NovelToon NovelToon
ADOPSI YANG MENJADI OBSESI

ADOPSI YANG MENJADI OBSESI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:456
Nilai: 5
Nama Author: frj_nyt

Ia ditemukan di tengah hujan, hampir mati, dan seharusnya hanya menjadi satu keputusan singkat dalam hidup seorang pria berkuasa.

Namun Wang Hao Yu tidak pernah benar-benar melepaskan Yun Qi.

Diadopsi secara diam-diam, dibesarkan dalam kemewahan yang dingin, Yun Qi tumbuh dengan satu keyakinan: pria itu hanyalah pelindungnya. Kakaknya. Penyelamatnya.
Sampai ia dewasa… dan tatapan itu berubah.

Kebebasan yang Yun Qi rasakan di dunia luar ternyata selalu berada dalam jangkauan pengawasan. Setiap langkahnya tercatat. Setiap pilihannya diamati. Dan ketika ia mulai jatuh cinta pada orang lain, sesuatu dalam diri Hao Yu perlahan retak.

Ini bukan kisah cinta yang bersih.
Ini tentang perlindungan yang terlalu dalam, perhatian yang berubah menjadi obsesi, dan perasaan terlarang yang tumbuh tanpa izin.

Karena bagi Hao Yu, Yun Qi bukan hanya masa lalu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon frj_nyt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22

tahun terus berganti Bandara internasional itu tidak pernah benar-benar sunyi. Bahkan pada pagi hari, ketika matahari baru menggeser kabut tipis dari landasan, suara roda koper yang diseret, pengumuman penerbangan yang berulang, dan langkah kaki yang terburu-buru bercampur menjadi satu ritme yang melelahkan. Namun di antara keramaian itu, ada satu titik yang terasa lebih tenang sebuah lorong kaca di dekat pintu kedatangan VIP tempat seorang pria berdiri dengan postur lurus dan wajah tanpa ekspresi.

Wang Hao Yu akhirnya kembali. Setelan hitamnya jatuh sempurna di tubuh tinggi itu, rapi tanpa cela, seolah bahkan kerutan kecil pun tidak diizinkan mendekat. Rambutnya disisir ke belakang dengan sederhana, tidak berlebihan, mempertegas garis rahang yang kini tampak lebih tajam dibanding lima tahun lalu. Waktu tidak melembutkannya. Jika ada, waktu justru mengukirnya menjadi lebih dingin.

Asisten pribadinya, Lin Zhe, berdiri setengah langkah di belakang. “Tuan Wang, mobil sudah siap. Media menunggu di luar, tapi jalur VIP sudah diamankan.” Hao Yu mengangguk singkat. “Lewati.” Nada suaranya datar, dewasa, dan penuh kendali. Tidak ada sisa-sisa pemuda berusia dua puluh lima tahun yang dulu membawa seorang anak perempuan kurus kehujanan ke apartemennya karena keputusan impulsif. Pria yang kini melangkah keluar dari bandara adalah CEO konglomerat dengan kekuasaan yang tak perlu dipamerkan.

Namun, ketika ia melangkah, ada jeda sepersekian detik hampir tak terlihat saat matanya refleks menyapu kerumunan di balik kaca. Kebiasaan lama. Naluri yang tidak pernah benar-benar mati. Tidak ada siapa pun yang ia cari. Dan tetap saja, dadanya terasa seperti ditarik pelan oleh sesuatu yang tak berwujud.

Di dalam mobil, suasana hening. Lin Zhe membuka tablet dan mulai melaporkan jadwal. “Rapat dewan besok pagi. Makan malam keluarga malam ini sudah dikonfirmasi. Dan…” Ia berhenti sejenak, menimbang kata. “Apartemen utama sudah siap dihuni. Apartemen kedua juga.”

Hao Yu menatap keluar jendela. Kota itu sama lampu-lampu tinggi, gedung kaca, jalanan yang sibuk namun terasa berbeda. Lima tahun adalah waktu yang cukup untuk membuat jarak terasa seperti jurang. “Yun Qi,” ucapnya tiba-tiba. Lin Zhe langsung menegakkan bahu. “Ya, Tuan.”

“Bagaimana keadaannya?” Pertanyaan itu keluar dengan nada yang terdengar biasa saja, seolah menanyakan laporan keuangan atau proyek yang tertunda. Tapi Lin Zhe mengenalnya cukup lama untuk tahu: itu bukan pertanyaan sembarangan. “Dia baik. Kuliah berjalan lancar. Nilainya stabil. Lingkungan sosialnya… normal.” Ia berhenti sebentar. “dan punya pacar lagi.”

Mobil melaju lurus, tapi ada sesuatu di udara yang berubah. Hao Yu tidak bereaksi secara fisik. Tidak ada perubahan raut, tidak ada gerakan tangan. Namun rahangnya mengeras sedikit cukup bagi orang yang memperhatikan. “Nama,” katanya singkat.

“Chen Rui. Mahasiswa fakultas bisnis. Latar belakang keluarga menengah. Tidak ada catatan bermasalah sejauh ini.” Hao Yu mengangguk pelan. “Pantau, tetap seperti biasa.”

“Baik.” Kata biasa itu punya makna yang panjang. Bagi Hao Yu, biasa berarti laporan mingguan, akses CCTV di titik-titik tertentu, dan pengawasan yang tidak pernah benar-benar disebutkan. Ia tidak menyebutnya kontrol. Ia menyebutnya memastikan keselamatan. Mobil berhenti di depan gedung tinggi dengan logo perusahaan yang familiar. Wartawan terlihat berkerumun di kejauhan, kamera sudah siap, kilatan lampu sesekali menyala seperti kilat kecil. Hao Yu keluar tanpa ragu. Senyum profesional muncul sekilas cukup untuk publik, cukup untuk foto.

“Kami senang menyambut kembali Tuan Wang Hao Yu-” suara wartawan bertubi-tubi, pertanyaan dilemparkan tanpa jeda. Ia menjawab singkat, formal, tidak memberi ruang lebih dari yang diperlukan. Kepulangannya adalah berita besar. CEO muda yang menghilang lima tahun, kembali dengan proyek internasional di tangan dan isu tunangan yang mulai berembus. Semua orang ingin tahu.

Semua orang kecuali satu orang yang bahkan belum tahu ia sudah kembali. Di sisi lain kota, Yun Qi duduk di bangku kayu di halaman kampus, memandangi layar ponselnya yang mati. Angin musim semi menggerakkan ujung rambutnya, menyentuh pipinya dengan lembut. Ia mengenakan sweater tipis warna krem dan rok sederhana penampilan mahasiswa pada umumnya. Tidak ada yang mencolok. Tidak ada yang menunjukkan bahwa hidupnya pernah dimulai dari jalanan basah dan malam tanpa arah. “Qi, kamu melamun lagi,” suara ceria memecah lamunannya.

An Na, teman sekamarnya, menjatuhkan diri di sampingnya dengan tas besar di bahu. “Aku panggil dari tadi, loh.” Yun Qi tersenyum kecil. “Maaf. Kepikiran tugas.”

“Bohong,” An Na menyeringai. “Kalau tugas, kamu pasti sudah buka laptop. Ini… pikiran ke mana?” Yun Qi mengangkat bahu. Ia tidak tahu harus menjelaskan apa. Beberapa hari ini, ada perasaan aneh seperti bayangan yang bergerak di belakangnya, tapi setiap kali ia menoleh, tidak ada apa-apa. Ia menganggapnya lelah.

“Eh, malam ini Rui ngajak makan bareng, kan?” An Na menggoda dengan sikut kecil. Pipi Yun Qi memanas. “Iya.”

“Kalian cepat juga ya walaupun baru aja jadian,” An Na terkekeh. “Tapi dia kelihatan oke. Cuma… agak terlalu percaya diri.” Yun Qi tertawa pelan. “Dia baik.”

Kalimat itu terasa seperti pembelaan, bahkan di telinganya sendiri. Chen Rui memang baik perhatian, ramah, selalu muncul tepat waktu. Bersamanya, Yun Qi merasakan sesuatu yang hampir seperti kebebasan. Tidak ada tatapan mengawasi. Tidak ada aturan tak tertulis. Atau setidaknya, begitu yang ia pikirkan.

Malam itu, Hao Yu menghadiri makan malam keluarga dengan sikap yang sama dinginnya. Pertanyaan tentang lima tahun terakhir, tentang rencana pernikahan, tentang masa depan perusahaan semuanya dijawab dengan tenang. Ia duduk tegak, tangan terlipat rapi, mata fokus. “Jadi, kapan kau akan memperkenalkan tunanganmu secara resmi?” tanya salah satu paman dengan nada ringan tapi penuh selidik.

“Waktunya akan saya tentukan,” jawab Hao Yu. Nada suaranya tidak memberi celah untuk debat. Ibunya mengamati dari ujung meja, tatapan tajam namun terukur. “Kau kembali dengan banyak perubahan, Hao Yu.”

“Perubahan selalu diperlukan,” jawabnya singkat. Setelah makan malam usai, ia kembali ke apartemen utamanya. Ruangan itu luas, bersih, terlalu rapi. Tidak ada kehangatan. Ia berdiri di tengah ruang tamu, melepas jas, lalu berhenti. Tanpa sadar, kakinya membawanya ke lorong yang menuju kamar yang jarang dibuka. Pintu itu terkunci. Selalu terkunci. Ia membuka, melangkah masuk, dan aroma yang samar tapi familiar menyambutnya. Kamar itu tidak berubah. Rapi. Terjaga. Seperti waktu berhenti di sana.

Hao Yu berdiri lama di ambang pintu. Tangannya mengepal pelan. “Lima tahun,” gumamnya. Ia menutup pintu perlahan, lalu berbalik. Di ruang kerjanya, layar besar menyala. Dengan beberapa sentuhan, rekaman kamera kampus muncul bukan wajah jelas, hanya sudut-sudut umum, lalu satu gambar dari kejauhan.

Yun Qi berjalan bersama seorang pria, tertawa kecil, bahunya sesekali bersentuhan. Tatapan Hao Yu menggelap. Ia tidak mematikan layar. Ia duduk, menyandarkan punggung, dan untuk pertama kalinya sejak kembali, membiarkan napasnya turun berat. Ada sesuatu yang bergerak di dadanya bukan marah, bukan cemburu, setidaknya belum. Lebih seperti pengakuan yang datang terlambat. Kepulangannya bukan hanya tentang bisnis. Bukan tentang keluarga. Bukan tentang reputasi.

Kepulangannya adalah tentang satu hal yang selama ini ia jaga dari jauh dan kini, tanpa ia sadari, mulai bergerak ke arah yang tidak lagi bisa ia kendalikan sepenuhnya. Di kota yang sama, di bawah langit yang sama, dua kehidupan berjalan beriringan belum bersinggungan lagi. Tapi jarak itu mulai menyempit.

1
@fjr_nfs
tinggalkan like dan Komen kalian ☺❤️‍🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!