintang Putra Mahesa, dia selalu membantuku disaat aku kesusahan dan selalu melindungiku. Tapi satu kesalahanku, karna aku dulu sangat mencintai mas rio dan akhirnya aku pergi meninggalkan kakakku. Karna dulu kakakku sangat tidak menyukai mas rio, entah apa alasannya dia sangat tidak menyukai mas rio.
Satu hari setelah menikah aku ingin membicarakan tentang harta warisan yang ditinggalkan mama papa terhadapku, tapi tanpa sengaja aku mendengar saat ibu mertuaku berbicara dengan mas rio. Aku tahu ibu mertuaku tak pernah menyukaiku dia membenciku karna aku tak bekerja, aku hanya seorang anak yatim piatu tanpa memiliki orang tua. Dimatanya aku hanyalah menantu yang tak berguna, aku hanyalah seorang benalu yang meminta uang kepadanya. Dia menjelek jelekanku, karena aku tak seperti mawar mantan kekasih mas rio saat kuliah dulu. Seorang anak kepala desa yang kaya, dan royal kepada ibu mertua dan juga keluarga mas rio.
Hatiku pun merasa sedih, ku urungkan niatku untuk memberitahu suamiku tentang harta warisan ini.
**Sore harinya
Baru saja aku keluar dari dapur, hendak menyambut kepulangan suamiku. Malah dia sudah didatangi mas alex, ya mas alex ini suami kakak iparku. Dia selalu meminjam uang terhadap suamiku, aku sangat hafal dan sudah menjadi kebiasaan. Dia selalu tahu bahwa tanggal berapa gajian suamiku, dan hari ini mas rio gajian.
"Yo.. mas pinjam uangmu dong tiga juta untuk si risa study tour dari sekolahannya. Mas belum gajian ini, nanti gajian mas ganti". Ucapnya tanpa rasa malu, sudah berapa kali dia meminjam dan tak pernah satupun ada yang dikembalikan.
Aku menghentikan langkah, mendengarkan apa jawaban dari suamiku ini.
"Oke, aku Transfer ya mas uangnya.". Kata mas rio menyanggupi memberikan uangnya.
Lagi dan lagi mas rio menyanggupi dan memberikan uangnya, walaupun jadi manager gaji mas rio hanya lima juta perbulan.
Dia memberitahuku bahwa gajinya menjadi manager hanya lima juta saja, dan sekarang yang tiga juta diberikannya cuma cuma terhadap kakak iparnya. Padahal untuk kebutuhan rumah ini sangat banyak dan aku juga sedang membutuhkan uang.
"Mass.." aku muncul memanggil suamiku, aku ingin menghentikannya.
"Iya ra, kenapa?". Ucap mas rio menoleh kepadaku, dengan cepat aku pun menjawab
"Mas keperluan rumah ini juga banyak, kebutuhan kita sehari juga banyak mas. Mas mau memberikan uang itu sama mas alex begitu aja". Ucapku dengan kesal, mas alex pun tak terima dan malah melototkan matanya kepadaku dengan amarah. Aku tau dia sedang marah tapi aku tak peduli aku juga sangat membutuhkan uang untuk kebutuhan sehari hari, apa aku salah.
"Halah emang istrimu ini sangat pelit yo, sama saudara sendiri pelitnya minta ampun. Kamu kok sanggup hidup sama istri yang begini". Ucapnya mengataiku.
Apa katanya aku pelit, dari segimananya aku pelit.
"Udahlah ra, kamu gk berhak ngatur uangku. Sudah sudah sana kamu masuk kedalam rumah". Ucap mas rio mengusirku, kulihat sekilas mas alex yang tersenyum kearahku dengan senyuman mengejek. Akupun masuk kedalam rumah dengan perasaan kesal.
Beberapa menit kemudian mas rio masuk kedalam kamar, dan berkata
"Ra, kenapa sih akhir akhir ini kamu selalu mempermasalahkan uang yang aku kasih untuk keluargaku. Pusing aku ra". Ucapnya dengan nada meninggi
"Apa mas, iyaa kamu selalu memprioritaskan keluargamu daripada aku. Aku ini siapamu sih mas? Aku ini istrimu sudah sepantasnya kamu memprioritaskan aku!". Ucapku tak kalah meninggi
"Halah sudah, ini uangku kamu gk berhak ngatur ngatur uangku. Aku yang bekerja disini, jadi terserah aku dong mau aku apakan uangku!". Suaranya membentakku
Ku tutup mataku ku hirup udara sebanyak banyaknya lalu ku hembuskan nafas ini sambil membuka mataku perlahan
"Oke mas, aku akan cari pekerjaan sendiri. Ingat mas, kamu gk akan bisa hidup tanpa aku. Kalau kamu lebih mementingkan keluargamu dari pada aku istrimu, kenapa mas? Kenapa kamu gk menikahi keluargamu saja ha!!" Ucapku dengan menggebu gebu menahan sesak dihatiku
Mas rio tersentak mendengar ucapanku, dia menghampiriku dengan tersenyum meremehkanku.
"Siapa yang mau menerimamu kerja dengan keadaan seperti ini, kamu kumal lusuh". Ucap mas rio mengejekku, memang benar benar mas rio tak mempunyai rasa kasih seperti dulu terhadapku.
"Terserah apa katamu mas, aku capek aku lelah dengan keluargamu yang datang dan ikut mencampuri rumah tangga kita. Ibumu yang selalu meminta uang padamu, kakakmu juga, serta kakak iparmu juga. Mereka hanya meminta dan memikirkan uang, uang, dan uang saja. Tanpa mau tahu bagaimana perasaanku". Ucapku pasrah, sambil menutup mata, menumpahkan semua rasa sesak didadaku yang sudah lama kupendam. Air mata mengalir dengan deras. Ku buka mataku melihat mas rio yang masih menatapku dengan tajam.
Sejenak mas rio terdiam, dadanya naik turun menahan amarahnya.
Segera ku hapus air mata ini ku hirup udara sebanyak banyak untuk menghilankan sesak didada, ku belakangi dia ku pejamkan mataku hingga aku tertidur.
Memang sebuah pernikahan adalah ibadah yang terberat, ujian bisa dari mana saja. Semoga suatu hari nanti kehidupanku berubah.
usulnya