"Apakah kamu sudah menikah?" tanya Wira, teman satu kantor Binar. Seketika pertanyaan itu membuatnya terdiam beberapa saat. Di sana ada suaminya, Tama. Tama hanya terdiam sambil menikmati minumannya.
"Suamiku sudah meninggal," jawab Binar dengan santainya. Seketika Tama menatap lurus ke arah Binar. Tidak menyangka jika wanita itu akan mengatakan hal demikian, tapi tidak ada protes darinya. Dia tetap tenang meskipun dinyatakan meninggal oleh Binar, yang masih berstatus istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Akikaze, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan Yang Diinginkan
Binar nampak sangat cantik dengan balutan gaun pernikahan berwarna putih. Malam ini, Binar dan Tama menggelar resepsi pernikahan setelah siang tadi melaksanakan ijab qobul. Rona bahagia terpancar dari kedua mempelai. Tak hentinya senyum memancar dari Binar dan Tama, tangan selalu bertaut dan sesekali mendaratkan ciuman di pipi secara bergantian.
"Kamu sangat cantik," Tama memuji istrinya. Ya, dia bahagia akhirnya bisa menikah dengan Binar, perempuan yang sudah dia perjuangkan sejak 2 tahun sebelum berpacaran selama 3 tahun. Artinya, mereka sudah saling mengenal kurang lebih 5 tahun lamanya.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, begitu juga Binar. Perempuan mana yang tidak tersanjung mendapat perhatian dan merasa diperjuangan oleh lelaki tampan, idalam para gadis. Dia merasa menjadi pemenang di antara para gadis yang menginginkan Tama.
"Terima kasih Mas,"
"Aku yang harus berterima kasih, Binar...Terima kasih sudah menerimaku menjadi suami kamu di saat banyak kurangku," Tama mengecup punggung tangan Binar dengan wajah bahagia. Binar menatap suaminya dengan tatapan penuh sayang.
"Semoga kita saling beruntung memiliki"
"Semoga sayang" balas Tama, nampak sangat tampan dengan balitan jas warna hitamnya.
2 tahun Binar diperjuangkan oleh Tama, Binar yang merupakan anak tunggal di keluarganya. Dan orang tua Binar sangat selektif dalam memilih calon suami untuk Binar.
"Ayah kurang suka dengan laki-laki itu" ungkap laki-laki itu dengan tatapan agak berat pada Binar saat Binar mengungkapkan dia memiliki hubungan spesial dengan Tama. "Entah kenapa Ayah merasa demikian." imbuhnya.
"Dia laki-laki yang baik Pa, sejauh ini BInar aman bersamanya, tidak ada hal aneh yang dilakukan padaku," Binar membela Tama, gadis itu berbicara dengan sopan. Jika ayahnya kurang setuju, Binar tidak melawan. Dia hanya menunjukkan bahwa Tama bukan orang yang tidak bisa menjaganya, Binar akan menunjukkan jika Tama adalah orang yang tepat buatnya.
Begitu juga Tama, penolakan Ayah Binar tidak membuatnya ingin mundur mencintai Binar. Dia malah semakin ingin menunjukkan jika dia adalah calon menantu yang baik dan serasi untuk Binar. Sesekali Tama ke rumah Binar, berbincang, membicarakan hobbynya yang ternyata sama. Yaitu sama-sama suka memancing. Bahkan Tama beberapa kali menemani Ayah Binar memancing.
Belum juga luluh, tidak membuat Tama dan Binar menyerah. Sementara sang ibu, dia sudah rela jika nanti Binar menikah dengan Tama. Hanya saja dia menunggu restu dari sang suami untuk melepaskan anaknya menikah. Lambat laun, Ayah Binar melepas putrinya untuk menjalin hubungan dengan Tama. Dengan menunggu 3 tahun pacaran, dan hari ini mereka menikah.
Tamu undangan sudah memenuhi area gedung yang digunakan untuk menghelat pernikahan tersebut, Tama dan BInar sudah berada di tempatnya. Mereka nampak sangat bahagia bertemu dengan para tamu yang mengucapkan selamat pada mereka. Begitu juga dengan kedua orang tua mempelai.
Para kolega datang dengan wajah sumringah, teman sekolah, kuliah juga tidak ketinggalan ikut hadir dan memberikan doa restu pada kedua mempelai.
Bukan keluarga yang kaya raya, tapi pernikahan mereka cukup mewah.
***
Binar diterima dengan baik di keluarga Tama, meskipun awalnya ingin menjadi wanita karir. Binar rela meninggalkan pekerjaan sebelumnya dan memilih menjadi ibu rumah tangga saja. Tama menginginkan Binar melayaninya, dia yang akan bekerja dan mencari nafkah untuk istri tercintanya. Keputusan yang berat awalnya, karena dia sangat suka bekerja dan memiliki uang sendiri. Tapi Binar menurunkan egonya, dan menurut pada suaminya
Semenjak perusahaan keluarganya mengalami kolaps. Tama kini adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan ternama, posisinya sudah tinggi di perusahaan tersebut. Selalu menjadi tokoh penting di setiap proyek, selalu mendapat prestasi dan apresiasi. Dengan prestasinya tersebut, setelah menikah Tama mendapatkan promosi dan dia harus pindah keluar kota, penempatan di anak cabang perusahaan tersebut. Tama menerimanya dengan senang hati.
"Aku harus beradaptasi dengan lingkungan baru setelah ini, jadi aku harap kamu juga bisa beradaptasi ya sayang," ujarnya.
"Iya mas,"
"Aku rasa, dengan kamu di rumah, itu akan lebih baik. Biar aku saja yang bekerja,"
"Baik mas, jika memang ini yang mas inginkan, toh sekarang kerja juga nggak harus di tempat kan? bisa jadi nanti aku bisa kerja online,"
"Kamu memang istri cerdas," Tama memuji. Dia ikut jongkok menata baju-baju ke dalam koper yang akan dibawa besok ke tempat yang baru.
"Apa mama dan papa sudah tahu besok kita berangkat jam berapa mas,?" orang tua yang dimaksud adalah orang tua Tama.
"Sudah, tadi sudah aku kabari," ungkap Tama. "Kalau Ayah Ibu sudah tahu juga kan?"
"Iya, kemarin-kemarin sudah aku kabari mas, dan kalau tidak ada halangan, besok mereka akan mengantar kita ke bandara"
Mereka akan menikmati kehidupan yang baru, di tempat baru dengan status yang baru. Begitu juga dengan harapan baru mereka.