Karena sebuah wasiat, Raya harus belajar untuk menerima sosok baru dalam hidupnya. Dia sempat diabaikan, ditolak, hingga akhirnya dicintai. Sayangnya, cinta itu hadir bersama dengan sebuah pengkhianatan.
Siapakah orang yang berkhianat itu? dan apakah Raya akan tetap bertahan?
Simak kisah lengkapnya di novel ini ya, selamat membaca :)
Note: SEDANG DALAM TAHAP REVISI ya guys. Jadi mohon maaf nih kalau typo masih bertebaran. Tetap semangat membaca novel ini sampai selesai. Jangan lupa tinggalkan dukungan dan komentar positif kamu biar aku semakin semangat menulis, terima kasih :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandyakala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terpaksa
Ezra mengendarai mobil sport miliknya dengan kecepatan maksimal. Semenjak dia meninggalkan rumah, sudah beberapa kali ibunya menelepon, tapi Ezra abaikan.
Flashback
"Sayang, Mama tahu kamu pasti tidak setuju dengan keputusan Papa dan Mama. Tapi percayalah, Raya itu anak yang baik. Papa dan Mama tahu betul orang tua dan keluarga mereka seperti apa. Jadi, Mama harap kamu bisa menerima pernikahan ini, ya", bujuk Mama Laura.
Ezra menundukkan kepalanya, ia meremas rambutnya frustasi. Entah bagaimana mulanya, ia yang baru saja kembali ke negara X setelah menyelesaikan kuliah masternya di luar negeri langsung ditodong untuk menikah dengan wanita yang sama sekali belum pernah ia lihat dan tidak pernah ia kenal.
"Ezra, Papa dan Mama selama ini selalu memenuhi semua keinginan kamu. Kami tidak pernah menuntut apapun dari kamu. Apa yang Papa dan Mama lakukan, ini untuk kebaikan kamu. Tolong, kali ini saja penuhi harapan kami", lanjut Sang Papa yang saat itu juga menatapnya dengan dalam.
Ezra merasa dihakimi dan dipaksa, tapi sebagai putra tunggal dari keluarga Hadinata, apa yang kedua orang tuanya katakan memang benar, semua keinginan Ezra selalu mereka penuhi dan tanpa syarat.
"Tapi Pa, Ma, kenapa harus secepat ini? apa tidak ada kesempatan buat Ezra mengenal dulu siapa dan bagaimana wanita itu?", tolak Ezra dengan halus namun penuh penekanan.
Mama Laura melirik suaminya, "Sayang, Raya sudah kehilangan kedua orang tuanya sebulan yang lalu. Mama dan Papa tahu dia juga masih berkabung dan ya, kami pun mengerti ini juga tidak mudah untuk kamu terima. Tapi permintaan terakhir dari orang tua Raya adalah menjadikan putrinya menantu di keluarga kita. Percayalah, setelah menikah nanti kamu akan bisa mengenal Raya dengan lebih baik", terang Mama Laura lembut.
"Tapi Ma ...".
"Tidak ada kata tapi, Ezra. Kamu adalah harapan satu-satunya dari keluarga ini. Meskipun kamu belum pernah bertemu dan belum mengenal Raya, kamu harus percaya kalau Papa dan Mama tidak mungkin asal memilihkan calon istri buatmu", tegas Papa Hadinata.
Malam itu, setelah Ezra mendengar ucapan kedua orang tuanya malam itu, ia hanya bisa pasrah menerima keputusan yang ada karena seberapa besar pun usahanya untuk menolak, keputusan Papa dan Mama tidak akan pernah berubah.
Flashback off
Ezra memasuki rumah mewah bergaya Eropa klasik dan memarkirkan mobilnya dengan cepat. Meskipun hati kecilnya enggan untuk pulang, tapi rasa lelah sepanjang hari ini lebih kuat memaksanya untuk kembali.
Baru saja Ezra turun dari mobilnya, gawainya kembali bergetar, ada nama Sang Mama di layar.
"Hallo, sayang ...".
"Iya, Ma. Ada apa?".
"Mama ganggu ya? maaf, Mama cuma mau memastikan saja, kamu bersama Raya kan?", tanya Mama Laura tanpa basa-basi.
Ezra menarik nafas berat, "Iya, Ma. Kenapa?".
"Syukurlah, tak apa, Mama hanya khawatir kamu keluyuran setelah acara pernikahan tadi. Oh ya, sebentar lagi pesawat Mama mau take off, ingat, jaga istri kamu dengan baik dan tolong segera kasih Papa dan Mama cucu, bye sayang", Mama Laura menutup teleponnya dengan cepat.
Ezra terpaku sejenak, ia tidak habis pikir dengan sikap Sang Mama yang begitu mudah menikahkan dirinya dengan wanita asing dan sekarang meminta cucu.
"Ck, permintaan gila macam apa itu?", Ezra mengeluh.
Ia segera masuk ke dalam rumah. Suasana rumah sangat sunyi karena malam memang sudah larut. Semua orang yang ada di sana tentu sudah beristirahat semua.
Ezra menatap tangga ke lantai atas, pikirannya kalut, "Apa aku harus ke sana atau ...", Ezra bergumam.
Jika ia ke lantai atas, itu artinya ia harus masuk ke kamarnya yang kini menjadi kamar milik Raya juga dan itu artinya ia akan bertemu dengan gadis itu di sana.
"Gak bisa, gue gak bisa masuk ke sana", gumam Ezra lagi. Akhirnya ia memilih untuk merebahkan tubuhnya di sofa ruang utama, meski ada beberapa kamar kosong dan juga kamar tamu, tapi Ezra enggan memasukinya, ia merasa lebih nyaman beristirahat di sofa saja.
Sementara itu, Raya yang sudah selesai membersihkan diri sejak satu jam yang lalu masih belum bisa memejamkan kedua matanya. Meski dirinya merasa lelah, tapi ia belum terbiasa berada di tempat asing seperti kamar itu.
Raya ragu untuk merebahkan diri di atas ranjang mewah yang tampak indah dengan taburan kelopak bunga mawar. Ia juga tidak mau merebahkan dirinya di sofa yang ada di sana.
"Kalau sampai aku tertidur itu akan sangat berbahaya", batin Raya.
Setelah melalui pergulatan panjang dalam dirinya sendiri, Raya memutuskan untuk keluar dari kamar itu. Dia akan mencoba mencari tempat lain di rumah megah ini yang menurutnya nyaman untuk menjadi tempatnya beristirahat.
Raya berjalan menuruni anak tangga dan saat kakinya melewati ruang utama, ia melihat lampu nakas menyala. Meski samar-samar, Raya bisa melihat ada seseorang yang tertidur di sofa.
"Siapa itu?", batin Raya.
Perlahan, ia melangkahkan kakinya untuk mendekati sosok yang tampak lelap tertidur di sana.
"Ya ampun, Mas Ezra", ucap Raya menahan suaranya sendiri.
Dag dig dug
Jantung Raya mendadak tak karuan setelah ia tahu lelaki yang terlelap itu adalah suaminya.
Sejenak Raya bingung harus berbuat apa. Ia bisa melihat raut wajah lelah Ezra, tapi ia juga tidak berani membangunkan suaminya itu untuk pindah tidur di kamar.
"Enggak Raya, kamu gak boleh sentuh dia, big no", batin Raya.
Perlahan-lahan Raya berjalan meninggalkan Ezra yang masih terlelap di sofa. Sayang, mata dan langkahnya tidak selaras, tanpa sengaja Raya menyenggol vas bunga di atas nakas.
Praaangggg
"Siapa?!", teriak Ezra yang mendadak terbangun dari tidurnya.
Raya yang juga ikut terkejut hanya bisa berdiri membeku di dekat pecahan vas bunga itu.
"Kamu? sedang apa kamu di sini?", tanya Ezra dengan mengernyitkan dahinya saat melihat Raya yang tengah mematung tak jauh dari tempatnya beristirahat.
"A ... aku, ma ... maaf, Mas. Aku ... aku tidak sengaja, aku ...", Raya begitu gugup.
Ezra bangun dari sofa dan menghampiri gadis itu.
"Kamu yang memecahkan vas bunga ini?", tanya Ezra lagi.
"Maaf, Mas", jawab Raya pendek.
"Ck, kamu berhasil mengganggu tidurku. Apa kamu tidak tahu aku sangat lelah hari ini?", bentak Ezra.
Raya menundukkan kepalanya, dia benar-benar tidak berani menatap Ezra yang berdiri sangat dekat dengan dirinya.
"Aku mau istirahat di atas dan aku tidak peduli kamu mau istirahat di mana. Jangan berulah dan jangan ganggu aku lagi!", tegas Ezra sambil lalu meninggalkan Raya yang masih terpaku di tempatnya.
Raya tak memberikan jawaban apapun, saat ini hatinya benar-benar tak karuan. Mendengar bentakan dan ucapan Ezra barusan, Raya sangat paham jika suaminya itu tidak menyukai dirinya.
Tanpa banyak berkata-kata, Raya memilih untuk membersihkan pecahan vas bunga yang berserakan di lantai.
"Setelah ini, aku akan beristirahat di mana?", gumam Raya dalam sepi.
semoga tidak ada lagi yang menghalangi kebahagiaan kalian
setelah aku ikuti...
tapi cerita nya bagus biar diawal emosian 🤣🤣🤣
semoga aja raya bisa Nerima anak kamu dan Sindi ya...
semangat buat jelaskan ke raya
aku penasaran kek mana reaksi Sindi dan papanya tau ya kebusukan anak nya
semoga tidak terpengaruh ya....
taunya Sindi sakit tapi kalau kejahatan ya harus di pertanggung jawaban