Lulu, seorang yatim piatu yang rela menerima pernikahan kontrak yang diajukan Atthara, demi tanah panti asuhan yang selama ini ia tinggali.
Lulu yang memerlukan perlindungan serta finasial dan Atthara yang memerlukan tameng, merasa pernikahan kontrak mereka saling menguntungkan, sampai kejadian yang tidak terduga terjadi. “Kamu harus bertanggung jawab!”
Kebencian, penyesalan, suka, saling ketertarikan mewarnai kesepakatan mereka. Bagaimana hubungan keduanya selanjutnya? Apakah keduanya bisa keluar dari zona saling menguntungkan?
Note: Hallo semuanya.. ini adalah novel author yang kesenian kalinya. Semoga para pembaca suka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Pantai
Atthara memperhatikan Lulu yang sedang menutup mata, membiarkan angin laut menerpa wajahnya. Kulit bersih Lulu sedikit kemerahan, mungkin karena terkena panas. Atthara mengalihkan pandangannya saat ada pesan masuk di ponselnya.
Bobby: Mungkin tebakanmu benar, mungkin juga salah. Pak Atmadja yang kamu temui memang memiliki seorang anak laki-laki, tetapi dia tidak ada menikah!
Atthara: Kamu yakin?
Bobby: Ya. Aku sudah melakukan background check. San setelah Pak Atmadja bertemu dengan Lulu, dia juga tidak ada pergerakan sama sekali.
Atthara: Apakah mungkin anak Atmadja itu tidak tahu kalau dia memiliki anak?
Bobby: Aku tidak tahu.
Atthara: Cari tahu!
Bobby: Aku sudah melakukannya! Tetapi hasilnya nihil karena anak Pak Atmadja tidak dibesarkan disini, melainkan di kota sebelah ikut bersama keluarga Neneknya.
Kota sebelah? Jika kemungkinan ada, mungkin saja Lulu benar cucu dari Pak Atmadja. Tetapi bagaimana ia menyambungkan semuanya? Apakah mereka memiliki musuh sepertinya?
Atthara: Lihat apakah mereka memiliki musuh atau ada kejadian yang tidak biasa menimpa mereka.
Bobby: Baiklah!
Atthara menyimpan kembali ponselnya. Ia terkejut kala Lulu memijat keningnya dengan jari lentik miliknya.
“Kamu sedang apa?” tanya Atthara.
“Mas mengerutkan kening, jadi aku pijat agar tidak membuat kerutan.” Jawab Lulu yang kemudian menarik tangannya.
“Apakah kamu pernah berpikir jika orang tuamu orang kaya?”
“Orang kaya?”
“Misal sepertiku atau seperti Pak Tua kemarin.”
“Hah? Mas sedang bercanda?”
“Aku selalu serius!” Lulu nampak berpikir.
“Aku tidak pernah memikirkannya. Yang aku pikirkan, mungkin orang tuaku melahirkanku tanpa adanya ikatan halal dan mereka membuang ku karena menganggapku beban.”
“Jika mereka berakhir membuangmu, mengapa repot-repot hamil?”
Pertanyaan Atthara masuk akal. Bisa saja mereka menggugurkan kandungan sebelum janin membesar. Banyak kasus seperti itu sekarang. Tetapi kasus membuang bayi, juga tidak sedikit. Entah apa alasannya, Lulu tidak pernah ambil pusing. Baginya, Ibu Asih adalah orang tuanya.
“Jika kemungkinan itu ada, apa yang akan kamu lakukan?”
“Ehm.. Mungkin aku akan mengakhiri kontrak ini dan meminta mereka membelikanku tanah panti asuhan darimu!” Jawab Lulu tanpa berpikir.
Tetapi perkataan Lulu membuat Atthara tersentil. Lulu pernah mengatakan jika ia menjalani pernikahan mereka dengan serius. Kini Lulu mengatakan akan melepaskan diri dari perjanjian. Mana yang harus Atthara percayai?
“Bukankah kamu mengatakan kamu tidak terpaksa menikah denganku?” Pertanyaan itu lolos begitu saja.
“Aku memang tidak terpaksa, Mas. Aku ikhlas.” Lulu tersenyum menatap Atthara.
“Tetapi kamu menginginkannya hanya berjalan 2 tahun. Aku tidak bisa mempertahankan pernikahan jika kata pisah sudah terucap dari mulutmu. Walaupun ada rujuk, mungkin pernikahan kita tidak akan sama lagi.” Imbuh Lulu.
Atthara dibuat terdiam oleh ucapan Lulu. Benar, dirinya yang menentukan perjanjian 2 tahun sebagai estimasi keberhasilannya. Tetapi ia juga belum terpikirkan, setelah sukses akan melakukan apa?
Siang yang cerah itu tiba-tiba hujan, membuat Atthara dan Lulu berlari mencari tempat berteduh. Musim pancaroba seperti sekarang, memang tidak bisa memprediksi cuaca. Hujan di hari yang cerah itu terlihat indah di mata Lulu. Ia mengeluarkan ponselnya dan mengambil foto.
Sayangnya, kualitas kameranya yang buruk tidak bisa mengambil momentum tersebut. Melihat hal tersebut, Atthara memberikan ponselnya. Lulu tersenyum manis dan menerima ponsel Atthara. Dengan ponsel Atthara, Lulu bisa mengabadikan moment tersebut tanpa blur sedikitpun.
“Boleh aku ke kirim ke ponselku?”
“Percuma kalau kamu mengirimnya lewat pesan. Pakai surel, agar resolusinya tidak terlalu kecil dan tetap terlihat jelas.”
“Terima kasih, Mas.” Lulu kembali tersenyum.
“Hanya foto seperti itu saja sudah bisa membuatmu senang. Begitu sederhana pemikiranmu!” Batin Atthara.
Lulu mengirim foto tersebut ke ponselnya melalui surel. Setelah ada notifikasi masuk, Lulu menyerahkan ponse Atthara kembali dan mendownload gambar yang ia kirim di ponselnya sendiri.
“Toilet di sebelah mana, Mas?” Tanya Lulu kemudian.
“Toilet?” Lulu mengangguk.
Atthara melihat ke sekeliling dan mendapati toilet berada di dekat ia memarkir mobilnya.
“Apakah masih bisa ditahan?”
“Sedikit.” Cicit Lulu.
“Tahan sebentar lagi sampai hujan sedikit reda.” Lulu mengangguk.
Tetapi hujan tidak kunjung reda, sedangkan Lulu sudah merasa tidak nyaman karena terlalu lama menahan. Atthara meminjam payung dari pemilik saung tempat mereka berteduh dan merangkul tubuh Lulu untuk bisa sampai di toilet tanpa membasahi pakaian mereka. Hanya saja, pakaian Lulu tetap basah dibagian bawah karena panjangnya melampaui mata kaki.
Saat Lulu masuk ke dalam toilet, Atthara menunggunya sedikit jauh karena tidak mungkin dirinya menunggu di depan toilet perempuan.
“Kenapa lama sekali?” Gumam Atthara yang melihat pintu toilet tidak kunjung terbuka.
“Apakah dia sakit perut?”
Atthara tetap menunggu sampai seseorang menghampirinya.
“Atthar!” Panggil orang tersebut yang tidak lain adalah Agnes.
“Kamu?”
“Ya. Aku Agnes.” Jawab Agnes dengan bangga.
“Kamu seharusnya tidak disini!”
“Kenapa? Apa kamu pikir rumah itu bisa mengurung ku?”
“Kembalilah sebelum kamu mendapatkan hukuman yang lebih berat!” Kata Atthara dengan pandangan yang tetap ke arah pintu toilet.
“Tidak ada gunanya! Dia tidak akan keluar!”
“Apa yang kamu lakukan?” Atthara melayangkan tatapan tajam ke arah Agnes.
“Jangan galak seperti itu! Aku tidak melakukan apa-apa!” Kilah Agnes dengan tersenyum.
Segera Atthara berlari ke toilet tempat Lulu masuk dan membuka pintu. Kosong! Lulu tidak ada disana! Bagaimana bisa? Atthara hanya mengalihkan pandangannya sebentar saat ada pesan masuk dari Bobby.
“Kemana? Kamu bawa kemana istriku!” Seru Atthara.
“Kenapa kamu membentak ku!” Agnes tidak terima.
“Jangan bilang aku tidak memperingatkan mu!”
“Bobby! Segera ke pantai sekarang juga! Bawa orang untuk mencari Lulu!” Kata Atthara di telepon.
Agnes merasa gusar. Ia yang ingin bermain cantik justru tersulut emosi karena Atthara tidak menganggapnya.
Di sisi lain.
Lulu yang di bekap dan dibawa pergi setelah keluar dari toilet sedang menunggu waktu yang tepat untuk melarikan diri, karena ada dua orang laki-laki yang memeganginya. Lulu tidak berani berteriak karena mereka menodongkan pisau di pinggangnya.
Ia di bawa ke tempat parkir yang jauh dari tempat Atthara memarkir mobilnya. Ia melihat sekeliling, orang-orang tidak ada yang memperhatikannya sehingga ia tidak bisa memberikan kode meminta bantuan.
“Masuk!” Lulu didorong masuk ke dalam mobil.
Tetapi ia justru memasang kuda-kuda karena pisau mereka sudah disimpan di saku. Segera Lulu menonjok wajah salah satu laki-laki yang membawanya dan menendang memutar ke arah laki-laki yang satunya dengan kaki kirinya.
Sontak saja orang-orang memperhatikan mereka dan Lulu berteriak meminta tolong.
“Tolong! Mereka ingin menculik saya!”
Segera seorang laki-laki berlari ke arah Lulu dan dan melumpuhkan laki-laki yang sempat Lulu tonjok. Sayangnya laki-laki tersebut kalah cepat dengan satu laki-laki yang sempat terjungkal. Laki-laki itu menendang laki-laki yang menolong Lulu dan segera masuk ke dalam mobil, lalu melarikan diri.
“Apakah Anda tidak apa-apa?” Tanya Lulu.
“Tidak apa!” Laki-laki itu mengulurkan tangannya tetapi Lulu tidak menyambutnya.
Dengan gerakan canggung, laki-laki itu menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal dan berdiri membersihkan celananya yang terkena pasir.
“Mas, aku ada di parkiran yang berlawanan dengan mobil kamu.” Kata Lulu yang menghubungi Atthara.
“Aku kesana sekarang!”