NovelToon NovelToon
Warisan Mutiara Hitam 2

Warisan Mutiara Hitam 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Epik Petualangan / Fantasi Timur / Balas Dendam
Popularitas:47.3k
Nilai: 5
Nama Author: Kokop Gann

(Warisan Mutiara Hitam Season 2)

Setelah mengguncang Sekte Pedang Awan dan memenggal Jian Chen, Chen Kai mendapati bahwa kemenangannya hanyalah awal dari mimpi buruk baru. Sebuah surat berdarah mengungkap kebenaran yang meruntuhkan identitasnya: ia bukan anak Klan Chen, melainkan putra dari buronan legendaris berjuluk "Sang Pengkhianat Naga".

Kini, Klan Jian dari Ibu Kota memburunya bukan demi dendam semata, melainkan demi "Darah Naga" di nadinya—kunci hidup untuk membuka segel terlarang di Utara.

Demi melindungi adiknya dan mencari jati diri, Chen Kai menanggalkan gelar Juara dan mengasingkan diri ke Perbatasan Utara yang buas. Di tanah tanpa hukum yang dikuasai Reruntuhan Kuno, Sekte Iblis, dan Binatang Purba ini, Chen Kai harus bertahan hidup sebagai pemburu bayangan. Di tengah badai salju abadi, ia harus mengungkap misteri ayahnya sebelum darahnya ditumpahkan untuk membangkitkan malapetaka kuno.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penghadang di Gerbang Selatan

Ruang transaksi VIP di belakang panggung pelelangan Paviliun Seratus Harta Karun sunyi senyap, sangat kontras dengan kerriuhan di aula utama tadi.

Manajer Jin meletakkan Kotak Giok Teratai Beku di atas meja dengan hati-hati. Kotak itu memancarkan hawa dingin yang menusuk tulang, membuat lapisan es tipis terbentuk di permukaan meja kayu eboni itu seketika.

"Ini barang Anda, Tuan Naga," kata Manajer Jin, nadanya penuh rasa hormat namun matanya menyiratkan kekhawatiran yang dalam. "Total pembayaran 250.000 Batu Roh. Karena pil-pil Anda terjual dengan harga total 400.000 (dikurangi komisi), kami masih berhutang 150.000 Batu Roh kepada Anda."

Dia menyerahkan sebuah kantong penyimpanan berat berisi sisa uang tersebut.

Chen Kai menyapu kantong itu masuk ke dalam jubahnya tanpa menghitungnya. Perhatiannya tersedot sepenuhnya pada kotak giok itu.

Saat jari-jarinya menyentuh permukaan kotak yang dingin, sebuah getaran samar—seperti detak jantung yang jauh—terasa di ujung jarinya. Darah di dalam tubuhnya berdesir pelan.

Resonansi.

"Ini benar milik Ibu," batin Chen Kai, matanya melembut sesaat di balik topeng naga emasnya.

"Tuan Naga," suara Manajer Jin memecahkan lamunannya. "Sebagai mitra bisnis, saya harus memperingatkan Anda. Jian Yun tidak pergi. Dia dan pengawal bayangannya, 'Tetua Gagak', sedang menunggu di Gerbang Selatan. Itu adalah satu-satunya rute keluar menuju wilayah netral."

"Tetua Gagak?" tanya Chen Kai.

"Seorang ahli Setengah Langkah Inti Emas," jawab Manajer Jin serius. "Dia terkenal kejam. Dia menggunakan teknik cakar beracun. Bahkan saya pun tidak berani menyinggungnya."

"Saya menyarankan agar Anda menggunakan Jalur Darurat kami. Biayanya mahal, tapi..."

"Tidak perlu," potong Chen Kai. Dia menyimpan kotak giok itu ke dalam Cincin Penyimpanannya. "Jika aku lari sekarang, Klan Jian akan berpikir aku takut. Dan dalam bisnis, rasa takut mengundang serigala."

Chen Kai berdiri, jubah hitamnya berkibar.

"Ayo, Sun. Xiao Mei."

Manajer Sun menelan ludah, wajahnya pucat pasi, tapi dia mengangguk tegas. Dia telah memilih perahunya, dan dia akan berlayar bersamanya sampai karam atau sampai ke tujuan.

Gerbang Selatan Kota Sungai Awan adalah sebuah lengkungan batu raksasa yang menghadap langsung ke hamparan hutan belantara yang berkabut.

Biasanya, gerbang ini ramai oleh pedagang yang keluar masuk. Tapi sore ini, gerbang itu sunyi senyap. Para penjaga kota telah menyingkir, tidak ingin terlibat dalam konflik antar raksasa.

Di tengah jalan utama, tepat seratus meter dari batas zona aman kota, sebuah kursi kayu mewah diletakkan di tengah jalan.

Jian Yun duduk di sana, meminum teh dengan santai. Kipas lipatnya bergerak pelan, meniupkan angin sejuk ke wajahnya yang tampan namun arogan.

Di belakangnya, berdiri seorang pria tua bungkuk dengan jubah bulu gagak hitam. Wajahnya tertutup bayangan, tapi aura yang memancar darinya membuat rumput di sekitarnya layu dan menghitam. Tetua Gagak.

Dan di sekeliling mereka, dua puluh pengawal elit Klan Jian (semuanya Puncak Tingkat Sembilan) membentuk formasi setengah lingkaran, memblokir jalan.

"Tuan Muda," suara serak Tetua Gagak terdengar. "Dia datang."

Jian Yun meletakkan cangkir tehnya. Dia melihat ke arah gerbang kota.

Tiga sosok berjalan keluar dari bayang-bayang gerbang.

Chen Kai berjalan di depan, langkahnya tenang dan terukur. Manajer Sun dan Xiao Mei berjalan di belakangnya, berusaha keras menyembunyikan ketakutan mereka.

Chen Kai berhenti sepuluh meter dari Jian Yun.

"Anjing yang baik tidak menghalangi jalan," kata Chen Kai, suaranya yang disamarkan terdengar berat dan menghina.

Mata Jian Yun menyipit. Dia berdiri perlahan, melipat kipasnya dengan suara TAK yang tajam.

"Tuan Naga," kata Jian Yun, senyum tipis yang dingin menghiasi bibirnya. "Kau punya nyali. Menolak tawaranku di pelelangan, mempermalukanku di depan umum, dan sekarang masih berani berjalan keluar lewat pintu depan."

"Aku memberimu satu kesempatan terakhir. Serahkan Kotak Giok itu. Serahkan semua sisa pilmu. Dan berlututlah, potong lidahmu sendiri sebagai permintaan maaf. Maka, aku mungkin akan membiarkanmu menjadi budak anjing di istanaku."

Chen Kai memiringkan kepalanya.

"Aku juga memberimu satu kesempatan," balas Chen Kai. "Minggir. Atau mati."

Keheningan melanda selama satu detik.

Lalu Jian Yun tertawa. Tawa yang keras dan gila.

"Mati? Kau mengancamku? Aku Jian Yun! Jenius nomor satu Klan Jian! Puncak Pembangunan Fondasi!"

Wajah Jian Yun berubah menjadi topeng kemurkaan.

"Tetua Gagak! Tahan dia! Jangan bunuh dia dulu. Aku ingin mematahkan setiap tulang di tubuhnya dengan tanganku sendiri!"

"Sesuai perintah, Tuan Muda," desis Tetua Gagak.

Orang tua bungkuk itu melesat maju. Kecepatannya luar biasa. Dia menghilang menjadi kepulan asap hitam, dan muncul tepat di depan Chen Kai.

Tangan keriputnya yang berbentuk cakar, dilapisi Qi hitam beracun, mencengkeram ke arah tenggorokan Chen Kai.

"Mati!"

Tekanan Setengah Langkah Inti Emas meledak. Manajer Sun dan Xiao Mei di belakang Chen Kai langsung jatuh berlutut, tidak kuat menahan aura itu.

Tapi Chen Kai tidak bergeming.

Di balik topengnya, mata Chen Kai menyala dengan api ungu-emas.

Dia tidak menghindar. Dia mengangkat tangan kanannya.

"Cakar Naga Api Merah: Bentuk Pembangunan Fondasi."

Sisik-sisik merah tembaga muncul di lengan Chen Kai, dilapisi oleh Api Naga Inti Bumi yang baru dia dapatkan.

DUAR!

Chen Kai menangkap pergelangan tangan Tetua Gagak di udara!

Mata Tetua Gagak melebar di balik tudungnya. "Apa?! Kau menahan seranganku?!"

"Setengah Langkah Inti Emas?" Chen Kai mencibir. Panas yang mengerikan dari tangannya mulai membakar Qi pelindung Tetua Gagak. "Kau terlalu tua dan lemah."

"LEPASKAN!" Tetua Gagak panik. Dia merasakan panas yang aneh merambat dari tangan Chen Kai, membakar bukan hanya kulitnya, tapi juga meridian-nya.

Tetua Gagak mencoba menendang perut Chen Kai.

Chen Kai tidak melepaskannya. Dia justru menarik orang tua itu mendekat dan menghantamkan dahinya sendiri ke dahi Tetua Gagak.

BUKK!

Tengkorak bertemu tengkorak.

Tetua Gagak menjerit, darah mengucur dari hidungnya yang patah. Dia pusing tujuh keliling.

Chen Kai melepaskan cengkeramannya, lalu melakukan tendangan memutar yang menghantam rusuk orang tua itu.

KRAK!

Tetua Gagak terlempar seperti bola karet, menabrak formasi pengawal elit di belakangnya, menjatuhkan lima orang sekaligus.

Jian Yun, yang baru saja hendak mengeluarkan pedangnya, membeku di tempat.

Mulutnya ternganga.

Pengawal terkuatnya... dikalahkan dalam dua gerakan?

Chen Kai berdiri tegak, uap panas mengepul dari tubuhnya. Aura Pembangunan Fondasi Awal-nya meledak, namun kualitasnya begitu padat dan murni hingga terasa lebih berat daripada aura Jian Yun yang berada di Puncak.

"Sekarang," Chen Kai menatap Jian Yun. "Giliranmu."

"Serang! SERANG SEMUANYA! BUNUH DIA!" jerit Jian Yun, mundur ketakutan.

Lima belas pengawal elit yang tersisa menerjang maju, senjata terhunus.

Chen Kai menarik Pedang Meteor Hitam dari punggungnya. Bilah hitam raksasa itu menyala dengan api magma.

"Tarian pembantaian dimulai," bisik Chen Kai.

Dia melompat masuk ke tengah kerumunan musuh.

1
Jeffie Firmansyah
seruu ..seruu.... seruuu.... 💪 Thor
Jeffie Firmansyah
luar biasa kerenn GG abis cerita nya
Jeffie Firmansyah
kerennn abis seruuu semangat Thor 💪
Choky Ritonga
😍😍😍😍😍👌👌👌
Eka Haslinda
pokoknya ini MC yg paling keren sedunia 😍😍
kute
mantab thor makin seru, dan enak alur ceritanya
Muhamad Al Wilan Ramadhan
lanjut thor👍👍👍
andri susilo
mantap thoorrr... lanjut, jangan bikin kendor😄😄😄
Eyang Kakung
Tarian pembantaian dimulagi 🤣🤭
Eyang Kakung
lanjut
Hendra Yana
bagussss
Eyang Kakung
musuh2 nya pada sadis semua
Hendra Yana
mantap
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Sikat habis
Eyang Kakung
tingkatkan terus level kultivasi mcnya thor
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Njoooooost
Hendra Yana
di tunggu up selanjutnya
saniscara patriawuha.
walahhhhhhh pragatttttzzzzz....
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Tooooooops
saniscara patriawuha.
wadidawwwww....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!