Alvin sosok pria dingin tak tersentuh telah jatuh cinta pada keponakannya yang sering dipanggilnya By itu.
Sikapnya yang arogan dan possesive membuat Araya sangat terkekang. Apalagi dengan tali pernikahan yang telah mengikat keduanya.
"Hanya aku yang berhak untukmu Baby. Semua atas kendaliku. Kau hanya milikku seorang. Kau tidak bisa lepas dariku sejauh manapun kau pergi. Ini bukan obsesi atau sekedar rasa ingin memiliki. Ini adalah cinta yang didasari dari hati. Jangan salahkan aku menyakiti, hanya untuk memenuhi rasa cinta yang berarti."
-Alvin-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selamat Tidur Malaikat Kecilku
Alvin dan Aya saat ini sedang dalam perjalanan pulang setelah mengantar keluarga di bandara.
"Om, beliin aku es krim."
"nggak boleh...malam malam makan es krim. Nanti kamu pilek."
"Sekali aja Om. Please......" Pintanya dengan tampang seimut mungkin.
Alvin mengecup pipi ponakannya itu dengan gemas. Jujur Ia tak mau menuruti karena cuaca saat ini sedikit lebih dingin. Tapi melihatnya seperti itu Ia tak tega dan berniat untuk bernegosiasi.
"Enggak By....gimana kalo coklat panas aja. Cuaca sedang dingin sekarang."
"Aku maunya es krim. Ya Om......"
"hm...ok...ok. Tapi ada syaratnya."
"apa?"
"Cium dulu dong..."
Cup.. Aya mencium pipi Alvin.
"yang satunya?"
Satu kecupan lagi mendarat di pipi kiri.
Alvin memarkirkan mobilnya tepat di depan swalayan.
"tunggu sini ya. Om turun sebentar."
"ok..."
Menunggu beberapa menit Alvin kembali dengan satu cup besar es krim.
"nih..."
"Makasih Om."
"Sama Sama."
Sekitar lima belas menit mereka telah sampai di Mansion. Keduanya turun dari mobil dan masuk ke dalam.
"Langsung tidur ya." Alvin menggandeng tangan Aya Menuju lantai dua.
"Inget langsung tidur. Ini sudah malam."
Tutur Alvin saat sampai di depan kamar Aya.
"Iya."
Alvin mengecup kening dan kedua pipi Aya.
"Selamat malam By."
"Malam Om."
Setelah memastikan Aya sudah masuk ke kamarnya Alvin berlalu menuju kamarnya yang berada di sebelah.
Pria itu membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan piyama. Ia menyempatkan diri untuk mengecek pekerjaannya sebentar sambil duduk dengan santai di sofa.
pukul 23.00 Ia membereskan berkas dan menutup laptopnya.
drt....drt....
ponselnya bergetar menunjukkan adanya panggilan masuk.
"Ya kak."
....
"Sudah tidur."
...
"Iya."
..
"Hm.."
Panggilan tertutup.
Alvin menaruh berkasnya di atas meja. Ia melangkah keluar kamar dan menuju kamar ponakan cantiknya. Perlahan Ia membuka pintu, takut mengganggu tidur malaikat kecilnya.
Perkiraannya salah, gadis itu belum juga tertidur dan masih asyik bermain PS.
"By Om bilang apa tadi sama kamu."
Aya terlonjak kaget mendengar suara bariton Omnya.
"Eh Om.....Tadinya aku pengen tidur. Tapi ga bisa jadi aku main game."
"Pinter kamu kalo di suruh jawab."
"Tidur sekarang juga."
"Iya sebentar lagi..."
"Sekarang By...."
"Nanggung Om."
"By.." suara Alvin naik beberapa oktaf. Itu tandanya perintah mutlak yang harus di patuhi.
"Iya...Iya..."
Dengan pasrah Aya berjalan menuju ranjang king sizenya dan segera tidur.
Alvin menyusul dan ikut berbaring di samping keponakan itu. "By..." panggilnya dengan suara yang lembut.
"Ya Om..."
"Om mau bicara. Tatap Om."
"Ya Om.." Aya memiringkan tubuhnya menghadap Alvin.
"Om minta maaf udah bentak kamu tadi. Om ga mau kamu sakit gara gara tidur kemalaman."
"Aku ga bisa tidur Om."
"Kenapa? Ada yang sakit? atau mimpi buruk?"
Aya menggeleng pelan.
Alvin mendekap Aya dan menjadikan lengannya sebagai bantalan gadisnya.
"Tadi Mami kamu telfon katanya kamu ga bisa di hubungi."
"Oh hp aku lagi di charger. Emang mami ngomong apa Om?"
"Cuman nanya kabar kamu?"
"Oh.."
"Sekarang tidur. Udah malem."
Beberapa menit dalam dekapan Om nya Aya sudah tertidur pulas. Dipandanginya wajah Cantik Aya, dibelainya pipi merah jambu dan diusapnya bibir mungil pink Cherry itu. Alvin tersenyum, mengagumi ciptaan Tuhan yang begitu elok di depan matanya. Bayi kecil yang dulu sering di gendongnya kini sudah tumbuh menjadi remaja yang sempurna. Alvin sering menyuapinya sedari Aya kecil hingga saat ini pun masih sama. Perlakuannya pada bayi mungilnya itu tak pernah berubah dari dulu sampai sekarang meskipun kini Aya telah dewasa. Ia sangat mengenal bagaimana gadis cantik dalam pelukannya itu. Apa yang disukai dan Apa yang dibencinya.
"Selamat tidur malaikat kecilku." Kata Alvin mengecup kedua pipi, kening dan bibir mungil Aya. Pria itu menutup mata, menyusul pergi ke alam mimpi.