NovelToon NovelToon
Cinta Paksa Di Menara Kaca

Cinta Paksa Di Menara Kaca

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Mr. Awph

​"Kaila terpaksa menukar seragam sekolahnya dengan status istri rahasia seorang CEO arogan demi sebuah wasiat. Di dalam menara kaca yang dingin, ia harus bertahan di antara aturan kaku sang suami dan ancaman para musuh bisnis yang siap menghancurkan hidupnya."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Awph, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25: Gaun Mewah dan Kaki yang Lecet

Gaun mewah dan kaki yang lecet menjadi perpaduan yang sangat-sangat menyiksa saat Kaila harus turun dari mobil limosin di depan gedung pertemuan yang sangat-sangat megah.

Setiap langkah yang ia ambil terasa seperti ribuan jarum kecil yang menusuk-nusuk tumitnya dengan sangat-sangat kejam dan sangat-sangat menyakitkan sekali.

Kaila mencoba tetap tersenyum di hadapan kilatan lampu kamera para pemburu berita meskipun keringat dingin mulai membasahi punggungnya yang terbuka sedikit.

"Berhentilah menunjukkan wajah yang sangat-sangat menderita seperti itu jika kau tidak ingin mempermalukan aku di depan rekan bisnisku," bisik Adnan.

Pria itu merangkul pinggang Kaila dengan sangat-sangat posesif seolah-olah sedang memberikan kekuatan sekaligus peringatan yang sangat-sangat keras kepada istrinya.

Kaila hanya bisa menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa perih yang semakin lama semakin menjalar hingga ke seluruh pergelangan kakinya yang sangat-sangat mungil.

Ia merasa seolah-olah sedang berjalan di atas pecahan kaca yang sangat-sangat tajam namun ia harus tetap terlihat sangat-sangat anggun dan sangat-sangat mempesona.

"Sepatu ini benar benar menyiksa saya tuan saya merasa kulit saya sudah mulai terkelupas dan berdarah di dalam sana," rintih Kaila dengan suara sangat-sangat pelan.

Adnan tidak menghentikan langkahnya melainkan ia justru semakin mempercepat ritme jalannya menuju pintu masuk utama yang dijaga sangat-sangat ketat oleh petugas.

Ia sama sekali tidak memedulikan rintihan Kaila karena baginya citra keluarga Dirgantara adalah segalanya di atas rasa sakit fisik yang sedang dirasakan oleh gadis itu.

Kaila merasa sangat-sangat sedih karena pria yang baru saja merawatnya saat sakit kini telah kembali menjadi sosok predator yang sangat-sangat dingin dan tidak berperasaan.

"Tahan sedikit lagi karena kita harus menyapa tuan pemilik gedung ini sebelum kita bisa duduk dan beristirahat sejenak," perintah Adnan tanpa menoleh.

Aula pesta itu nampak sangat-sangat luar biasa dengan dekorasi bunga-bunga segar yang aromanya sangat-sangat semerbak memenuhi seluruh ruangan yang sangat-sangat luas.

Ribuan mata mulai tertuju kepada pasangan itu dengan berbagai macam tatapan yang sangat-sangat menusuk dan sangat-sangat penuh dengan rasa ingin tahu yang besar.

Kaila merasa sangat-sangat kecil di bawah sorotan lampu kristal yang sangat-sangat terang benderang seolah-olah sedang menguliti rahasia yang ia sembunyikan dengan rapat.

"Siapa gadis cantik yang kau bawa ini Adnan apakah dia adalah simpanan barumu yang masih mengenakan bau kencur sekolah?" tanya seorang pria paruh baya.

Adnan memberikan sebuah senyuman miring yang sangat-sangat misterius sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh Kaila yang mulai gemetar dengan sangat-sangat hebat sekali.

Kaila merasa sangat-sangat terhina dengan sebutan tersebut namun ia tidak memiliki keberanian untuk membela dirinya sendiri di hadapan orang-orang yang sangat-sangat berkuasa.

Ia hanya bisa menunduk sambil terus menahan rasa perih pada kakinya yang kini nampaknya sudah benar benar berdarah dan membasahi bagian dalam sepatu mahalnya.

"Dia adalah istriku dan aku harap kau bisa menjaga ucapanmu jika masih ingin bekerja sama dengan perusahaan Dirgantara," tegas Adnan dengan suara yang sangat-sangat mengancam.

Suasana di sekitar mereka seketika menjadi sangat-sangat sunyi seolah-olah sebuah petir baru saja menyambar di tengah keramaian pesta yang sangat-sangat meriah tersebut.

Kaila terbelalak mendengar pengakuan Adnan yang sangat-sangat berani di depan umum sementara ia sendiri belum siap menghadapi konsekuensi dari pengakuan tersebut.

Rasa sakit pada kakinya seolah-olah menghilang sejenak karena digantikan oleh rasa terkejut yang sangat-sangat luar biasa hebat melanda seluruh relung jiwanya yang polos.

"Adnan kau gila jika mengumumkan hal ini di sini para pemegang saham akan segera mengamuk mendengarnya," bisik asisten pribadi Adnan yang nampak sangat-sangat panik.

Pria itu sama sekali tidak peduli dan justru menuntun Kaila menuju tengah lantai dansa yang nampak sangat-sangat luas dan sangat-sangat berkilau seperti cermin raksasa.

Kaila merasa dunianya seolah-olah berputar sangat-sangat cepat saat Adnan menarik tangannya dan memposisikan tubuh mereka untuk memulai sebuah tarian yang sangat-sangat formal.

Setiap gerakan tarian itu membuat luka di kakinya kembali bergesekan dengan bahan sepatu yang sangat-sangat kaku hingga air mata Kaila hampir saja tumpah keluar.

"Ikuti langkahku dan jangan pernah berani untuk melepaskan genggaman tanganku meskipun kakimu terasa seperti akan lepas dari tubuhmu," bisik Adnan dengan sangat-sangat intens.

Kaila bergerak dengan sangat-sangat kaku dan sangat-sangat tidak beraturan karena ia harus melawan rasa sakit fisik sekaligus rasa malu yang sangat-sangat besar saat ini.

Ia melihat beberapa wanita sosialita mulai membisik-bisik kata-kata jahat sambil menatapnya dengan pandangan yang sangat-sangat merendahkan dan sangat-sangat penuh dengan kebencian.

Tarian itu terasa sangat-sangat lama seolah-olah waktu sengaja melambat untuk memberikan kesempatan bagi semua orang untuk menertawakan kedunguan Kaila di lantai dansa tersebut.

"Tuan tolong berhenti saya sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit ini kaki saya benar benar sudah mati rasa," isak Kaila di sela-sela musik yang mengalun.

Adnan menatap mata Kaila dan untuk sesaat ia melihat ada kilatan rasa bersalah yang sangat-sangat tipis muncul di balik mata elangnya yang biasanya sangat-sangat-sangat dingin.

Namun tarian itu harus tetap berlanjut hingga musik berakhir jika mereka tidak ingin menjadi bahan tertawaan yang lebih besar lagi bagi seluruh tamu undangan tersebut.

Kaila hanya bisa memejamkan matanya dengan sangat-sangat rapat sambil berdoa agar tarian yang sangat-sangat menyiksa ini segera berakhir sebelum ia benar benar jatuh pingsan.

Dansa canggung di menara kaca ini menjadi sebuah awal dari penderitaan baru Kaila yang harus menghadapi tatapan mata tajam dari seluruh penjuru ruangan yang sangat-sangat megah.

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!