Bagaimana jadinya jika seorang siswi dijodohkan dengan gurunya sendiri.
Faradilla Angelica, siswi kelas 12 yang terkenal dengan prestasinya keluar masuk ke ruang BK, bukan karena dia sering bolos atau yang lainnya, melainkan karena dia sering kepergok berpacaran di area sekolah dengan Arsyad.
Orang tuanya merasa geram, hingga mereka menjodohkan Fara dengan Aslan, guru baru di sekolahnya.
Fara jelas tidak terima dengan perjodohan itu. Dia sampai rela kabur dengan Arsyad demi menolak perjodohan itu.
Lalu bagaimana jika akhirnya Fara dan Aslan dinikahkan? Apakah akhirnya Fara bisa mencintai Aslan, sosok guru yang sangat galak itu?
"Dasar Pak Singa!" begitulah Fara menyebutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
Seperti pasangan remaja pada umumnya, baru saja jadian dunia terasa milik berdua. Setelah traktiran tipis-tipis di kafe milik keluarga Ayla, Arsyad dan Fara tak juga pulang ke rumah. Mereka berkeliling kota dahulu sambil berboncengan.
Tangan yang melingkar di perut Arsyad, membuat Arsyad ingin terus memelankan laju motornya. Dia usap tangan Fara berulang kali dengan sebelah tangannya.
Fara hanya tersenyum. Dia kini menyandarkan dagunya di pundak Arsyad. "Sebenarnya masih mau lama-lama sama kamu tapi udah mau gelap. Pulang ya."
"Iya, kita pulang sekarang. Besok aku jemput ya." kata Arsyad sambil sedikit menoleh Fara.
"Oke."
Arsyad sedikit menambah laju motornya. Beberapa saat kemudian dia berhenti di depan rumah Fara.
Fara turun dari motor Arsyad lalu melepas helmnya. Dia masih saja tersenyum menatap Arsyad. Bunga-bunga di hatinya masih terus bermekaran.
"Nanti VC ya." kata Arsyad pada Fara. "Berdua, gak usah gabung grup huru hara kita." memang biasanya mereka video call dengan satu gengnya. Di hampir setiap malam untuk saling mencontek PR mereka.
"Oke." jawab Fara dengan senyum manisnya.
Arsyad memutar motornya seiring lambaian tangan Fara.
Setelah motor Arsyad menjauh, Fara masuk ke dalam rumahnya.
"Fara, darimana?" tanya Ayahnya yang sedang berdiri di ambang pintu masuk.
Fara terdiam beberapa saat sambil mencium punggung tangan Ayahnya. Jujur saja, Ayahnya sangat keras, dia harus mencari alasan yang tepat agar Ayahnya tidak marah.
"Dari belajar kelompok, Ayah." jawab Fara.
Pak Ridwan menatap putrinya menyelidik. "Ayah lihat kamu pulang dengan cowok."
"Itu Arsyad, Ayah. Dia kan pernah main ke sini sama teman Fara." jelas Fara.
"Ya sudah. Besok-besok kalau pulang terlambat beri kabar Ayah. Biar Ayah jemput."
Fara menganggukkan kepalanya. "Iya." kemudian dia masuk ke dalam rumah. Saat di rumah seketika dia merasa kesepian. Ibunya sudah tiada saat dia masih berada di Sekolah Dasar. Sedangkan kedua kakaknya sedang kuliah di luar negeri. Satu kakaknya akan lulus tahun ini dan pulang ke Indonesia. Satu kakaknya lagi baru satu tahun di sana.
Fara menaruh tasnya di atas meja belajar. Dia duduk di tepi ranjang sambil melepas sepatunya. "Nanti setelah aku lulus sekolah, aku harus bisa masuk universitas di luar negri kayak kakak."
Fara memang sudah beberapa kali memenangkan olimpiade matematika. Keinginan untuk melanjutkan pendidikan di luar negri sangat besar meski Ayahnya sempat melarang keinginan itu karena Fara adalah putri satu-satunya.
Setelah melepas sepatunya, dia mengambil pakaiannya lalu bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh dirinya. Fara masih saja menyunggingkan senyumnya mengingat momen indah bersama Arsyad hari itu.
...***...
Setelah sampai di depan rumahnya, Aslan berjalan jenjang masuk ke dalam rumahnya.
"Aslan bagaimana hari pertama mengajar di sekolah?" tanya Mamanya.
Aslan menghempaskan dirinya di sofa. Dia sangat muak saat dituntut harus menjadi guru. Sudah setahun dia memegang perusahaan, hanya karena satu kesalahan dia harus di deportasi menjadi guru.
"Aku gak mau jadi guru lagi, Ma. Pusing. Anak-anak SMA itu bandel-bandel."
Bu Lani justru tertawa. "Kamu sekarang umur berapa? Lupa kalau kamu juga pernah bandel kayak gitu. Baru setahun menjabat direktur saja, kerugian mencapai 30%. Pantas Papa kamu marah."
Aslan menghela napas panjang. Ya, umurnya memang sudah 25 tahun tapi rasanya baru kemarin dia memakai seragam putih abu-abu dan bandel. "Itu karena aku dijebak, Ma. Mereka menipu aku dengan proyek palsu."
Beberapa saat kemudian Pak Robi masuk ke dalam rumah dan menyahuti putranya itu. "Itu karena kamu kurang jeli. Kamu seenaknya sendiri, gak bertanggung jawab. Sekarang kamu rasakan gimana caranya mendidik anak-anak yang bandel hingga menjadi sukses di masa depan."
Aslan menghela napas lagi. "Aduh Pa, lebih baik aku jadi karyawan biasa aja, jangan jadi guru."
"Tidak! Kamu harus tetap jadi guru, buktikan kalau kamu berhasil membuat anak didik kamu sukses. Kamu harus punya rasa tanggung jawab yang besar."
Aslan berdiri, rasanya dia sudah bosan mendengar ceramah kedua orang tuanya perihal tanggung jawab. Dia berjalan dengan cepat menuju kamarnya. Dia lempar tasnya ke sembarang tempat. Dia hempaskan tubuh lelahnya karena seharian di sekolah sudah sangat menguras emosinya.
"Jadi guru anak SMA." Aslan mengacak rambutnya sendiri karena kesal.
Dia kini mengambil ponselnya dan menatap sebuah foto cantik yang ada di galerinya.
"Tasya, kenapa kamu gak mau nunggu aku? Kamu lebih memilih dia. Iya, aku tahu, aku yang terlalu lama menggantung hubungan kita, hingga kamu lebih memilih dia yang menawarkan sebuah pernikahan."
Aslan menghela napas panjang. Dia menjalin hubungan dengan Tasya sudah lama, sejak dia kuliah. Tapi hubungan itu kandas di tengah jalan, karena Aslan begitu sibuk belajar memegang perusahaan keluarganya. Disitulah awal kehancuran Aslan. Patah hati itu telah merubah segalanya. Dia tidak bisa berkonsentrasi saat bekerja. Dia luput dari tanggung jawab. Ditipu client karena dia kurang teliti hingga membuat perusahaan mengalami kerugian besar.
Karena kesalahan itulah Aslan dihukum menjadi guru SMA di sekolah yang dikelola Papanya. Papanya ingin Aslan lebih bisa bertanggung jawab dengan cara mendidik anak-anak SMA.
"Kacau banget hidup aku!" Aslan melempar asal ponselnya. Dia beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Dia tidak tahu lagi, apakah dia bisa bertahan dan mendidik muridnya dengan benar?
.
💞💞💞
.
Jangan lupa like dan komen..
sayang ama papa aslan