NovelToon NovelToon
Sweet Scandal

Sweet Scandal

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Nikahkontrak / Patahhati
Popularitas:395k
Nilai: 4.8
Nama Author: Fhatt Trah

Karya orisinil.
Dilarang keras PLAGIAT!
18+

Skandal yang berbuah manis.

"Tidak ada cara lain lagi, kalian harus menikah."

"Apa?" Pekik keduanya berbarengan.

Berawal dari kesalahpahaman hingga berujung pada skandal yang menjungkirbalikkan kehidupannya secara mendadak.

Irene, gadis manis berusia 22 tahun. Yatim piatu, tinggal di sebuah panti asuhan. Pertemuannya dengan Axelle, seorang aktor ternama, membawanya pada sebuah skenario terburuk dalam hidupannya. Demi menutupi skandal yang tanpa disengaja, sebuah sandiwara pernikahan pun dilakukan.

Namun, siapa sangka pernikahan itu justru menguak fakta baru tentang jati dirinya yang sebenarnya. Lalu, siapakah Irene? Mampukah ia bertahan dalam sebuah rumah tangga yang penuh kepalsuan? Akankah pernikahan itu berakhir, atau justru menumbuhkan perasaan yang tak seharusnya ada diantara mereka?

ig@fhatt87

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fhatt Trah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch. 1

Riuh terdengar suara anak-anak saling bersahutan. Pagi itu, meja makan bak pasar dengan pedagang dan pembeli yang saling tawar-menawar. Ada yang memukul-mukul meja, ada yang saling mengejek, bahkan ada yang hendak naik ke atas meja. Benar-benar ramai, gaduh, padahal hanya ada sepuluh anak kecil saja. Tapi ramainya sudah mengalahkan pasar.

Pemandangan seperti itu sebenarnya sudah tidak asing lagi di panti asuhan Kasih Bunda. Dan pengelola panti pun sudah terbiasa dengan tingkah mereka. Karena memang yang mengelola panti itu hanya Bu Norma seorang. Dengan dibantu seorang gadis cantik, yang sebenarnya pun adalah penghuni panti.

"Tenang semuanya ... Sarapannya sudah datang. Ayo, duduk yang rapi. Kalau tidak, Kak Irene tidak akan memberi kalian sarapan." Ujar seorang gadis dengan nampan besar yang berisi sarapan untuk anak-anak panti.

"Ayo dong Kak, kami sudah sangat lapar." Seru seorang anak diantara mereka dengan wajah memelas.

"Ayo Kak. Lapar nih." Imbuh seorang anak lagi.

"Baiklah. Tapi, duduk yang manis dan jangan ribut." Titah Irene.

Anak-anak itu pun menuruti perkataan Irene. Duduk manis di tempatnya masing-masing, menunggu sarapan disajikan.

Dengan senang hati, Irene pun mulai menyajikan sarapan mereka, nasi goreng dan telur ceplok. Menu sarapan ala kadarnya, sederhana, namun mengenyangkan.

Setelah menyajikan sarapan anak-anak panti, Irene sendiri kini tengah bersiap-siap berangkat untuk mengais rejeki, untuk biaya hidupnya sehari-hari dan untuk membantu keuangan panti. Meski hasil yang ia dapatkan hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Namun Irene tak pernah mengeluh akan kesulitan hidup yang ia jalani. Masih di beri kesehatan dan rejeki yang cukup saja, Irene sudah sangat bersyukur.

"Besok, biar Ibu saja yang menyiapkan sarapan anak-anak. Kasihan kamu jadi sering telat berangkat kerja." Ucap Bu Norma, pengelola panti.

Irene sudah hidup di panti asuhan itu selama 22 tahun. Dan Bu Norma yang telah merawatnya sejak kecil. Hingga Irene pun terbiasa memanggilnya dengan sebutan Ibu. Karena bagi Irene, Bu Norma adalah ibunya.

"Tidak apa-apa Bu. Aku sudah terbiasa kok dengan pekerjaan seperti ini. Lagipula, Ibu sudah cukup repot mengurus anak-anak. Jadi, kalau hanya untuk menyiapkan sarapan, aku bisa." Ucap Irene sembari menguncir rambut panjangnya. Kemudian menyemprotkan sedikit parfum di pergelangan tangan dan ceruk lehernya.

"Iya, Ren. Tapi kamu juga harus memperhatikan kondisi kesehatan kamu. Ibu hanya tidak mau saja kamu sampai sakit karena kelelahan." Seraya berjalan mengikuti langkah Irene keluar dari kamarnya.

"Doakan saja semoga aku tetap dalam keadaan sehat walafiat. Agar aku bisa membantu Ibu memenuhi kebutuhan panti. Uang yang kita dapat dari sumbangan warga, dari donatur, itu tidak cukup untuk kebutuhan anak-anak. Meski hanya sedikit, aku ingin membantu Ibu memenuhi kebutuhan panti. Kasihan anak-anak, Bu." Irene tetap kekeh. Ia merasa sanggup melakukan apapun demi untuk membantu Bu Norma membiayai kebutuhan anak-anak panti.

Belum lagi, akhir-akhir ini, pemilik tanah meminta mereka untuk segera pindah. Karena kabarnya, pemilik tanah dimana panti asuhan Kasih Bunda berdiri, akan menjual tanahnya. Dan kabarnya, di tanah itu akan dibangun sebuah hotel berbintang. Tentu saja hal itu membuat mereka cemas. Pasalnya mereka tidak tahu harus pindah kemana. Dan lagipula, mereka tidak punya cukup uang untuk menyewa tempat baru.

Dan jika mereka masih ingin tinggal di tempat itu, mereka harus membayar dengan harga dua kali lipat dari harga yang ditawarkan oleh calon pembeli tanah.

Irene tidak menginginkan hal itu terjadi. Untuk itu ia rela bekerja keras, banting tulang siang dan malam, demi mengumpulkan pundi-pundi uang untuk menyambung hidup.

"Aku berangkat dulu, Bu." Pamit Irene kemudian berjalan keluar rumah. Berdiri sejenak di depan pagar, menunggu tumpangan.

Tak berapa lama, tumpangan datang. Irene pun bergegas naik angkutan kota menuju tempat kerjanya.

.

.

Super Clean Laundry, tempat kerja Irene. Buka dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 22.00, malam hari. Dan Irene adalah satu-satunya karyawan yang bekerja sepanjang hari, dari empat orang karyawan Laundry tersebut.

Seperti kemarin, hari ini Irene telat sepuluh menit. Dan tentu saja hal itu mengundang omelan pedas dari Marta, pemilik Laundry.

"Sekali lagi kamu telat, bukan hanya gaji kamu saja yang saya potong, tapi kamu akan saya pecat." Omel Marta. Pemilik Laundry yang tak kenal ampun.

Bukan Irene berhati baja, tapi hanya ini satu-satunya pekerjaan yang bisa ia dapatkan setelah susah payah mencari kesana-kemari.

"Maaf, Bu." Ucap Irene singkat dengan wajah tertunduk.

"Jangan panggil saya 'Bu'. Saya belum setua itu. Panggil saja Mami." Protes Marta. Yang memang belum setua ibu-ibu komplek. Bisa dibilang, tante-tante lah. Tante yang sangat mengidolakan seorang aktor yang tengah naik daun saat ini. Seorang aktor tampan yang digilai banyak wanita. Siapa namanya, Irene tidak tahu. Dan tidak mau tahu. Karena baginya yang terpenting adalah hidupnya dan anak-anak panti.

"Iya, Mami."

"Ya sudah, sana, cucian banyak. Siang nanti kamu antar pakaian ke Olive Galery. Ingat, jangan sampai pakaiannya rusak. Karena itu adalah pakaian milik desainer terkenal."

"Baik, Mami." Patuh Irene yang kini mengangkat wajahnya, menatap Marta.

"Kerjakan tugas kalian dengan baik. Jangan ada yang mengganggu." Kemudian melenggang masuk ke ruangannya sembari bergumam, "dramanya Axelle sebentar lagi tayang. Aku tidak ingin melewatkannya. Axelle ku ... I am coming ..."

Irene pun menghembuskan napas panjang. Lega rasanya jika si Maleficent itu kembali mengurung diri di ruangannya. Setidaknya Irene tidak akan melihat tampang bengisnya untuk sejenak. Astaga, seseram itukah Marta?

"Lega ya Ren? Rasanya disini tuh, adem." Ucap Tari sambil mengelus-elus dadanya. Tari adalah salah satu rekan kerja Irene.

"Bukan cuma disitu, tapi disini juga, plong." Balas Irene sambil mengorek kupingnya.

"Baru punya Laundry saja, galaknya minta ampun."

"Wajarlah Tar. Kan dia bos nya. Jelas dia tidak ingin rugi."

"Ya sudah, ayo kita mulai pekerjaanya. Eh, siang nanti mau aku temani ke Olive Galery?" Tawar Tari. Sembari keduanya melenggang ke ruang mesin cuci.

"Boleh. Asal kamu tidak keberatan aja."

"Dengan senang hati, Ren. Siapa tahu, di sana aku bisa ketemu Axelle." Wajah Tari tampak sumringah saat menyebutkan nama Axelle.

"Siapa itu? Kamu sama saja dengan Mami Marta. Setiap hari, Axelle terus yang disebut."

"Kamu ini kolot atau gimana sih, Ren? Masa Axelle saja kamu tidak tahu. Itu loh, Ren ... Axelle, artis ngetop itu."

"Tidak kenal. Sering sih dengar namanya, tapi mukanya belum pernah lihat."

"Ya ampun Ren ... Ini nih Axelle ..." Sembari mengambil ponselnya. Kemudian mulai mencari foto Axelle dari beranda akun sosial medianya.

"Nih, Ren, Axelle. Kamu lihat baik-baik. Super cool orangnya. Sangat tampan Ren."

Namun Irene tak menghiraukan Tari. Ia lebih memilih mulai menyibukkan diri dengan cucian yang menumpuk, ketimbang sekedar melirik foto Axelle.

"Mulai kerja Tari. Kalau Mami ngomel lagi gimana? Mau kamu dipecat?" Seru Irene.

"Payah kamu ah Ren. Masa Axelle saja kamu tidak kenal. Lihat nih fotonya. Ganteng kan?" Sungut Tari sambil mengangkat ponselnya untuk memperlihatkan foto Axelle pada Irene.

"Mau seganteng apapun dia, percuma. Dia tidak akan pernah bisa jadi milik kalian. Lagipula, mana mungkin artis top begitu bisa jatuh cinta dengan gadis dari kalangan rendah seperti kita."

"Apa salahnya jadi penggemar. Hanya mengagumi saja, memangnya tidak boleh?"

"Terserah kamu. Tapi kalau aku, rugi rasanya mengagumi orang seperti itu."

"Kamu belum kenal Axelle sih, makanya kamu bisa ngomong seperti itu. Orangnya baik kok. Aku sudah pernah datang ke acara jumpa fansnya. Dia itu orangnya ramah." Bela Tari tak mau Irene meremehkan idolanya.

"Pencitraan mungkin Tar. Lagian, mana mau mereka dikenal buruk oleh penggemarnya."

"Terserah kamu deh, Ren." Dengan wajah cemberut Tari melenggang menghampiri Irene yang mulai sibuk dengan pekerjaannya. Tari cukup mengulas senyumnya melihat tingkah rekan kerjanya itu.

.

.

Dengan skuter matik berwarna pink, di bawah terik mentari yang terasa begitu menyengat, Irene dan Tari melaju dengan kecepatan rata-rata menunju tempat tujuan mereka, Olive Galery. Yang katanya, pemilik galery itu adalah seorang desainer terkenal. Siapapun pasti pernah mendengar nama Olivia Rajendra. Desainer kondang yang rancangannya banyak diminati kalangan papan atas, termasuk artis-artis terkenal. Salah satunya, kata Tari, adalah Axelle. Entah siapa pula Axelle itu, Irene tidak mau tahu.

Tiba di depan Olive Galery. Irene memarkirkan skuter matiknya. Di boncengan, Tari turun dengan hati-hati. Sebab di tangannya, menggantung gaun seorang desainer ternama. Seperti pesan Marta, jangan sampai gaun itu rusak, kotor, atau apapun semacamnya yang bisa merusak gaun mahal itu.

"Sini Tar. Biar aku saja yang bawa." Pinta Irene sembari mengulurkan tangannya hendak meraih gaun itu dari tangan Tari.

"Hati-hati, Ren. Bisa dipecat kita kalau gaun itu sampai rusak." Ujar Tari begitu gaunnya telah berpindah tangan.

"Iya, tenang saja. Ini sudah sangat hati-hati malah."

Bersama, mereka mulai melangkah masuk. Memang benar, galery itu adalah milik seorang desainer terkenal. Gaun-gaun yang terpajang di galery itu saja tampak mewah dengan harga yang fantastis.

Irene dan Tari bahkan harus berdecak kagum beberapa kali melihat isi galery itu. Ditengah kekagumannya akan galery itu. Tiba-tiba saja ...

Bugh

"Aw!" Pekik Irene. Bersamaan dengan itu, gaun ditangannya terlepas. Terjun bebas menyentuh lantai.

"Maaf, maaf. Saya tidak sengaja." Ucap Irene sembari mulai membungkuk, hendak memungut gaun itu.

Sreeet

Bunyi sobekan terdengar kala Irene mengambil gaun itu.

"Oh my god. Mati aku." Pekik Irene sekali lagi saat mendapati gaun itu robek di bagian bawahnya.

"Ya ampun, Ren ... Tamatlah riwayat kita. Kita pasti akan dipecat Ren." Cemas Tari dengan wajah ketakutan. Namun wajah cemas Tari berubah seketika, saat pandangan matanya tertuju pada sesosok yang berdiri di depan mereka saat ini.

"A_A_A ..." Tari tergagap, dengan mata membelalak sempurna.

Berbeda dengan Irene. Ia justru kesal, karena sosok yang berdiri di depan mereka saat ini lah yang membuat gaun itu sobek. Orang itu menginjak ujung gaun, hingga saat Irene mengangkat gaun itu, terdengar bunyi sobekan disaat yang bersamaan.

"Lain kali perhatikan jalanmu baik-baik." Ucap sosok itu dengan santainya.

Irene pun mengalihkan pandangannya, menatap kesal sosok pria tinggi, tegap, berkulit putih, yang berdiri di hadapannya saat ini. Pria itu memakai kacamata hitam. Jadi, seperti apa cara pria itu menatapnya, Irene tidak tahu.

"Axelle ..." Pekik Tari tiba-tiba dengan suara tertahan.

TBC

Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya 👍

Agar Otor Kawe ini makin semangat update☺️

1
Tamima
terpesona akhirnya 🤭🤭🤭
Sugi Arso
lanjut
Sugi Arso
kasian
Arenna Dorenna
kenapa sy x like lbh awaal seperti selalu sbb sy mo melihat keseluruhan jln ceritnya baru la akn komen...cerita yg bagus..d dasari permulaan yg cantik...bahkan setiap bab sy enjoy menghayati setiap watak yg d suguhkan...welldone author...anda hebat...
🌺Fhatt Trah🌺: ☺️☺️ Terima kasih kk udah mampir di cerita receh author abal² ini🙏
total 1 replies
Youleannaa
bagus ceritanya,, 😘
Muniroh Mumun
extra part mana thorrrr .....iren blm hamil lg loh ....masak Olivia yg hamil lagi 😂😂😂😂😂
🌺Fhatt Trah🌺: 🤭🤭🤭🤭🤣ampun ngkk aku
total 1 replies
Muniroh Mumun
Zaky ...yg gentle dong jd org .......g kasihan sama iren .....nasib anaknya ada di tanganmu loh .....
Muniroh Mumun
iren anakny Olivia .....Axelle anakny Ranti ......wooww ......amazing
Ria An
dilarang keras plagiat
seperti novel bagus ajah wkwkkwwk
We💜💙
wah.. kereen ni ceritanya. gak bertele-tele. sat set sat set terungkap semua. drama misteri romantis action gak lebay kayak sinetron. syukaak 💜
🌺Fhatt Trah🌺: terimakasih sudah mampir
total 1 replies
Fafaaa
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
lovely
lah kurang 🔥🔥🥵
lovely
gimna mau bosan s exel ma s Risa 3 taun sudah tau luar dlm namanya laki² tau yg masih segelan pasti akan berpaling 😜🥵
lovely
dih s axel main sosor aja g dimana² 🥴
lovely
OMG main sosor aja s exell ky bebek 😜
lovely
gak apa² lah toh dah halal 🥴
lovely
bagus ceritanya cm terlalu banyak narasinya jadi ngos²an bacanya 🥴
lovely
good job Irene cewek yang jual mahal SM cowok sombong macam exel
ainatul hasanah
iyalah... tunjukkan saja buku nikah mereka berdua, gigit jari entar Clarissa.
sportif sajalah bang Zaky... entar ada pasangan terbaik untukmu, bukan Irene.karena Irene milik bang Aldo.
ainatul hasanah
tuh kan beneran.... jadi yang disembunyikan Zaky itu buku nikah Irene sama Axell .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!