NovelToon NovelToon
The Last Encore: Star Blood Universe

The Last Encore: Star Blood Universe

Status: sedang berlangsung
Genre:Vampir / Teen / Fantasi / Romansa Fantasi
Popularitas:204
Nilai: 5
Nama Author: Kde_Noirsz

"Di bawah lampu panggung, mereka adalah bintang. Di bawah cahaya bulan, mereka adalah pemburu."

Seoul, 2025. Industri K-Pop telah berubah menjadi lebih dari sekadar hiburan. Di balik gemerlap konser megah yang memenuhi stadion, sebuah dimensi kegelapan bernama The Void mulai merayap keluar, mengincar energi dari jutaan mimpi manusia.

Wonyoung (IVE), yang dikenal dunia sebagai Nation’s It-Girl, menyimpan beban berat di pundaknya. Sebagai pewaris klan Star Enchanter, setiap senyum dan gerakannya di atas panggung adalah segel sihir untuk melindungi penggemarnya. Namun, kekuatan cahayanya mulai tidak stabil sejak ancaman The Void menguat.

Di sisi lain, Sunghoon (ENHYPEN), sang Ice Prince yang dingin dan perfeksionis, bergerak dalam senyap sebagai Shadow Vanguard. Bersama timnya, ia membasmi monster dari balik bayangan panggung, memastikan tidak ada satu pun nyawa yang hilang saat musik berkumandang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 5 : Variety Show War

Langit di atas pegunungan Gapyeong tertutup kabut tipis saat bus mewah yang membawa rombongan IVE dan ENHYPEN tiba di lokasi syuting. Di dunia hiburan, acara bertajuk "Idol Survival: The Secret Forest" adalah proyek ambisius tahun 2025 yang menggabungkan elemen petualangan, games, dan interaksi antar grup papan atas. Namun bagi Wonyoung dan Sunghoon, ini adalah medan perang yang sesungguhnya.

"Ingat, tetap tersenyum. Apapun yang terjadi, jangan tunjukkan kalau kalian lelah," bisik manager IVE saat mereka turun dari bus.

Wonyoung keluar dengan penampilan yang sempurna. Ia mengenakan pakaian sporty mewah yang menonjolkan kaki jenjangnya, rambutnya dikuncir kuda tinggi, dan wajahnya memancarkan aura fresh khas remaja. Namun, di balik kacamata hitamnya, mata ungu Wonyoung sedang memindai hutan di depan mereka. Hutan ini terlalu sunyi. Tidak ada kicauan burung, tidak ada suara serangga. Hanya ada desis energi The Void yang terperangkap di antara pepohonan.

"Wonyoung-ah, lihat! Member ENHYPEN sudah sampai," seru Liz sambil menunjuk ke arah tenda utama.

Wonyoung menoleh dan matanya langsung terkunci pada sosok Sunghoon. Pria itu tampak santai dengan jaket windbreaker hitam, namun tangannya terus meraba saku tempat ia menyembunyikan pecahan Vinyl. Begitu mata mereka bertemu, Sunghoon hanya memberikan anggukan kecil—sebuah gestur yang sangat formal dan dingin, seolah-olah percakapan intim mereka di ruang arsip semalam tidak pernah terjadi.

“Dasar aktor hebat,” batin Wonyoung kesal.

Syuting dimulai dengan penuh keceriaan palsu. Kamera-kamera drone terbang rendah di atas mereka, sementara staf produksi berteriak memberikan instruksi.

"Baik! Tantangan pertama adalah pencarian harta karun di dalam hutan! Kalian akan dibagi menjadi pasangan pria dan wanita!" teriak sutradara melalui megafon.

Wonyoung sudah bisa menebak apa yang akan terjadi. Dengan campur tangan produser misterius yang mereka temui di atap, hasil undian sudah diatur.

"Pasangan nomor 4 : Wonyoung dari IVE dan Sunghoon dari ENHYPEN!"

Sorakan pecah dari member lain dan para staf. "Visual pasangan emas!" teriak salah satu kameramen. Wonyoung harus memaksakan senyum malu-malu yang cantik, sementara Sunghoon berjalan mendekat dengan wajah "Ice Prince" andalannya.

"Mohon bantuannya, Sunghoon-ssi," ucap Wonyoung dengan nada manis yang dibuat-buat di depan kamera.

"Tentu, Wonyoung-ssi. Mari kita menangkan ini," jawab Sunghoon dengan sopan santun yang sempurna.

Begitu mereka masuk ke dalam rimbunnya hutan dan menjauh dari jangkauan mikrofon staf, suasana langsung berubah.

"Kau merasakannya?" tanya Wonyoung, suaranya kini tajam dan rendah.

"Ya. Energi di sini bukan sekadar retakan kecil. Hutan ini sengaja diubah menjadi sarang," jawab Sunghoon sambil matanya terus mengawasi semak-semak. "Produser itu ingin menguji kita di depan kamera. Dia ingin melihat seberapa jauh kita bisa menggunakan kekuatan tanpa ketahuan."

Mereka terus berjalan, berpura-pura mencari kotak harta karun demi keperluan rekaman kamera drone yang mengikuti mereka dari atas. Tiba-tiba, suara gemerisik keras terdengar dari dahan pohon di atas mereka.

Wonyoung bereaksi lebih cepat. Ia melihat sesosok makhluk transparan dengan kuku panjang (The Camouflage Creeper) sedang bersiap terjun ke arah Sunghoon.

"Sunghoon, jam dua tepat!" teriak Wonyoung.

Wonyoung melakukan gerakan seolah-olah ia tersandung dan terjatuh, namun sebenarnya itu adalah tipuan untuk mengarahkan tangannya ke arah monster tersebut. Ia melepaskan denyut cahaya kecil yang sangat terfokus. Monster itu terpelanting, namun ia tidak mati. Ia justru memanggil kawan-kawannya.

"Sial, mereka berkelompok," geram Sunghoon. Ia menoleh ke arah drone yang masih setia membuntuti. "Kita harus menghancurkan kamera itu dulu."

"Jangan! Jika kamera itu mati tiba-tiba, staf akan curiga dan datang ke sini," cegah Wonyoung. "Kita harus bertarung dalam gerakan tari."

"Apa?" Sunghoon mengernyitkan dahi.

"Ikuti gerakanku! Pura-pura kita sedang melakukan dance challenge untuk konten media sosial!"

Wonyoung mulai melakukan gerakan koreografi lagu terbaru IVE dengan lincah. Setiap kali tangannya mengayun, ia melepaskan silet cahaya yang menebas monster-monster di sekitarnya. Sunghoon, yang awalnya merasa ide itu konyol, akhirnya paham. Ia mulai mengikuti gerakan Wonyoung, memutar tubuhnya seperti penari profesional, namun setiap putaran kakinya menciptakan gelombang es tipis yang membekukan monster yang mencoba mendekat.

Di layar monitor ruang kontrol sutradara, mereka terlihat seperti dua idola yang sedang bersenang-senang membuat konten di tengah hutan. Para staf berdecak kagum. "Lihat mereka! Bahkan di tengah hutan pun mereka memikirkan fans. Benar-benar profesional!"

Namun di lapangan, itu adalah kekacauan.

"Ada yang lebih besar mendekat," ucap Sunghoon di sela-sela gerakan tariannya. "Monster level-A. Dia bersembunyi di dalam tanah."

Tanah di bawah mereka mulai bergetar. Sebuah akar raksasa berwarna hitam legam mencuat, mencoba melilit kaki Wonyoung.

"Wonyoung, lompat!" Sunghoon menarik tangan Wonyoung dan mengangkat tubuh gadis itu ke atas bahunya—sebuah gerakan yang terlihat seperti koreografi couple dance yang dramatis.

Sambil melayang di udara, Wonyoung menarik busur cahayanya dan menembakkan tiga panah sekaligus ke arah tanah yang bergetar. Ledakan cahaya terjadi, namun tertutup oleh efek asap buatan (smoke bomb) yang dipasang oleh staf produksi untuk menambah estetika acara di area lain hutan.

"Bagus sekali, Sunghoon-ssi! Pegang aku lebih kuat!" teriak Wonyoung keras-keras agar terdengar di mikrofon, namun matanya memancarkan perintah: Bekukan tanahnya sekarang!

Sunghoon mendaratkan Wonyoung dengan lembut, lalu ia menghentakkan kakinya ke bumi. Absolute Frost. Seluruh tanah dalam radius sepuluh meter membeku dalam sekejap, menghentikan gerakan akar raksasa tersebut.

Monster utama akhirnya menampakkan diri. Sebuah bunga raksasa dengan mulut penuh gigi tajam keluar dari dalam tanah, mengeluarkan bau busuk yang menyengat.

"Itu... itu monster yang memakan suara," bisik Wonyoung. "Dia mengincar pita suara kita."

"Jangan biarkan dia mengeluarkan suara frekuensi tingginya, atau semua kamera di hutan ini akan meledak dan rahasia kita akan terbongkar," ucap Sunghoon.

Monster itu mulai membuka mulutnya, bersiap mengeluarkan teriakan sonik yang mematikan. Wonyoung tahu mereka tidak punya waktu lagi. Ia menatap Sunghoon. "Kita harus melakukan Syncing. Sekarang."

"Kau gila? Kita belum pernah melakukannya secara sadar!" balas Sunghoon.

"Tidak ada pilihan lain! Berikan tanganmu!"

Wonyoung menggenggam tangan Sunghoon dengan erat. Untuk pertama kalinya, kekuatan klan Star dan klan Shadow bersentuhan secara penuh. Energi panas dari cahaya Wonyoung mengalir ke dalam tubuh dingin Sunghoon, sementara energi es Sunghoon menstabilkan cahaya Wonyoung yang liar.

Sebuah ledakan aura berwarna putih kristal menyelimuti mereka. Di mata kamera drone, itu terlihat seperti efek filter cantik yang tidak sengaja diciptakan oleh pantulan sinar matahari di embun hutan.

“Star-Shadow Resonance: Eternal Silence!”

Cahaya dan es menyatu menjadi sebuah gelombang energi murni yang melesat masuk ke dalam mulut monster itu. Monster tersebut membeku dari dalam, lalu meledak menjadi jutaan partikel cahaya yang indah sebelum sempat mengeluarkan suaranya.

Hutan kembali sunyi.

Wonyoung dan Sunghoon berdiri berhadapan, napas mereka terengah-engah. Tangan mereka masih saling menggenggam, dan untuk sesaat, mereka bisa merasakan pikiran satu sama lain. Wonyoung merasakan beban tanggung jawab Sunghoon sebagai pemimpin bayangan, dan Sunghoon merasakan kesepian Wonyoung yang merindukan masa lalu.

"Ehem," Sunghoon berdehem dan segera melepaskan tangan Wonyoung saat ia mendengar suara staf dari kejauhan. "Kameranya masih menyala."

Wonyoung segera mengubah ekspresinya kembali menjadi ceria. Ia melihat sebuah kotak kayu di bawah akar monster yang telah hancur. "Lihat, Sunghoon-ssi! Kita menemukan harta karunnya!"

Wonyoung berlari kecil ke arah kotak itu dan membukanya dengan wajah gembira di depan kamera drone yang mendekat. Namun, di dalam kotak itu bukan berisi koin emas mainan atau hadiah sponsor.

Di dalamnya terdapat pecahan ketiga dari The Genesis Vinyl.

Wonyoung tertegun. Di samping pecahan itu, ada sebuah kartu kecil bertuliskan:

"Kerja sama yang indah, anak-anakku. Ini adalah hadiah untuk penampilan panggung kalian yang luar biasa. – Sang Produser."

Wonyoung merasa mual. Pria itu benar-benar mengawasi mereka setiap detik, menjadikan perjuangan hidup-mati mereka sebagai hiburan pribadinya.

"Simpan itu," bisik Sunghoon yang sudah berada di sampingnya. "Jangan biarkan staf melihatnya."

Wonyoung dengan cepat memasukkan pecahan piringan hitam itu ke dalam kantong celananya tepat saat rombongan staf dan member lainnya sampai di lokasi mereka.

"Wah! Kalian hebat sekali!" seru Rei sambil memeluk Wonyoung. "Kami mendengar suara ledakan tadi, kupikir ada apa-apa."

"Hanya efek panggung yang dipasang staf, Rei-ya. Sangat mengejutkan, bukan?" bohong Wonyoung dengan lancar.

Syuting berakhir sore itu dengan kemenangan telak bagi pasangan Wonyoung dan Sunghoon. Saat mereka berjalan kembali ke bus masing-masing, Sunghoon sempat berpapasan dengan Wonyoung di dekat pintu bus.

"Chapter 5 selesai," bisik Sunghoon tanpa menghentikan langkahnya. "Tapi perang yang sesungguhnya baru saja diumumkan. Lihat ponselmu."

Wonyoung segera masuk ke bus dan membuka ponselnya. Di grup chat rahasia para Hunter, sebuah pesan baru masuk dari sistem pusat:

"ALERTI : RED MOON ECLIPSE DETECTED. ALL FRAGMENTS MUST BE COLLECTED BEFORE THE NEXT FULL MOON OR THE VOID WILL CONSUME SEOUL."

Wonyoung menatap ke luar jendela bus, ke arah hutan yang perlahan menjauh. Ia meraba pecahan Vinyl di sakunya. Tiga pecahan sudah di tangan, sepuluh lagi tersisa.

Ia menyadari bahwa acara Variety Show ini bukan sekadar permainan. Ini adalah awal dari eliminasi yang sesungguhnya. Dan di dalam perang ini, ia tidak tahu siapa yang akan bertahan sebagai pemenang: dirinya sebagai idola, dirinya sebagai pemburu, ataukah perasaan yang mulai tumbuh di antara dirinya dan Sunghoon.

"Masquerade ini... akan menjadi sangat melelahkan," gumam Wonyoung sebelum ia memejamkan mata, membiarkan kelelahan abadi menyelimutinya sejenak.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!