NovelToon NovelToon
Kultivator Pengembara

Kultivator Pengembara

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi Timur / Balas Dendam / Epik Petualangan
Popularitas:12.6k
Nilai: 5
Nama Author: Agen one

​Jian Feng, seorang anak haram dari keluarga bejat, dipaksa menikahi Lin Xue, gadis cantik namun cacat dan sekarat.

​Dipertemukan oleh takdir pahit dan dibuang oleh keluarga mereka sendiri, Jian Feng menemukan satu-satunya alasan untuk hidup: menyelamatkan Lin Xue. Ketika penyakit istrinya memburuk, Jian Feng, yang menyimpan bakat terpendam, harus bangkit dalam kultivasi. Ia berjanji: akan menemukan obat, atau ia akan menuntut darah dari setiap orang yang telah membuang mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1- Penderitaan yang tak terucap

​“Ini semua salahmu! Dasar suami pengecut dan tak berguna!” Suara seorang wanita cantik terdengar melengking tajam, memecah paksa keheningan pagi yang dingin di dalam rumah kumuh itu.

​“Apa katamu?! Justru ini salahmu! Seharusnya aku tidak pernah menikah denganmu. Dulu, antrean wanita yang menginginkanku membentang sampai ke ujung kota!” balas sang suami, suaranya menggeram tak kalah garang.

​Paras Ayah dan Ibu Jian Feng memang rupawan. Sang ayah tampan dengan rahang tegas dan rambut hitam legam, sementara ibunya jelita dengan kulit pualam seputih salju. Namun, kecantikan dan ketampanan itu hanyalah topeng tipis, menutupi watak yang bengis dan jiwa yang busuk seperti bangkai.

​Pertengkaran itu adalah sarapan, makan siang, dan makan malam yang harus ditelan oleh Jian Feng. Ia, buah dari hubungan gelap orang tuanya, hanya bisa meringkuk seperti binatang terpojok.

​Di sudut kamar yang lembap dan gelap, ia memeluk erat lututnya. Pandangannya kosong, terlempar ke dinding kusam yang berjamur. Bukan hanya muak, ia merasa dirinya luruh dan hancur, terlalu kecil dan tak berdaya untuk menghentikan badai verbal yang tak berkesudahan itu. Ia hanya diam, menelan setiap sumpah serapah yang memanas dan membakar di udara.

​Hari berganti menjadi pekan, pekan menjadi bulan, dan tahun demi tahun berlalu penuh penyiksaan.

​Jian Feng kini berusia sepuluh tahun.

​Ayahnya, yang kini tenggelam dalam kebiasaan mabuk-mabukan dan judi murahan, membanting pintu hingga engselnya berderit. Matanya merah dan urat di lehernya menegang, dipenuhi amarah alkohol.

​“Hei, anak haram tak berguna! Cepat, belikan aku alkohol! Jika kau tidak mendapatkannya, akan aku robek mulutmu, dasar sampah masyarakat!” bentaknya.

​Jian Feng tidak menjawab. Wajahnya adalah topeng hampa yang sempurna; ia sudah terlalu kebal dengan ancaman dan kekerasan fisik. Ia berbalik dan melangkah keluar tanpa mengucapkan sepatah kata pun, membawa beban hidupnya sendiri.

​Namun, yang lebih memuakkan dan menghancurkan harga dirinya adalah apa yang dilihatnya sesaat sebelum meninggalkan rumah.

​Dari celah kecil pintu kamar lain yang sedikit terbuka, mata Jian Feng yang hampa menangkap pemandangan yang menghancurkan sisa-sisa kehormatannya. Sang Ibu, tanpa malu dan tertawa terkikik, sedang bercumbu liar dengan seorang pria asing yang bukan suaminya—seorang lelaki bayaran.

​“Sampah!” desis Jian Feng, suaranya tercekat dan penuh kebencian yang sedikit pun tak mengandung kehangatan.

​Jian Feng pergi menuju pusat kota. Untuk bertahan hidup, ia bekerja di Kedai Mi Paman Lau sebagai pelayan tanpa upah yang pantas. Setiap hari, ia akan menerima upah hanya lima koin perak. Seluruh hasil kerja kerasnya itu ia belikan alkohol demi menenangkan kemarahan ayahnya yang haus minuman keras.

​Jika lapar, ia akan memaksa perutnya menahan sakit hingga keesokan hari. Ada kalanya, ia harus mengais dan memakan sisa-sisa dari tempat sampah, bertarung dengan anjing liar demi satu gigitan yang menunda kematian.

​Memasuki usia sebelas tahun, Jian Feng mulai kehilangan makna hidup. “Kenapa aku harus hidup? Untuk apa aku dilahirkan?” Pertanyaan-pertanyaan eksistensial itu terus berputar, menggerogoti jiwanya yang rapuh bagaikan racun mematikan.

​Saat melamun di tepi kota, ia sering mengamati Sekte Pedang Langit yang berdiri megah di puncak bukit, diselimuti kabut pagi. Ia memerhatikan para murid yang berlatih; melihat bagaimana mereka melompat, menghunus pedang, dan berkultivasi energi internal.

​Yang tidak disadari Jian Feng adalah bahwa di dalam dirinya, tersembunyi bakat luar biasa yang sangat langka dan menakutkan.

​Walau hanya melihat sekali, ia dapat dengan mudah menghafal setiap gerakan, setiap posisi kuda-kuda, dan teknik pernapasan yang dilakukan para murid sekte. Ilmu bela diri yang rumit itu seolah terukir sempurna dalam benaknya.

​Seiring dewasa, Jian Feng tumbuh menjadi pria yang kuat dan gagah, dengan tatapan mata yang tajam namun selalu dipenuhi kegelapan. Fisiknya kokoh, tetapi ia semakin membenci dirinya sendiri—membenci darah yang mengalir dari kedua orang tua sampah itu. Ia merasa bahwa dirinya adalah kesalahan alam semesta.

​Suatu sore yang cerah, saat ia sibuk membersihkan meja di Kedai Mi, kedua orang tuanya tiba-tiba muncul. Mereka tersenyum—senyum yang palsu, menjijikkan, dan sangat tidak wajar. Ini adalah pemandangan yang mustahil terjadi tanpa pamrih.

​“Ayo pulang, Anakku.” ujar Ibunya, tangannya yang halus mencoba menggandeng tangan Jian Feng seolah tak ada dosa dan pengkhianatan yang pernah terjadi.

​Jian Feng menepis tangan itu dengan jijik. Kecurigaan dingin menjalar di tulang punggungnya. “Ada apa? Bukankah sudah kubilang aku tidak ingin ada hubungan apa pun lagi dengan kalian berdua?”

​“Jangan berbicara begitu, Jian. Kau kan anak kami. Sekarang, ikut kami!” Nada suara Ayahnya tiba-tiba meninggi, matanya melotot tajam, mengingatkan Jian Feng pada teror di masa kecilnya.

​Sejak lama, ide untuk membunuh kedua orang tuanya sudah bersarang dalam pikiran Jian Feng. Namun, setiap kali muncul, ia urungkan, menahan diri dengan prinsip bahwa ia tidak boleh menjadi seburuk mereka—ia tak ingin menjadi monster.

​“Jian Feng! Kalau kau mau menurut, kami tidak akan pernah mengganggu hidupmu lagi! Ini yang terakhir kalinya, kami janji,” ucap Ayahnya, nadanya kini bergetar penuh ancaman terselubung. "Ini tentang nyawa kami."

​Jian Feng akhirnya mengangguk, menyerah pada rasa takut yang mendalam. Trauma masa lalu masih membelenggu dirinya; setiap nada keras dari Ayahnya memicu rasa takut yang sulit ia hilangkan.

​Mereka membawa Jian Feng ke sebuah kediaman mewah dan megah milik salah satu keluarga pedagang terkaya di kota itu, Keluarga Lin. Di sana, ia melihat wanita-wanita bergaun sutra, beberapa pria berjanggut, dan seorang pria paruh baya yang tampak berwibawa, Tuan Lin, kepala keluarga.

​Setelah mendengarkan percakapan mereka—sebuah kesepakatan bisnis yang menjijikkan—kemarahan membakar urat nadi Jian Feng. Ternyata orang tuanya berutang besar pada Keluarga Lin dan jalan keluar satu-satunya adalah menjualnya.

​“Apa maksud kalian?! Menikahkan aku dengan anak mereka?! Kalian menjualku untuk melunasi utang kotor kalian?!” raungnya, suaranya memantul tajam di ruangan mewah itu.

​Jian Feng berbalik, siap melarikan diri, tetapi Ayahnya mencekal lengannya dengan keras. “Jika kau pergi, aku pastikan aku akan mengganggu hidupmu dengan cara yang paling kau benci! Aku akan memberitahu semua orang tentang masa lalumu dan menghancurkan kedai mi Paman Lau!”

​Terperangkap antara trauma dan ancaman, Jian Feng menurut. Ia tak bisa membiarkan Paman Lau, satu-satunya orang baik dalam hidupnya, ikut hancur.

​Pernikahan itu digelar secara sederhana, jauh dari kemewahan kota, di sebuah rumah tua terpencil di pegunungan, seolah menyembunyikan aib. Ketika tirai dibuka, Jian Feng akhirnya melihat wanita yang ‘dijual’ kepadanya.

​Dia adalah Nona Muda Lin, gadis yang dijuluki ‘Anak Cacat dan Terkutuk Keluarga Pedagang’.

​Nona Lin, calon istrinya, sebenarnya adalah putri kandung dari Keluarga Lin yang paling dicintai. Namun, ia lahir dengan kelainan langka yang menyebabkan tubuhnya sangat lemah dan rentan penyakit. Penyakitnya diperparah saat ia menolak perjodohan lain yang lebih tua, dan berakhir dihajar oleh calon suaminya, merusak tulang punggung dan membuatnya lumpuh.

​Akibatnya, ia dikucilkan dan dianggap aib. Keluarga Lin menikahkannya dengan Jian Feng, seorang anak haram dari keluarga miskin, sebagai cara terakhir untuk menyingkirkannya dari rumah tanpa harus menanggung dosa membunuhnya—sebab semua tabib sudah angkat tangan. Mereka menunggu kematiannya datang, dan Jian Feng hanyalah penjaga terakhirnya.

​Wanita itu sangat pucat, tatapannya kosong seperti patung porselen, dan tubuhnya sangat kurus, hampir hanya tinggal tulang, dibalut gaun pengantin putih yang terlihat kebesaran.

​Saat matanya bertemu dengan mata istrinya, sebuah perasaan aneh muncul di hati Jian Feng: bukan benci, bukan marah, melainkan sebuah penyesalan mendalam yang baru pertama kali ia rasakan. Ia melihat refleksi dirinya sendiri dalam mata kosong itu—jiwa yang telah menyerah pada penderitaan.

​Gadis itu, sang Istri, hanya menatapnya sejenak, lalu batuk keras—batuk yang terdengar seperti suara kertas robek, diikuti oleh setetes darah merah pekat yang membasahi sudut bibirnya.

​Jian Feng tahu.

​Ia tidak hanya menikahi seorang wanita cacat, tetapi juga menikahi kematian itu sendiri, sebuah takdir tragis yang dipercepat oleh kekejaman keluarga Lin.

1
Rizky Fathur
cepat bikin mcnya kaut Thor jika sudah kaut Bantai Dan hancurkan kerajaan langit abadi beserta semua isinya para pangeran putri kaisar selir Permaisuri bikin bantai semua Thor bikin pangeran itu memohon ampunan jangan libatkan keluarganya bikin mcnya tidak perduli Thor hahahaha
Dinata Tea
gas trus thor n sehat slalu 🔥🔥🔥🔥🔥🔥
Agen One: Siapppp🔥
total 1 replies
Dinata Tea
lanjutkannnn 🔥🔥🔥🔥🔥
Dinata Tea
gasssss 🔥🔥🔥🔥🔥
Adi Rachmat Soepena
knp lgi gak pnya hepeng gak ambil harta bandit dn si zorg itu
Agen One: di ambil 👍
total 1 replies
Dinata Tea
🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
Agen One: Hidangan penutupnya 🔥🔥🔥🔥🔥
total 1 replies
Dinata Tea
josssss 🔥🔥🔥🔥🔥
Agen One: 🔥🔥🔥🔥🔥🔥
total 1 replies
Rizky Fathur
cepat bantai tetua yang menghalangi mcnya itu Thor cepat bantai klan lin
Agen One: udahhhh
total 1 replies
Luthfi Afifzaidan
lg
Agen One: sippppp🔥
total 1 replies
Luthfi Afifzaidan
up lanjutkan
Agen One: Siappppp🔥🔥
total 1 replies
Luthfi Afifzaidan
lanjutkan lagi
Agen One: okeeee
total 1 replies
Luthfi Afifzaidan
up lg
Luthfi Afifzaidan
up
Luthfi Afifzaidan
lanjutkan
Luthfi Afifzaidan
lg up
Luthfi Afifzaidan
lg
Aman Wijaya
top top markotop lanjut Thor
Aman Wijaya
akhirnya petir kecil bertemu dengan temannya
Agen One: 🔥🔥🔥🔥🔥
total 1 replies
Aman Wijaya
petir kecil belum mati dan mencari temannya
Agen One: 🔥🔥🔥🔥🔥
total 1 replies
Aman Wijaya
semangat terus Thor lanjut
Agen One: semangat💪
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!