Awalnya aku percaya kalau cinta akan hadir ketika laki laki dan wanita terbiasa bersama. Namun, itu semua ternyata hanya khayalan yang kubaca dari novel novel romantis yang memenuhi kamar tidurku.
Nyatanya, bertetangga bahkan satu sekolah hingga kuliah, tidak membuatnya merasakan jatuh cinta sedikit saja padaku.
"Aku pergi karena aku yakin sudah ada seseorang untuk menjagamu selamanya," ucap Kimberly.
"Sebaiknya kita berdua tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin Viera terluka dan menderita karena melihatmu."
Secara bersamaan, Kimberly harus meninggalkan cinta dan kehilangan persahabatan. Namun, demi kebahagiaan mereka, yang adalah tanpa dirinya, ia akan melakukannya.
"Tak ada yang tersisa bagiku di sini, selamat tinggal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENJAUH DARI DIA
Kimberly sampai di sekolah dengan menggunakan sebuah mobil. Tentu saja mobil tersebut adalah milik William. Usia yang sudah lebih dari 17 tahun, membuat mereka sudah bisa memiliki SIM. William pun tidak menundanya. Saat usianya 17 tahun 1 hari, ia langsung mengurus SIM dan begitu bahagia saat mendapatkannya.
Kedua orang tuanya yang adalah pengusaha, membuatnya mampu untuk memiliki mobil hanya dengan meminta. Untuk membuat William bahagia, Michael dan Elena Smith selalu memenuhi semua keinginan William.
Semua mata tertuju pada William dan Kimberly yang baru saja sampai di sekolah. William dikenal sebagai salah satu murid tertampan dengan otak jenius di sekolah itu.
"Bro, baru dateng lo!" sapa Jeremy.
"Yoi! Males masuk sebenernya, tapi ada pengawal bokap gue yang gedor gedor pintu udah kayak satpam," gerutu William.
"Masih bagus punya temen yang ngingetin, tahu nggak?!" Kimberly pun memanyunkan bibirnya, kemudian meninggalkan William dan Jeremy.
"Lo jadi mau masuk universitas dimana Wil?" tanya Jeremy.
"Belom tahu ni. Lo sendiri dimana?"
"Rencana gue mau kuliah di Singapore aja. Sekalian bokap gue lagi dipindahin tugas kesana."
"Wuihh asik tuh. Boleh kapan kapan gue melancong ke sana," ucap William.
"Bisa diatur itu. Tapi sekarang lo tentuin dulu lo mau kuliah dimana."
"Bokap nyokap sih pasti pengennya gue ikutin jejak mereka masuk ke dunia bisnis. Selain itu, mau kuliah dimana pasti nggak akan masalah. Nanti deh gue pikirin lagi."
"Atau jangan jangan lo mau barengan lagi sama tetangga lo itu," sambil mengarahkan pandangannya pada Kimberly yang sedang bersama teman teman yang lain.
"Dia punya nama bro, Kimberly," ucap William.
"Tenang bro, sabar. Kayaknya lo ngebela dia banget."
"Bukan begitu. Tapi gue itu udah kenal dia dari kecil dan gue udah anggep dia kayak ade gue sendiri."
"Yakin cuma ade doank? Nggak lebih?"
"Nggak Jer. Gue nggak punya perasaan apapun sama dia. Selain karena gue udah anggep dia kayak ade, dia juga bukan tipe gue."
"Kalau dia yang punya perasaan lebih sama lo gimana?" tanya Jeremy.
"Yang pasti gue nggak akan bisa mengubah persahabatan gue jadi suka atau bahkan cinta. Kalau itu sampai terjadi, mungkin gue akan menjauh dari dia," ucap william sambil memandang ke arah Kimberly, yang saat ini melihat ke arahnya sambil tersenyum.
Teng ... teng .... teng ....
Suara bel sekolah berbunyi, saatnya masuk ke dalam kelas.
"Ya udah bro, ntar malem kita hang out yuk. Gue punya tempat baru nih."
"Sip lah. Lo yang jemput gue ya," ucap William.
"Ok lah!"
*****
Dung dung .... dung dung... dung ...
Suara musik bergema memenuhi ruangan yang penuh dengan kerlap kerlip lampu. Lantai dansa begitu penuh dengan pria dan wanita yang sedang berjoget. Pakaian mereka pun sangat seksi, bahkan sangat minim.
"Apa kalian perlu teman?" tanya seorang wanita yang datang mendekati mereka dengan pakaian yang sangat seksi. Belahan dada yang terlihat dan juga rok pendek yang memperlihatkan pahanya yang begitu mulus dan berisi.
"Tidak," ucap William tegas sambil mengarahkan pandangannya ke sekeliling.
"Bro, biarin aja dia temenin kita disini. Lo nggak liat itu bodynya, asli asik!"
"Dasar otak lo mesum. Lain kali, cari tempat lain aja lha. Males bener ke tempat kayak begini. Gue cabut dulu deh."
"Gue masih pengen disini, bro. Lo bisa emang pulang sendiri?"
"Bisa, lo kira gue bakalan nyasar apa?"
William meninggalkan Jeremy yang kini mendekati wanita yang mengenakan pakaian minim tadi.