NovelToon NovelToon
JERAT SUTRA BERDURI

JERAT SUTRA BERDURI

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pernikahan Kilat / Dijodohkan Orang Tua / Mafia
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu Arsila

Aruna yang sedang menikmati masa kuliahnya yang santai tiba-tiba dipaksa pulang ke rumah untuk sebuah "makan malam darurat". Ia mendapati keluarganya di ambang kehancuran finansial. Ayahnya terjerat hutang pada keluarga Gavriel, sebuah klan penguasa bisnis yang kejam. Aruna "dijual" sebagai jaminan dalam bentuk pernikahan politik dengan Damian Gavriel, pria dingin yang mempesona namun manipulatif

bagaimana cara aruna mengahadapi takdirnya?..... yuk, baca selengkapnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Arsila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelarian dari Pulau Serigala

​Lantai beton itu bergetar saat peluru-peluru mulai menghantam dinding. Aruna berlari sekuat tenaga menuju dermaga, meskipun kakinya masih terasa lemas akibat sisa gas saraf. Di belakangnya, suara ledakan kecil dan teriakan anak buah Silas bersahutan dengan deru angin laut yang kian menggila.

​"Mas Damian, awas!" teriak Aruna saat ia melihat seorang pria bertubuh besar mencoba menerjang Damian dari balik pilar.

​Tanpa menghentikan langkahnya, Damian melakukan tendangan putar yang telak menghantam rahang pria itu, lalu menoleh ke arah Aruna. "Jangan menoleh ke belakang! Pergi ke dermaga, Aruna! Hidupkan mesin perahu apa saja yang ada di sana!"

​Aruna sampai di ujung dermaga kayu yang bergoyang hebat diterjang ombak. Di sana tertambat sebuah speedboat mewah berwarna hitam dengan logo serigala perak.

Aruna melompat masuk, mendarat dengan tidak estetik di kursi kemudi.

​"Oke, Aruna. Ingat pelajaran dari film aksi... Mana tombol start-nya?!" tangannya meraba-raba dasbor yang penuh dengan tombol canggih yang lebih mirip kokpit pesawat daripada perahu. "Ini kenapa tidak ada lubang kunci buat gantungan kunci bonekaku?!"

​Di kejauhan, di atas balkon bangunan beton tadi, Damian sedang berhadapan langsung dengan Silas. Pria tua itu ternyata jauh lebih tangkas dari penampilannya. Silas mengayunkan tongkat peraknya, yang ternyata menyembunyikan sebilah pedang tipis yang sangat tajam di dalamnya.

​"Kau pikir kau bisa lari dari takdirmu, Damian?" desis Silas sambil mengayunkan pedangnya, menggores lengan kemeja Damian hingga darah merembes keluar. "Kau adalah Gavriel! Darahmu diciptakan untuk memimpin kegelapan ini!"

​Damian tidak menjawab. Ia fokus menghindar, matanya mencari detonator yang diletakkan Silas di atas meja besi di pinggir balkon. Jika ia tidak menghancurkan alat itu sekarang, seluruh dunia di Jakarta akan rata dengan tanah.

​Di bawah sana, Aruna akhirnya menemukan tombol hijau besar bertuliskan Engine Start. Begitu ditekan, mesin speedboat menderu keras, menciptakan getaran yang hampir melempar Aruna ke laut.

​"ALHAMDULILLAH NYALA!" Aruna berteriak kegirangan. Namun, ia melihat dua anak buah Silas mulai berlari di dermaga menuju ke arahnya. "Waduh, ada tamu tak diundang lagi. Maaf ya, Mas-Mas, hari ini tidak terima tumpangan!"

​Aruna melihat sebuah selang air di pinggir dermaga. Dengan ide gila yang mendadak muncul, ia memutar keran air maksimal dan mengarahkan selang itu ke lantai dermaga kayu yang sudah licin karena lumut. Begitu kedua penjaga itu menginjak area basah, mereka terpeleset dan jatuh ke laut dengan suara "plungg" yang sangat memuaskan hati Aruna.

​"Mas Damian! Cepat! Perahunya sudah siap, tapi aku tidak tahu cara memundurkannya!" teriak Aruna ke arah bangunan.

​Di atas balkon, Damian berhasil menangkap pergelangan tangan Silas. Dengan kekuatan penuh, ia membanting pria tua itu ke lantai dan merebut detonatornya. Tanpa ragu, Damian membanting alat itu ke lantai dan menginjaknya hingga hancur berkeping-keping.

​"Permainan selesai, Silas," ujar Damian dingin.

​Silas terkapar, namun ia tersenyum sinis. "Kau menghancurkan detonatornya, tapi kau memicu protokol penghancuran mandiri pulau ini, Damian. Dalam tiga menit, seluruh tempat ini akan tenggelam."

​Sirene meraung keras. Lampu-lampu merah mulai berkedip di seluruh pulau. Damian tidak membuang waktu. Ia melompati pagar balkon, meluncur turun menggunakan kabel baja, dan berlari menuju dermaga.

​Damian melompat ke dalam speedboat tepat saat Aruna tidak sengaja menarik tuas gas ke arah maksimal.

​"WOAAAAAAA!" Aruna berteriak saat perahu itu melesat maju seperti peluru, hampir menabrak tiang dermaga.

​Damian segera mengambil alih kemudi, menarik tubuh Aruna agar duduk di sampingnya. "Pegang erat-erat, Aruna!"

​Perahu itu terbang melewati ombak-ombak besar. Di belakang mereka, ledakan besar mulai meruntuhkan bangunan beton milik Silas. Api membumbung tinggi ke langit malam, menciptakan pemandangan yang mengerikan sekaligus melegakan.

​"Mas... kita selamat?" Aruna bertanya sambil mengatur napasnya, rambutnya sudah basah kuyup terkena percikan air laut.

​Damian menatap radar di depannya. "Belum sepenuhnya. Silas pasti punya kapal patroli yang akan mengejar kita. Tapi setidaknya, ancaman ledakan di Jakarta sudah hilang."

​Aruna bersandar di bahu Damian, meskipun perahu itu masih berguncang hebat. "Mas, setelah ini, aku mau kita pindah ke rumah yang tidak ada saluran udaranya, tidak ada dermaganya, dan kalau bisa... tetangganya cuma penjual sayur yang ramah saja."

​Damian tersenyum miring, mencium pelipis Aruna yang terasa asin karena air laut. "Aku janji, Aruna. Tapi sebelum itu, kita harus menyelesaikan satu hal lagi."

​"Apa lagi, Mas?"

​Damian menunjuk ke arah cakrawala. Di depan mereka, sudah menunggu tiga kapal besar dengan lampu sorot yang sangat terang. Itu bukan kapal polisi, tapi armada Phoenix Global yang dipimpin oleh Kira.

​"Sepertinya Kira ingin mengambil keuntungan dari kekacauan ini," gumam Damian.

​Aruna mendengus, ia mengambil sebuah suar (flare gun) yang tergeletak di bawah kursi.

"Dia lagi? Benar-benar ya, wanita itu hobinya muncul di waktu yang tidak tepat. Mas, boleh aku yang beri 'salam pembuka'?"

​"Silakan, Sayang."

​Aruna mengarahkan flare gun ke langit dan menarik pelatuknya. Cahaya merah terang menerangi lautan. "KIRA! INI AKU, ARUNA! KALAU MAU BERTEMU, BAWA MARTABAK, JANGAN BAWA KAPAL PERANG!"

​Damian memperlambat laju speedboat-nya saat jarak mereka dengan armada Kira hanya tinggal beberapa puluh meter. Lampu sorot dari kapal induk Phoenix Global begitu menyilaukan, membuat Aruna harus menutupi matanya dengan telapak tangan.

​"Aruna, letakkan suarnya. Kita lihat apa maunya," bisik Damian dengan nada waspada. Tangannya masih siaga di tuas mesin, siap melakukan manuver tajam jika salah satu kapal itu melepaskan tembakan.

​Sebuah tangga tali diturunkan dari kapal terbesar. Kira berdiri di tepi pagar kapal, mengenakan jaket antipeluru di balik jas mahalnya. Wajahnya tidak lagi tampak angkuh seperti di pelabuhan ada guratan kelelahan dan ketakutan yang nyata di sana.

​"Damian! Naiklah!" teriak Kira melalui pengeras suara. "Silas baru saja membekukan seluruh rekening Phoenix Global karena aku menolak mengirimkan koordinat logistikmu padanya! Dia mencoba melenyapkanku juga!"

​Aruna menoleh ke arah Damian. "Mas, apa ini jebakan batman lagi? Dia kan jago akting, siapa tahu ini cuma cara biar kita mau naik ke atas piring saji mereka."

​"Instingku mengatakan dia jujur, Aruna. Silas bukan tipe orang yang membiarkan kegagalan hidup. Kira gagal menangkap kita di pelabuhan, jadi bagi Silas, Kira sudah tidak berguna," Damian mematikan mesin perahu.

"Kita tidak punya pilihan. Bahan bakar kita menipis, dan badai akan segera datang."

​Saat mereka berhasil naik ke geladak kapal, Kira langsung menghampiri mereka. Bukannya menyerang, ia malah menyerahkan sebuah tablet digital kepada Damian.

​"Ini semua data tentang jaringan Silas di Asia Tenggara. Aku sudah mengunduhnya sebelum dia memutus aksesku," ujar Kira dengan napas memburu. "Aku tahu aku bukan orang baik, Damian. Tapi aku lebih memilih bekerja sama dengan 'mantan' yang menyebalkan daripada mati di tangan monster seperti Silas."

​Aruna berkacak pinggang, menatap Kira dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Bagus kalau sadar, Mbak Kira. Tapi ingat ya, aliansi ini cuma sementara. Dan jangan harap aku bakal bagi-bagi resep seblak rahasia sebagai tanda perdamaian!"

​Kira hanya memutar bola matanya, namun ada sedikit rasa lega di wajahnya. Badai di lautan mungkin baru dimulai, tapi sebuah aliansi yang tak terduga baru saja lahir di atas geladak kapal yang terombang-ambing itu.

1
shabiru Al
aruna jeli juga yah...
shabiru Al
waduh,, bakalan jadi korban barunya aruna nih si raka
shabiru Al
ini gimana sih thor aruna bilangnya saya saya terus sementara damian bilangnya aku
shabiru Al
buset aruna masih sempet kepikiran mesen makanan onlen cod lagi 🤭
shabiru Al
tdkah aruna ingin belajar menjadi lebih cerdik,, tdk mungkin jika harus bergantung terus sama damian kan.. tak selamanya damian akan ada d sisi aruna
shabiru Al
sudah mulai falinginlop kah.... 🤭
shabiru Al
aruna yang out of the box😄
shabiru Al
nah kan bener damian mengerikan,, dia bisa merancang sekenario dengan sangat rapih
shabiru Al
kok damian sedikit mengerikan ya...
shabiru Al
aruna ya gokil abis,, berbanding terbalik dengan damian
shabiru Al
mampir ya thor....
Ayu Arsila: silahkannn🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!