Jeslyn wanita yang berprofesi sebagai Dokter Bedah, dipaksa menikah dengan Dave Christian Tjendra penerus dari Tjendra Group yang tidak lain adalah cinta pertama sekaligus anak dari sahabat ayahnya.
Tidak ada kebahagiaan dalam pernikahannya karena selalu diacuhkan oleh suaminya, Jeslyn juga harus merelakan suaminya menikah lagi atas desakan ibu mertuanya karena dirinya belum juga hamil setelah satu tahun pernikahan.
Jeslyn yang tidak sanggup untuk melihat suaminya menikah lagi memilih untuk bercerai. Dave yang awalnya sangat ingin bercerai dari Jeslyn karena tidak mencintai istrinya, tiba-tiba berubah pikiran. Davetidak mau melepaskan Jeslyn. Dia tidak rela kalau nanti Jeslyn menikah dengan orang lain.
"Jika kau tidak mencintaiku, maka, lepaskanlah aku." -Jeslyn
"Sampai kapan pun aku tidak akan menceraikanmu." -Dave
Banyak konflik dan cerita berliku, jika tidak suka dengan cerita ini silahkan di SKIP. Harap bijak dalam memberikan bintang. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Deadline Kehamilan
Ayah Dave tampak menghela napas. “Mereka baru menikah 1 tahun Ma!”
“Terus harus menunggu berapa lama lagi? Mama itu sudah ingin menimang cucu Pa.”
“Sabar Ma. Berikan mereka waktu,” ucap Rolan menenangkan istrinya.
“Jeslyn, kamu harus menguranhi pekerjaanmu, supaya kamu bisa cepat hamil, mungkin saja karena kamu kelelahan membuatmu susah hamil.”
Jeslyn tertawa getir di dalam hatinya. Bagaimana bisa dia hamil, sementara anaknya tidak pernah sekalipun menyentuhnya dari awal mereka menikah.
Walaupun mereka tinggal di kamar yang sama, tetapi mereka selalu membuat pembatas di tengah, supaya mereka tidak bersentuhan satu sama lain. Dave sama sekali tidak ingin menyentuh Jeslyn karena dia tidak mencintainya.
Jeslyn mengangguk. “Baik Ma.” Jeslyn tidak bisa membantah ucapan ibu mertuanya, apalagi dari awal pernikahan ibu Dave tidak menyetujui pernikahan mereka. Ibu Dave sangat tidak menyukai Jeslyn. Dia selalu saja bersikap ketus pada Jeslyn.
“Dave, kamu harus mengurangi pekerjaanmu juga, bagaimana istrimu bisa hamil, kalau kamu saja selalu pulang malam.”
Dave tampak jengah mendengar ucapan mamanya. Setiap mereka berkunjung ke rumah orang tuanya, mamanya selalu saja membahas soal anak. Itulah alasan Dave malas untuk berkunjung ke rumah orang tuanya.
“Sabar Ma, kami juga sedang berusaha,” ujar Dave. Dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya. Dave hanya berusaha mengulur waktu sampai perjanjian dengan Jeslyn berakhir.
“Mama tidak mau mendengar kata-kata itu lagi, Mama beri kalian waktu 3 bulan, jika dalam waktu 3 bulan Jeslyn tidak hamil juga. Kamu harus menikah dengan wanita lain, mungkin saja Jeslyn mandul.”
Bagai tersambar petir di siang bolong, Jeslyn sangat terkejut dengan ucapanya ibu mertuanya. Bagaimana bisa dia bertahan, jika ada wanita lain di dalam rumah tangganya nanti karena mustahil untuknya bisa hamil karena Dave tidak akan pernah mau menyentuhnya. Dia pasti lebih memilih menikah dengan wanita lain dari pada harus menyentuhnya.
Tanpa ada kehadiran wanita lain di dalam rumah tangganya saja, sudah membuat hatinya sakit karena suami yang dicintainya tidak pernah sekalipun memperdulikannya. Jeslyn bahkan tidak bisa membuat hati Dave luluh setelah satu tahun pernikahan.
“Mamaa..!! Jangan keterlaluan!” teriak Rolan saat mendengar perkataan istrinya.
Rolan tidak habis pikir dengan jalan pikiran istrinya, dia memang tahu, kalau istrinya tidak menyukai Jeslyn, tetapi dia tidak menyangka kalau istrinya sampai nekat meminta anaknya untuk menikahi wanita lain, hanya karena Jeslyn belum hamil.
“Keputusan mama tidak bisa diganggu gugat, selama ini mama sudah cukup sabar menunggu. Pilihannya hanya dua, membuat istrimu hamil bagaimanpun caranya atau menikah dengan wanita pilihan mama,” ucap Ibu Dave dengan suara lantang.
“Maa, beri kami waktu, Mama tidak bisa memberikanku pilihan yang sulit seperti itu.” Dave tidak mau menikah lagi, kehadiran Jeslyn saja sudah membuatnya sakit kepala. Dave berencana untuk menikah wanita yang selama ini dia cintai, yang keberadaanya masih belum dia ketahui di mana.
“Waktumu hanya tiga bulan. Tidak ada penawaran lain,” ucap Ibu Dave tegas.
“Tiga bulan terlalu singkat untuk kami Ma. Bagaimana kalau setahun?” tawar Dave.
Dia harus mencoba bernegosiasi dengan ibunya. Dia tidak ingin menambah beban pikirannya dengan kehadiran satu orang wanita lagi di dalam hidupnya. Dave tidak ingin jika wanita yang di cintainya nanti marah karena tahu dia memiliki dua istri.
“Tidak bisa!”
“Maa, jangan seperti itu, mereka bisa setress kalau Mama terus mendesak seperti itu,” ujar Rolan.
Jeslyn hanya diam saja, dia berusaha menyembunyikan perasaannya yang hancur karena perkataan ibu mertuanya.
“Papa tidak usah ikut campur masalah ini. Keputusan mama sudah bulat.” Ibu Dave berdiri. “Ingat Mama, beri waktu hanya 3 bulan.” Ibu Dave melangkah pergi dengan wajah marah meninggalkan ruang makan.
Rolan menghela napas sambil geleng-geleng kepala melihat sikap keras kepala istrinya. “Lebih baik kita makan malam. Nanti, papa akan coba membujuk Mama kalian,” ucap Rolan sambil menatap Jeslyn dan Dave secara bergantian.
Jeslyn Dan Dave mengangguk. Mereka mulai makan dalam keadaan sunyi. Jeslyn hanya makan sedikit, dipikirannya terus terlintas ucapan ibu mertuannya. Seperti biasa Dave hanya menampilkan wajah datarnya. Setelah mereka selesai makan malam, Dave dan Jeslyn langsung pamit pulang, karena mereka harus bekerja lagi besok pagi.
Selama perjalanan tidak ada percakapan antara keduanya. Mereka larut dalam pikiran masing-masing. Sesampainya di rumah, mereka langsung masuk ke kamar. Dave dan Jeslyn memutuskan untuk menganti baju mereka secara bergantian.
Mereka tampak masih diam, tidak ada dari mereka yang berniat untuk membuka suara. Suasana hening, Jeslyn tampak berjalan menaiki tempat tidur, sementara Dave sibuk dengan ponselnya. Dia sudah terlebih dulu naik ke atas tempat tidur.
“Aku tidak ingin menikah lagim kamu tahukan kalau aku sudah mencintai wanita lain. Aku akan menikahinya setelah bercerai denganmu.” Dave membuka suara memecahkan keheningan yang ada.
Jeslyn menoleh. “Bagaimana cara kamu menolak permintaan Mama?”
Hati Jeslyn bagai teriris pisau saat mendengar penuturan Dave. Di dalam hatinya dia merasa seperti wanita bodoh yang masih saja mengharapkan cinta tulus dari Dave. Padahal jelas-jelas dia tahu, kalau Dave sudah mencintai wanita lain.
“Aku akan mencari cara untuk membatalkan niat mama untuk menyuruhku menikah lagi.”
“Bagaimana jika mama tetap memintamu untuk menikah?” tanya Jeslyn pelan.
Dave mengalihkan pandangannya ke Jeslyn. “Aku akan memikirkan jalan keluar lain.”
Jeslyn menoleh saat ponselnya berbunyi. Dia kemudian buru-buru mengangkat. Jeslyn menyudahi pembicaraannya dengan cepat. Jeslyn berdiri.
“Kamu mau kemana?” Dave memutuskan bertanya saat melihat Jeslyn tampak berjalan cepat menuju lemari pakaian.
Jeslyn berhenti sejenak. “Aku harus ke rumah sakit. Ada pasien yang sedang kritis.” Jeslyn langsung berlari dan buru-buru mengganti pakaiannya.
“Siapa yang barusan menelponmu?”
“Dokter Dion, dia temanku.”
Dave tersenyum sinis. “Apa dia sudah tahu kalau kamu sudah menikah?”
Dahi Jeslyn mengerut. Dia tidak mengerti arah pembicaraan Dave. “Bukankah kamu sendiri yang memintaku untuk merahasiakan pernikahan kita dari orang lain?”
Saat Dave setuju untuk menikah dengannya. Dave mengajukan persyaratan kepada kedua orang tuanya, terutama ayahnya dan Jeslyn. Dia ingin pernikahannya dirahasiakan untuk sementara waktu.
Dia juga meminta pernikahannya dilakukan secara sederhana, yang hanya mengundang keluarga inti saja, tidak ada perayaan sama sekali. Bahkan sehari setelah menikah Dave dan Jeslyn langsung bekerja seperti biasa. Mereka tidak mengambil cuti.
“Pantas saja dia menelponmu selarut ini. Sepertinya hubungamu dengannya lebih dari rekan kerja.”
Jeslyn mulai emosi, dia benar-benar dibuat kesal dengan tingkah Dave hari ini.
“Dave, aku sedang tidak ingin berdebat denganmu. Aku buru-buru. Kita bisa melanjutkan perdebatan ini besok.”
Jeslyn tidak habis pikir dengan Dave. Dia tidak punya waktu untuk meladeni Dave. Dia sudah berusaha untuk menghindari pertengkaran dengan Dave, tetapi Dave seolah sengaja mencari masalah dengannya.
“Ini sudah pukul 11 malam, memangnya tidak ada dokter lain yang bisa menangani pasien itu selain dirimu? atau karena tidak ada dokter sehebat dirimu?” ada nada sindiran dalam kata-kata Dave.
Jeslyn mulai jengah mendengar perkataan Dave, suasana hatinya sedang tidak baik hari ini. “Berhenti mengolok-olok aku Dave. Ini adalah tugasku, kamu tidak berhak untuk mengomentari masalah pekerjaanku! Kamu tidak berhak ikut campur urusanku.”
Dave sedikit terkejut saat mendengar perkataan dari jeslyn, ini adalah kali pertamanya Jeslyn berani membalas kata-katanya dengan tajam. Selama ini Jeslyn hanya diam atau dia hanya akan berkata pelan padanya.
“Kamu...“
”Malam ini aku tidak akan pulang. Aku akan tidur di rumah sakit.”
Jeslyn langsung memotong ucapan Dave, kemudian dia meraih jas dokternya. Jeslyn langsung keluar dari kamarnya tanpa menunggu jawaban dari Dave. Jeslyn juga tidak tahu dia mendapatkan keberanian dari mana, sehingga berani membalas ucapan Dave.
Dave hanya diam sambil menatap punggung Jeslyn yang tampak mulai hilang di balik pintu. Ada kilatan kemarahan dalam tatapannya. Dave juga tampak kesal saat Jeslyn berani meninggalkannya tanpa menunggu jawaban darinya dulu, apalagi Jeslyn berani memotong ucapannya.
Bersambung...
Mohon dukungannya untuk karya Author yang baru...Terima Kasih.