Perjalanan hidup seorang wanita bernama Ayesha yang ingin mendapatkan kebahagiaan dari keluarga sang suami yang penuh dengan toxic. Berbagai hinaan dan cacian dari keluarga suami sudah menjadi makanan sehari-hari. Meski begitu, tak sedikitpun suaminya mau membelanya karena takut dicap sebagai anak durhaka.
Dan demi sebuah kata bakti, sang suami tega mencampakkan anak istrinya. Bahkan dia berani bermain hati dengan wanita idaman lain.
Akankah Yesha, bertahan dalam keluarga toxic suaminya?
Atau menyerah, dan mencari kebahagiaannya sendiri?
Ikuti terus cerita ini ya,
Dan jangan lupa dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencoba Melawan
Pagi harinya Yesha bangun seperti biasa, dia melakukan kegiatan paginya sebagai ibu rumah tangga. Diawali dengan mencuci pakaian, namun ada yang janggal saat mencuci pakaian suaminya. Dia mencium bau asing di pakaian suaminya.
"Bukan bau parfum mas Dika." gumamnya dan terus mencuci pakaian Dika.
"Astaghfirullah... apa lagi ini. " Yesha terpekik saat melihat noda lipstik di kerah baju Dika.
Namun, Yesha sudah tidak perduli lagi. Dia terus saja mencuci pakaiannya, sekuat tenaga Yesha mencoba untuk tidak peduli namun sekuat apapun dia mencoba namun tetap gagal, dan air matanya mulai turun membasahi pipinya.
"Sebenarnya apa yang kau lakukan di luar sana mas? " Yesha sudah tidak tahan lagi.
Begitu banyak cobaan yang harus dia lalui selama ini, Yesha masih mencoba untuk bertahan. Tapi tidak untuk sebuah penghianatan. Setelah selesai mencuci baju dengan berbagai drama di pikirannya, Yesha mulai memasak untuk suami dan anaknya. Dia masih tidak lupa, walau terluka tapi selama Dika masih menjadi suaminya dia harus melakukan tugasnya.
Masakan sudah tersedia dengan menu seadanya, Yesha kemudian membangunkan Aksa karena dia harus berangkat sekolah. Aksa adalah anak yang mandiri, dia sudah bisa melakukan semuanya sendiri. Setelah melihat Aksa sudah bersiap, dengan langkah malas Yesha pergi ke kamarnya dan membangunkan Dika.
"Mas bangun, hari ini kerja apa nggak? "
"Berisik, ini masih pagi, Yes. " gumam Dika yang masih memejamkan matanya.
"Ini sudah jam setengah tujuh,mas." Yesha masih mencoba membangunkan suaminya, takut dia salah lagi.
"Apa... Kenapa kau baru membangunkanku, sial aku pasti terlambat. " umpat Dika lalu beranjak dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi.
"Dasar istri tak berguna. " umpat nya lagi saat berada di kamar mandi dan masih di dengar Yesha.
Yesha hanya menghembuskan napasnya kasar,dan mengelus dadanya mencoba menerima semua ucapan kasar sang suami.
"Benarkan, di bangunin salah ga dibangun salah. Emang hidupku serba salah. " gumam Yesha dalam hati.
Dika bersiap dengan terburu-buru, tanpa memperdulikan anak dan istrinya yang melihatnya dengan pandangan yang, entahlah.
"Yesha, aku berangkat dulu. " Pamitnya.
Yesha mengantarkannya sampai depan pintu dan menyalami tangan suaminya.
"Ga sarapan dulu mas? "
"Ga, aku sudah terlambat. Aku harus ke luar kota lagi selama beberapa hari. Jadi mungkin aku tidak pulang. "
"Baiklah, Hati-hati di jalan, mas. "
Dika menaiki motornya dan berlalu dari rumahnya. Entahlah, padahal jabatannya cukup tinggi di perusahaan. Tapi kenapa dia masih naik sepeda motor, Yesha sendiri tak habis pikir dengan jalan pikiran suaminya.
Yesha masuk ke dalam rumah, setelah sepeda motor Dika sudah tak terlihat lagi. Dilihatnya Aksa yang sudah menyelesaikan sarapannya.
"Sudah selesai, nak? " tanya Yesha pada anaknya.
"Sudah, bu. " kata Aksa sambil mengangguk.
"Sebentar, kita makan dulu ya. Setelah itu kita berangkat sekolah. " Yesha duduk di meja makannya dan melahap makanan yang dia masak.
"Bu, kenapa ayah tidak pernah berpamitan pada Aksa? Ayah juga sekarang ga pernah ada di rumah. Apa ayah sudah ga sayang lagi sama Aksa? " Sebuah kalimat panjang dari Aksa membuat Yesha menghentikan makanannya. Dia sudah tak berselera lagi untuk makan.
"Tidak, Nak. Ayah sayang kok sama Aksa. Hanya saja ayah masih sibuk bekerja. Aksa tau sendiri kan tadi ayah terburu-buru. "
Aksa mengangguk.
"Ya sudah, ayo ibu antar ke sekolah. "
"Tapi ibu belum menghabiskan makanannya. Kasihan makanan nya bu. " Kata Aksa setelah melihat makanan sang ibu belum.
Yesha yang mendengar perkataan anaknya tersenyum, kemudian berjongkok menyamakan tinggi badannya dengan Aksa.
"Nanti, setelah mengantar Aksa ke Sekolah, ibu akan menghabiskan makannya. Oke. Sekarang kita akan berangkat. "
Mereka berdua akhirnya berangkat menuju sekolah Aksa.
Setelah pulang dari mengantarkan Aksa, seperti kata Yesha tadi, kalau dia akan menghabiskan makanannya. Namun, lagi-lagi acara makannya terganggu dengan suara yang sudah tak asing lagi di telinga Yesha.
"Yesha, keluar kamu. "
Yesha langsung keluar, sebelum ibu mertuanya itu membuat keributan.
"Masuk bu, ga pantes teriak-teriak di luar rumah. Ga enak juga dilihat tetangga. "
Bu Ayu langsung masuk ke dalam rumah Yesha dengan angkuhnya.
"Kamu bilang apa aja sama Dika, kenapa wajahnya tak sedap dipandang tadi saat berangkat kerja." tanya Bu Ayu sambil berkacak pinggang.
"Aku tidak bilang apa-apa sama mas Dika. Tadi katanya dia kesiangan, jadinya akan terlambat datang ke kantor. Mungkin karena itu suasana hatinya buruk. " Kata Yesha dengan santai.
"Ohh, memangnya kamu ga bangunin Dika. Kenapa dia sampai kesiangan? dasar istri ga guna. "
"Sudahlah bu, emangnya ada apa ibu datang kemari pagi-pagi. "
"Ngelunjak kamu, ya. " Bu Ayu terlihat tidak suka mendengar kata-kata Yesha. "Cepat kamu datang ke rumah, pekerjaan sudah numpuk. Ibu mau arisan sebentar. " Kata bu Ayu, kemudian melenggang pergi dari rumah kontrakan Yesha.
Yesha Pov
Lelah rasanya setiap hari mendapat perlakuan seperti ini, padahal di rumah ibu ada mbak Maya iparku dan Dila adik mas Dika. Tetapi kenapa semua dilimpahkan kepadaku? Apa karena aku anak orang biasa dari kampung? Lalu apa bedanya dengan mbak Maya, yang juga sama-sama menantu dari keluarga biasa. Kenapa hanya aku yang diperlakukan buruk?
Mas Bagus yang hanya bekerja di bengkel,juga ga pernah memberikan kontribusi apapun untuk keluarganya. Mereka selama ini memakan gaji dari suamiku, tapi kenapa mereka tidak pernah bersikap baik kepadaku. Apa sebenarnya salahku?"
Parahnya lagi, mas Dika sendiri yang juga suamiku, tidak pernah peduli padaku. Dia selalu membela keluarganya walau salah, dari pada aku istrinya yang sudah memberikannya seorang anak.
"Anak." bahkan sejak Aksa dilahirkan dia tidak pernah menyentuhnya. Baginya, kehadiran Aksa hanya akan menambah bebannya saja. Jadi, saat tadi Aksa bertanya "Apakah ayah tidak pernah menyayanginya. " Aku hanya diam tanpa bisa menjawabnya. Karena Aku sendiri terluka.
Lalu yang menjadi pertanyaanku selama ini, Kenapa mas Dika tetap menikahiku, walau dia tau semua keluarganya menentang pernikahan kami?
Sebuah pertanyaan yang tak pernah bisa aku jawab.
Pov End
Yesha tidak langsung berangkat ke rumah mertuanya, tapi dia menyelesaikan makannya dulu dan membersihkan rumahnya. Setelah itu, dia akan berangkat ke rumah mertuanya. Yesha sudah bertekad kalau hari ini adalah hari terakhirnya datang ke rumah mertuanya untuk menjadi babu di sana.
Sesuai keinginan Ibu mertua dan suaminya, mulai besok Yesha akan bekerja dan akan menjadi menantu yang bermalas-malasan d rumahi. Itu sudah menjadi tekad Yesha.
Setelah selesai membersihkan rumahnya, Yesha akhirnya pergi kerumah ibu mertuanya yang hanya berbeda satu gang dengan rumah kontrakannya.
"Assalamu'alaikum." Yesha melangkah masuk ke rumah mertuanya.
"Ini dia, orang miskin sudah datang. Kenapa baru datang? Buruan sana ke dapur, cucian sudah numpuk. "
Bukannya membalas salam Yesha, Maya malah menghinanya.
"Eh, mbak sama-sama orang miskin ga usah saling ngatain. Heran deh. " Yesha mencoba melawan Maya kali ini.
"Kau... "
"Ada apa ini, kenapa ribut-ribut. " bu Ayu yang baru datang merasa terganggu dengan keributan yang dilakukan kedua menantunya.
"Ini bu, Yesha ngatain aku. " kata Maya mengadu.
"Kamu baru datang Yesha, dari mana saja kamu. " kata bu Ayu yang melihat Yesha sepertinya baru datang, tanpa memperdulikan aduan Maya.
"Aku beresin rumah dulu, baru datang kemari. Lagian disini ada mbak Maya, apa dia ga bisa bantuin ibu beresin rumah? Kita ini sama-sama menantu di rumah ini. Tapi kenapa ibu memperlakukan aku dan mbak Maya dengan beda? " Yesha mencoba protes kali ini.
Bu Ayu menatap Yesha dengan tajam, sudah dipastikan dia akan marah besar kepada Yesha. Karena baru kali ini Bu Ayu melihat Yesha mulai melawan. Memang sudah saatnya, Yesha harus melawan ketidak adilan yang menimpanya selama ini. Dia harus segera bertindak untuk melawan dan membela dirinya sendiri, demi menjaga kewarasannya selama ini agar tidak di remehkan dan di injak-injak keluarga suaminya.
Yesha masih terdiam di hadapan ibu Ayu dan Maya, dia melihat keterkejutan di wajah Maya. Yesha yang selama ini hanya diam dan menangis ketika di tindas kini sudah mulai bisa melawan.
"Kamu udah berani, ya sama ibu. Dasar mantu miskin ga tau diri, udah enak dinikahi Dika yang sudah mengangkat derajatmu. Eh, kamu malah ga tau diri dan ga tau terimakasih. Dasar benalu, udah ga kerja, ga pernah ngasih kontribusi apapun untuk keluarga ini. Dika memang bodoh, kenapa juga mau menikahi wanita kampungan seperti kamu. " mulut pedas ibu mertua mulai beraksi.
"Itulah yang ingin aku tanyakan selama ini, kenapa mas Dika mau menikahi ku? padahal keluarganya tidak pernah merestui pernikahan kami. " kata Yesha dengan lantang.
Membuat ibu Ayu terkejut.
"Dan, jika aku benalu. Lalu apa bedanya dengan mbak Maya? Dia juga cuma numpang makan dan tidur di sini. Suaminya juga ga pernah memberikan apapun untuk keluarga ini. Kalian semua yang ada di sini cuma makan gaji buta dari suamiku. Sampai istrinya sendiri hanya mendapatkan uang sisa dari kalian. " Lagi-lagi Yesha mengeluarkan semua unek-unek nya.
"He.... jangan bawa-bawa namaku, Yesha. " Maya mulai salah tingkah ketika Yesha menyebut namanya.
"Kenapa... kamu ga terima. Aku ngomong apa adanya kok. " ketus Yesha.
"Kamu sudah berani kurang ajar ya, Yesha. " Ibu mulai mengeluarkan taringnya dengan berkacak pinggang.
"Sudahlah, minggir kalau kalian terus mengoceh dan menghalangi jalanku, aku tidak akan selesai melakukan pekerjaanku. " kata Yesha sambil berlalu.
Bu Ayu dan Maya yang melongo melihat tingkah Yesha yang tidak seperti biasanya, tapi mereka membiarkannya. Karena Yesha memang harus segera melakukan pekerjaan nya.
Yesha melakukan pekerjaan rumah mertuanya seperti biasa, dia ingin segera menyelesaikannya secepatnya agar segera pergi dari sini. Setelah semua pekerjaannya selesai, Yesha berpamitan kepada semua orang yang ada di sana untuk menjemput Aksa.
"Bu, ini terakhir kalinya aku menjadi pembantu di rumah ini, mulai besok aku akan bekerja sesuai keinginan ibu dan mas Dika. Jadi, mulailah mencuci baju dan piring kalian sendiri. " kata Yesha.
Bu Ayu yang mendengar ucapan Yesha melotot tak percaya.
"Mau kerja apa kamu? " tanyanya.
"Halah, paling juga jadi pembantu, bu. " jawab Dila yang baru keluar dari kamarnya.
"Ya, mending aku jadi pembantu di rumah orang. Aku akan dapat gaji. Daripada aku kerja disini, tapi tiap hari yang aku dapat kan hanya cacian dan makian dari kalian semua. " ujar Yesha enteng.
Semua orang tak percaya mendengar ucapan Yesha. Yesha benar-benar sudah berubah dalam waktu satu hari.
"Hei, jangan belagu kamu Yesha. Dasar menantu tidak tau diri, ga pernah bersyukur. Tiap bulan kamu juga mendapatkan uang dari Dika itu apa? Itu sama dengan gajimu bekerja dengan orang lain." Kata ibu Ayu bersungut-sungut.
"Ibu salah, itu adalah nafkah yang diberikan suamiku padaku. Namun aku anggap itu uang belanja bulanan, karena tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kami. Jika kalian anggap itu uang gajiku tiap bulan, Oke. Aku terima. Terimakasih, karena kalian sudah memberiku bayaran atas kerja kerasku selama ini. Dan mulai besok aku mengundurkan diri dari pekerjaanku, carilah pembantu lain yang mau bekerja dengan kalian. " ucap Yesha melirik ke arah Maya dengan tersenyum smirk.
Dewi akhirnya pergi meninggalkan rumah mertuanya dengan perasaan lega. Tanpa mendengarkan cacian dan makian yang keluar dari mulut mereka.
to be continued.
tdk pake it's.
terimakasih
yg bener namanya siapa ..?