Dewa adalah seroang Tentara Bayaran yang sangat disegani oleh musuh-musuhnya didunia hitam, dia tergabung dalam pasukan ibils neraka bersama empat temannya.
setelah merasa pekerjaannya terlalu berbahaya dia kemudian memilih pensiun setelah terakhir kali mereka menyelamatkan seorang Dokter yang Cantik.
Setelah menajalani masa pensiunnya ternyata Dewa masih terlibat dengan berbagai masalah yang datang dari masa lalunya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon black urang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
memukul orang lagi
Setelah Dewa menerima pesan dari Zizau, dia langsung menelepon temannya itu,
"Kak Zizau dari manapun kamu mendapat informasi ini, jangan terpancing dulu, untuk sekarang fokus dulu kesembuhan Dude"
"Dewa ini informasi dari Agen Rahasia" bantah Zizau dari sebelah.
"Selidiki dulu, dari misi yang kalian terima terakhir kali, mungkin itu ada hubungannya nanti" sahut Dewa.
"Apa maksudmu?" kata Zizau dengan nanda suaranya yang mulai naik.
"Saya rasa ada yang sengaja memanfaatkan kita dalam masalah ini" kata Dewa dengan suara datar.
"Kenapa kamu berpikir seperti itu, Dewa?" kata Zizau.
"Saya menemukan beberapa kejanggalan dari beberapa insiden yang terjadi, serta adanya kepentingan terselebung dari pihak lain" sambung Dewa lagi.
"Baiklah, kabari kami kalau ada informasi yang kamu dapatkan Dewa!" sahut Zizau.
Setelah itu Dewa memutuskan sambungan telepon itu, dia kemudian langsung turun ke ruangan bawah tanahnya.
Dia mau mencari tau dan menghubungi informan lain yang mereka gunakan selama dia di Pasukan Iblis Neraka.
Dewa mulai mencari informasi dengan mengguanakan laptop yang dia simpan dikotak anti ledak, selama hampir dua jam akhirnya dia tertidur di ruangan bawah tanah itu.
*****
Suasana Pagi di Mandara dengan cuaca yang mendung, karena semalaman kota itu diguyur hujan lebat.
Cuaca yang tidak bersahabat tidak membuat Dewa untuk bangun kesiangan, Dewa yang terbiasa bangun pagi sudah bangun dari jam lima pagi tadi.
Pagi-pagi Dewa sudah joging di halaman belakang rumahnya, karena diluar masih gerimis.
Setelah olahraga ringan dipagi harinya, Dewa langsung membuat sarapan, segelas susu dan Roti panggang.
Setelah itu dia membersihkan diri, karena sebentar lagi dia akan menjemput Vanda yang semalam melaksanakan piket mengantikan jadwal temannya.
Setelah rutnitas paginya selesai, kini Dewa sudah dijalan menuju rumah sakit.
Perjalanan ke Rumah sakit hanya memakan waktu dua puluh lima menit. Kini Dewa sudah berada di parkiran rumah sakit.
Dia kemudian turun dari mobilnya, menggunakan payung warna hitam karena masih rintik-rintik hujan.
Saat Dewa sedang berdiri di lobi rumah sakit, seseorang gadis cantik dengan gaya tomboy datang menghampirinya.
"Hey....sedang apa di rumah sakit pagi-pagi?" Tanya gadis itu. Ya itu Maya yang menghampirinya setelah melihat Dewa berdiri disana.
"Kamu sedang apa disini?" Dewa balas nanya, dia malas berbasa-basi.
"Hanya datang mengambil hasil lab, kamu belum jawab pertanyaanku?" Kejar Maya lagi.
"Ada urusan, nanti kalau senggang hubungi saya, saya mau traktir minum teh" kata Dewa.
Sementara mereka sedang mengobrol Vanda yang baru keluar dari lorong rumah sakit melihat Dewa sedang ngobrol dengan wanita, mereka terlihat akrab. Entah mengapa dada Vanda bergemuruh melihat adegan itu.
Dewa yang menyadari kedatangan Vanda, dia segera meninggalkan Maya.
"Nanti baru disambung lagi, saya duluan" kata Dewa sambil berjalan meninggalkan Maya.
.....
"Sudah selesai?" tanya Dewa
Bukannya menjawab pertanyaan Dewa, Vanda malah balik nanya.
"Itu siapa?"
"Oh itu teman lama..." jawab Dewa santai.
"Pantas kelihatannya akrab sekali!!" nada suara Vanda terdengar sinis.
Tapi Dewa tidak menanggapi, dia mengajak gadis itu untuk segera pergi.
"Ayo jalan....keburu hujannya tambah deras" ajak Dewa.
Vanda tidak menjawab, dia lalu berjalan mendahului Dewa. Melihat gadis cantik dengan senyuman manis itu pergi, Dewa buru-buru mengejarnya lalu memayunginya sampai di pintu mobil.
"Dia bukan siapa-siapa" suara Dewa sambil membuka pintu mobil.
"Hmmmm.....kamu sudah sarapan?" Tanya Vanda.
"Kamu mau sarapan apa?" balas Dewa. Dia tidak mau membuat gadis itu tambah bete kalau jawab sudah sarapan.
"Bubur kacang saja...." jawab Vanda sambil tersenyum.
Mereka kemudian meninggalkan rumah sakit, Dewa yang pernah makan bubur kacang sebelumnya, mengendarai mobilnya menuju sebuah kedai sederhana dekat kompleks mereka.
Kedai itu milik istri satpam di kompleks mereka.
Mereka menikmati sarapan bubur kacang itu dengan lahap, saat menikmati bubur itu Dewa melihat Vanda yang sangat menikmati sarapannya.
Dewa berjanji akan membawanya kesini lagi lain kali.
Setelah sarapan selesai, Dewa memberitahu Vanda kalau hari ini dia ada urusan, jadi tidak bisa menemani Vanda.
"Bukan pergi berhari-hari lalu menghilangkan?" tanya Vanda.
"Hehehehehe.....hanya pergi melihat cabang kafe yang baru dibuka saja" jawab Dewa sambil tertawa karena dia merasa ekspresi Vanda saat mengatakan terlihat lucu.
"Ya biasanya begitu kan..." kata Vanda
*****
Setelah mengantar Vanda kembali kerumahnya, Dewa kemudian pergi ke Kafe cabang yang sudah seminggu lalu dibuka.
Dia menghubungi Toni untuk bertemu disana, kebetulan Toni sudah ada disana saat itu.
Sesampainya di kafe cabang yang dekat dengan salah satu kampus swasta yang cukup terkenal di kota Mandar.
Dewa sengaja membuka cabang kafenya di dekat kampus tersebut karena dia ingin mahasiswa disana dapat menikmati makanan yang murah tapi higenis, ini juga atas usul Toni, karena dia juga merasakan sendiri bagaimana susahnya dia dulu ketika saat kuliah.
Harga makanan dan minuman di kafe itu sengaja mereka sesuaikan dengan kantung mahasiswa.
Dewa memasuki kafe itu saat anak buahnya sedang sibuk melayani para tamu yang sedang menikmati hidangan.
Dewa segera masuk kedalam ruangan yang khusus untuk manajer kafe itu.
Didalam ruangan itu sudah ada Toni yang sedang memeriksa laporan kafe, saat Dewa masuk Toni hendak berdiri dari kursi manajer itu tapi Dewa mengisyaratkan dengn tangan agar Toni tetap disana saja.
Dewa lalu mengambil sebuah botol air mineral yang terletak disudut ruangan itu. Kemudian dia duduk disofa panjang yang dikhususkan untuk tamu diruangan itu.
Tidak lama kemudian Toni bangkit dari kursinya sambil membawa berkas ditangannya dia lalu menyerahkan berkas itu dan sebuah pulpen kepada Dewa.
"Dibaca dulu bos sebelum ditandatangan!" buka Toni setelah dari tadi ruangan itu hening.
"Kalau kamu sudah baca, saya percaya kamu Ton" balas Dewa sambil melihat bagian halaman yang dia tanda tangani.
Ada beberapa berkas yang harus Dewa tanda tangani, setelah semuanya selesai Toni menyimpan kembali berkas itu diatas Meja.
Dia kemudian duduk disebuah sofa single yang ada di sebelah tempat duduk Dewa.
Baru saja Toni mau mengatakan sesuatu, tapi di potong oleh pertanyaan Dewa.
"Ton apa ada masalah?" tanya Dewa, karena dari tadi raut muka Toni seperti tidak tenang.
"Itu bos, satu orang karyawan kita semalam di keroyok oleh sekelompok gangster yang pernah datang mengacau disini" jelas Toni.
"Bagaimana keadaanya sekarang?" Tanya Dewa dengan raut muka menahan emosi.
Dewa paling tidak suka kalau teman, keluarga atau anak buahnya di pukuli oleh orang lain.
"Semalam setelah pulang dari Coal Kafe saya langsung kesini dan mengantarnya ke rumah sakit, dia tidak dirawat inap semalam langsung keluar dan hari ini dia izin tidak masuk bos" jelas Toni dengan sedikit takut karena melihat ekspresi muka bosnya yang merah menahan amarah itu.
"Beri dia izin selama dia belum bisa kerja, jangan lupa untuk memberi dia ongkos untuk biaya perawatannya, Ton" kata Dewa.
Saat mereka sedang berdiskusi dalam ruangan itu, tiba-tiba dari luar ruangan itu terdengar teriakan.
"Dimana manajer kafe ini? Hah.....? apa dia mau cari mati.....?", teriak orang tak dikenal itu.
Mendengar suara itu Toni segera berdiri, dia bergegas keluar dari ruangannya.
"Ada apa ini...?" tanya Toni.
"Siapa kamu...? tanya orang yang teriak tadi, rupanya dia pimpinan dari kelompok itu.
"Saya Toni....penanggung jawab tempat ini...." Jawab Toni.
"Oh....bagus....bagus....," seru orang itu sambil mendekat ke arah Toni.
"Apa kamu tahu siapa aku?" tanya preman itu yang berambut gondrong, memiliki postur tinggi dan tato macan di lengannya. Dia adalah Rocky gangster yang menguasai wilayah itu.
"Maaf tuan saya tidak kenal anda" jawab Toni.
"Kamu berani membuka kafe ditempat ini tapi tidak tau siapa penguasa wilayah ini..., brengsek....saya sudah katakan berulang kali untuk tutup tempat ini..., rupanya kau tidak mengindahkan peringatanku dengan cara halus, patahkan Tangannya...." Perintah Rocky kepada empat anak buahnya yang berdiri dibelakangnya.
Ketika keempat anak buahnya mendekati Toni, sebuah suara dengan aura dingin terdengar dari kerumunan karyawan kafe itu.
"Apa Bernard si Tua Jelek itu menyuruhmu melakukan ini?" tanya Dewa. Mendengar suara itu bulu kuduk Rocky langsung merinding.
"Si....siapa kamu?" Tanya Rocky dengan suaranya yang gagap, dia merasa punggungnya mulai berkeringat Dingin.
*****
(BERSAMBUNG)