Rhys Alban, terpaksa menikah dengan wanita bernama Celine Danayla Matteo, demi mempertahankan harta milik Keluarga Alban. Ia tak mau harta milik keluarganya jatuh ke tangan asisten pribadi Daddynya ataupun pada dinas sosial.
Celine yang sangat senang, menerima pernikahan tersebut, bahkan ia memaksa Rhys untuk menyatakan cinta padanya agar ia tak membatalkan pernikahan itu.
Namun, pernikahan yang didasari dari perjodohan tersebut membuat cinta Celine bertepuk sebelah tangan, juga membuat dirinya bagai hidup di dalam sangkar emas dengan jerat yang semakin lama semakin melukainya.
Hingga semuanya itu meninggalkan trauma besar dalam dirinya, pada cinta masa kecilnya. Apakah ia mampu memutus benang merah yang telah mengikatnya lama atau justru semakin membelit ketika ingatan Rhys kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#2
Sebuah ruangan berukuran 3 kali 3 meter, yang diisi hanya dengan sebuah tempat tidur dan sebuah lemari menjadi pemandangan bagi Celine saat ini. Beberapa kali ia terbatuk karena debu yang telah menebal di dalam ruangan itu.
“Apa benar Rhys menyuruhku tidur di sini?” gumam Celine.
“Ya ini adalah kamarmu. Di sini kamu bukan ratu ataupun putri raja. Cepat bersihkan ruangan ini, setelah itu temui aku di dapur!” perintah Aunty Anna yang memperhatikan Celine sambil melipat kedua tangan di depan dada.
“Aunty!”
“Jangan memanggilku Aunty, aku tidak akan pernah sudi menjadi Aunty-mu. Panggil aku Nyonya, mengerti?!”
“Ba-baik Aun … Nyonya.” Celine yang melihat wajah Aunty Anna yang garang, langsung menundukkan kepalanya.
Celine adalah putri kesayangan Dad Harry Mateo. Mommynya, Mom Cindy, meninggal saat melahirkannya. Hal itu membuat Dad Harry sangat menyayanginya karena menganggap dirinya sebagai hadiah terakhir yang diberikan oleh Mom Cindy.
Tak pernah sekalipun Dad Harry marah atau melakukan tindakan kasar pada Celine. Celine juga adalah anak yang penurut. Ia tak pernah membantah permintaan Dad Harry karena baginya Dad Harry adalah sosok Dad yang tak dapat tergantikan oleh siapapun.
Mendengar Aunty Anna bersuara keras dan menatapnya dengan garang, hati Celine terasa sakit. Ia segera mengambil alat pembersih untuk membersihkan dan merapikan kamar tidurnya.
Celine menghela nafasnya pelan ketika mendapati jendela kamarnya rusak dan tak bisa ditutup dengan sempurna. Cuaca Kota Helsinki di akhir tahun bisa dikatakan sangat dingin, suhu bisa berkisar antara 10 hingga -4 derajat celcius.
Ia membersihkan kamar tersebut, tanpa bantuan pelayan sama sekali, padahal di kediaman Alban pelayan jumlahnya cukup banyak. Beberapa kali ia bersin karena hidungnya menghirup debu yang beterbangan.
Hampir 3 jam, waktu yang dibutuhkan oleh Celine untuk membersihkan kamar tidur itu, meskipun mungkin belum bersih sempurna. Setidaknya masih biaa ia gunakan untuk tidur. Setelahnya, ia segera turun untuk menemui Aunty Anna di dapur.
Celine terperanjat kaget saat melihat kondisi dapur yang sangat berantakan. Para pelayan terlihat diam sambil berdiri mematung. Mereka hanya melihat Aunty Anna yang sepertinya sengaja menumpahkan beberapa bumbu dapur, minyak, serta memecahkan beberapa peralatan makan.
Aunty Anna tersenyum sinis saat melihat kehadiran Celine di dapur. Ia langsung memerintahkan para pelayan untuk meninggalkan tempat itu dan menyiapkan makan malam di dapur yang lain, yang ada di bagian belakang.
“Ahh kamu sudah selesai membersihkan kamarmu?”
“Sudah A … Nyonya,” jawab Celine.
“Kalau begitu sekarang bersihkan dapur ini. Aku sungguh tidak betah melihatnya, kotor sekali,” Aunty Anna menendang beberapa peralatan makanan yang menghalangi jalannya. Namun karena ia tidak hati-hati, ia menginjak minyak yang ia tumpahkan sendiri hingga terpeleset.
“Aunty!” Celine langsung mendekati Aunty Anna dan ingin membantunya. Tapi Aunty Anna langsung menghempaskan tangan Celine dengan kasar.
“Aku tidak butuh bantuan dari wanita sepertimu. Wanita murahan yang hanya menginginkan harta keluarga Alban!” teriak Aunty Anna yang langsung membuat Celine terkejut.
“Ahhhh,” Celine berteriak karena rambutnya ditarik secara kasar dan tiba-tiba oleh Aunty Anna.
“Dan bukankah sudah kukatakan jangan memanggilku Aunty. Kamu bukan siapa-siapa di sini, mengerti?!” kata Aunty Anna di telinga Celine.
Aunty Anna pun berdiri sambil berpegangan pada meja yang ada di tengah-tengah ruangan. Sebelum keluar, ia kembali menoleh ke arah Celine.
“Bersihkan ruangan ini dan aku tidak ingin ada sedikit pun kotoran yang tertinggal, atau aku akan menyuruhmu membersihkannya dengan lidahmu,” kata Aunty Anna dengan ketus.
Celine langsung memegang dadanya dan mencoba untuk bernafas. Baru hari pertama ia tiba di kediaman Keluarga Alban, tapi sikap mereka semua sungguh di luar dugaan Celine.
**
Waktu makan malam telah tiba, Celine yang telah selesai membersihkan ruangan dapur pun segera membersihkan dirinya. Kamar tidurnya tak memiliki kamar mandi pribadi hingga ia harus menggunakan kamar mandi luar.
Setelah berganti pakaian, Celine langsung menuju ke ruang makan. Ia melihat seluruh keluarga Alban telah berada di sana dan siap menyantap makan malam mereka. Dengan cepat, Celine langsung menghampiri Rhys dan mengambil piringnya untuk diisi dengan makanan.
Celine sangat tahu apa makanan kesukaan Rhys karena ia sudah mengenal Rhys sejak kecil, bahkan mereka dulu sering bermain bersama.
Prangggg
Semua yang berada di ruang makan terperanjat kaget saat Rhys melemparkan piring makannya ke lantai. Celine yang berada di sebelahnya bahkan tak bisa berkata apa-apa. Tubuhnya sedikit bergetar dan kakinya terasa sedikit sakit karena ada pecahan piring yang tak sengaja mengenai kakinya.
Semua melihat ke arah Celine yang kini menjadi pusat perhatian. Aunty Anna dan Uncle Ronald melihat dengan senyuman yang tercetak dengan jelas di wajah mereka.
“Berikan padaku piring yang baru!” ujar Rhys pada seorang pelayan.
Cepine berjongkok untuk membersihkan pecahan piring yang dilemparkan oleh Rhys. Tak ada pelayan yang membantu sama sekali karena mereka sudah diperintah untuk tidak membantu Celine sama sekali sehari sebelum ini.
Setelah membersihkan pecahan piring dan membuangnya ke sampah, Celine kembali ke ruang makan. Ia duduk di salah satu kursi makan untuk makan malam bersama. Ia mengambil makanan dan meletakkannya di piring.
Tranggg
Rhys meletakkan alat makannya dengan kasar, kemudian berdiri.
“Buang semua makanan ini, aku sudah tidak berselera lagi. Aku akan makan di luar. Oya, dan kursi itu, tolong dibuang setelah ia selesai memakainya,” kata Rhys dengan ketus.
“Aku juga tidak berselera lagi, Aunty ikut denganmu saja Rhys.”
“Aku juga,” Uncle Ronald pun turut berdiri mengikuti istrinya. Sementara Alice, putri mereka, masih duduk dengan santainya dan menikmati makan malamnya.
“Alice! Ikut Mommy. Mengapa kamu diam saja, hah?! Makanan kita sudah tercemar, sudah tidak layak lagi untuk dimakan,” gerutu Aunty Anna.
“Masa sih, Mom? Masih enak loh ini. Lihat …,” dengan santainya Alice menyeruput kuah sup yang ada di mangkok kecil miliknya.
“Ikut saja dengan Mom!” Aunty Anna menarik Alice agar ikut dengannya. Mereka berempat akhirnya meninggalkan kediaman keluarga Alban untuk mencari makan di luar.
Celine yang berada di meja makan, tanpa sadar mengeluarkan buliran air mata. Seluruh pelayan melihatnya dengan iba. Namun mereka tak dapat memberikan pertolongan karena seluruh area rumah dipasangi CCTV. Kalau salah satu dari mereka ketahuan membantu Celine, maka mereka akan langsung dipecat dengan tidak hormat, bahkan mungkin mereka akan sulit mendapatkan pekerjaan lain.
Kamu yang menginginkanku menikah denganmu, tapi mengapa kamu memperlakukanku tak lebih dari kotoran yang ada di dalam rumah. Apa kamu tahu, aku mencintaimu, bahkan sangat mencintaimu. Bukankah kamu pernah berjanji padaku, bahwa kamu juga akan mencintaiku dan menikahiku. Bahkan kamu pernah mengatakan jika dirimu hilang ingatan, walaupun pikiranmu melupakanku tapi hatimu tidak. - batin Celine saat melihat kepergian mereka berempat.
🌹🌹🌹