NovelToon NovelToon
Istri Kecil Om Dokter

Istri Kecil Om Dokter

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Orie Tasya

Ina dan Izhar memasuki kamar pengantin yang sudah disiapkan secara mendadak oleh Bu Aminah, ibunya Ina.

Keduanya duduk terdiam di tepian ranjang tanpa berbicara satu sama lain, suasana canggung begitu terasa, mereka bingung harus berbuat apa untuk mencairkan suasana.

Izhar keluar dari kamar mandi dan masuk kembali ke kamar setelah berganti pakaian di kamar mandi, sementara itu, Ina kesulitan untuk membuka resleting gaun pengantinnya, yang tampaknya sedikit bermasalah.

Ina berusaha menurunkan resleting yang ada di punggungnya, namun tetap gagal, membuatnya kesal sendiri.

Izhar yang baru masuk ke kamar pun melihat kesulitan istrinya, namun tidak berbuat apapun, ia hanya duduk kembali di tepian ranjang, cuek pada Ina.

Ina berbalik pada Izhar, sedikit malu untuk meminta tolong, tetapi jika tak di bantu, dia takkan bisa membuka gaunnya, sedangkan Ina merasa sangat gerah maka, "Om, bisa tolong bukain reseltingnya gak? Aku gagal terus!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orie Tasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

"Saya terima nikah dan kawinnya, Ratih Diani Rahma binti Harguswan dengan mas kawin seperangkat emas, ehhh... Alat shalat dan emas 20 gram, ehhh... Aduhhh... Salah terus!" Izhar menghafal bacaan ijab qobul yang akan di ucapkannya nanti.

Sangat sulit baginya, tidak mudah menghafal bacaan seperti itu, apalagi jika di baca dalam keadaan gugup di depan tamu undangan dan menjabat tangan Ayahnya Ratih langsung.

"Hayu coba lagi, Iz!" Izhar menyemangati dirinya sendiri.

"Saya terima nikah dan kawinnya, Ratih Rahma binti Harguswan. ehhh... Salah lagi nyebut namanya!" Lagi-lagi Izhar mengumpat karena salah lagi dan lagi.

Tangannya sibuk menyetir, tetapi mulutnya juga tak henti menghafal.

Hari pernikahan sebentar lagi, Izhar harus bisa menghafalnya dalam waktu singkat, agar tidak salah ucap ketika akad nikah nantinya.

Karena tidak fokus menyetir sambil menghafal dan memperagakan adegan akad nikah seperti yang sering dilihatnya di TV, Izhar tak menyadari ketika sebuah sepeda melintas di depannya.

Ketika ia tersadar, sepeda itu sudah tepat di depannya.

"Astagfirullah!" Ucap Izhar, terkejut.

Untuk menghindari kecelakaan, Izhar terpaksa membelokkan mobilnya ke samping.

'brukkk!'

Walaupun mobil Izhar di belokkan ke samping, tetapi sepeda tadi tetap terjatuh.

Izhar dengan cepat keluar dari mobil dan menghampiri si pemilik sepeda yang jatuh tadi.

Dia adalah seorang gadis SMA, yang merintih kesakitan karena lutut dan sikut nya terluka akibat terjatuh ke aspal.

"Kamu nggak apa-apa?!" Tanya Izhar pada gadis itu.

"Apanya yang gak apa-apa? Gak lihat ini berdarah?!"

Bukannya bicara baik-baik, gadis itu malah mengomeli Izhar.

"Maaf, saya tadi gak fokus menyetir," Izhar meminta maaf.

"Makanya, kalau nyetir itu matanya di pakai Om! Jangan karena Om kaya dan punya mobil, bisa seenaknya melintas tanpa tengok sana sini!" Lagi-lagi, gadis itu mengomeli Izhar.

Izhar cukup kesal dengan gadis ini, padahal dia tidak

sengaja dan sudah berusaha untuk menghindari kecelakaan, tapi masih saja di omeli.

Karena tak mau berdebat, Izhar membantu membangunkan sepeda gadis itu.

"Luka kamu kayaknya cukup dalam, ayo ikut saya ke mobil, biar saya obati!" Ajak Izhar, walaupun gadis itu menyebalkan, tetapi melihat luka di tangan dan kakinya membuat Izhar tak bisa pergi begitu saja.

Naluri Dokter yang dimilikinya, tidak mengizinkan Izhar untuk pergi.

Gadis itu mendongak dan menatap Izhar.

"Gak usah modus deh! Pura-pura ngajakin masuk ke mobil buat obati luka saya, tahu ya nanti malah saya dibawa kabur, modus penculikan baru, gak akan ngaruh!" Gadis itu malah menuduhnya yang tidak-tidak.

Wajah jutek gadis itu membuat Izhar kesal, namun dia masih harus bersabar.

"Jadi, kamu mau di obati atau tidak?" Tanya Izhar, menahan unek-unek di hatinya.

"Ya, 'kan Om yang menyebabkan saya seperti ini, jadi Om harus obati saya dong!" Jawab gadis itu ketus.

"Iya, saya mau obati kamu, makanya saya ajak kamu masuk ke mobil saya," Izhar mencoba menjelaskan.

"Alah... Modus! Bilang aja mau culik saya!" Lagi, Izhar dibuat kesal di tuduh sebagai penculik.

Izhar ingin sekali memarahi gadis itu yang sudah bicara sembarangan, tetapi Izhar tak boleh gegabah, jaman canggih seperti ini apapun bisa viral di media sosial jika ada yang merekam kelakuannya.

Izhar harus tetap menjaga nama baiknya sebagai Dokter teladan.

Tanpa banyak berkata, Izhar mengeluarkan tanda pengenalnya sebagai Dokter dan menunjukkannya kepada gadis itu.

Gadis itu cukup terkejut melihat identitas asli dari pria yang diomelinnya tadi, dia juga malu karena telah menuding Izhar tanpa bukti.

"Jadi, Om ini seorang Dokter ya?" tanya gadis itu.

"Benar, saya seorang dokter, makanya saya ajak kamu ke mobil saya supaya saya bisa mengobati kamu," jawab Izhar.

Gadis cantik dengan mata besar itu terlihat sangat malu, dia juga menutup mulutnya dengan telapak tangan, mungkin merasa menyesal karena telah berkata-kata yang tidak baik terhadap Izhar.

"Jadi, mau diobati apa nggak?" tanya Izhar lagi.

"Ya mau, tapi gratis ya, jangan minta bayaran!" jawab gadis itu ketus.

"Memangnya yang minta bayaran sama kamu siapa?

Apa saya tadi mengatakan kalau saya akan mengobati kamu tapi kamu harus membayar saya? Nggak 'kan?"

Gadis itu menatap Izhar dengan ekspresi yang sulit diartikan, wajahnya memerah, dia benar-benar malu.

Gadis cantik itu berusaha untuk bangun, ekspresi wajahnya meringis kesakitan karena luka yang didapatnya mengeluarkan cukup banyak darah.

Izhar yang merasa kasihan dan merasa bertanggung jawab atas luka pada gadis itu, berusaha membantunya untuk berdiri, Izhar juga memapahnya membawa gadis itu ke mobilnya.

Izhar mendudukkan gadis itu di kursi samping kemudi mengambil kotak obat yang selalu dibawanya setiap bepergian untuk berjaga-jaga.

Izhar membasahi kapas dengan cairan antiseptik, untuk membersihkan darah pada luka gadis itu.

"Ssshhh... Auwwww... Perih..." Ringis gadis itu, ketika Izhar membersihkan lukanya.

"Jangan cengeng, perihnya cuma sebentar kok, antiseptik itu bagus untuk membersihkan luka, supaya kuman dan bakterinya hilang," ujar Izhar, mengomentari keluhan gadis itu, yang di anggapnya cengeng.

"Bukannya cengeng, tapi memang beneran sakit, Om. Om aja yang bilang kayak gitu karena Om nggak ngerasain rasa sakitnya!" celetuk gadis itu.

Izhar tidak menanggapi, ia sibuk mengobati si gadis pemarah nan menyebalkan itu.

Izhar membubuhkan povidone iodine ke permukaan

luka di siku dan gadis itu, lalu menutupnya dengan kasa.

Gadis itu terus meringis kesakitan, jika lututnya sakit,

dia tidak akan bisa membawa sepedanya, karena terlalu sakit untuk menganyuh.

Selesai mengobati lukanya, Izhar menyimpan kotak obat ke kursi belakang.

"Ada yang luka lagi gak?" Tanya Izhar.

"Nggak ada," jawabnya.

"Syukurlah."

"Ya udah, makasih banyak ya Om udah obati luka saya. Saya permisi," si gadis cantik hendak keluar dari mobil Izhar.

"Eh, tunggu dulu," Izhar menahannya.

Si gadis berbalik pada Izhar.

"Ada apa lagi?" Tanya nya kesal.

"Kamu mau kemana?" Izhar malah bertanya.

"Mau pulang ke rumah, baru bubaran sekolah," jawabnya.

"Rumahnya dekat?"

"Lumayan, memangnya kenapa?"

"Biar saya antar kamu pulang, lutut kamu luka kayak gitu, kamu gak akan bisa mengayuh sepedanya, pasti akan sakit," Izhar tak tega membiarkan dia pulang dengan kesakitan karena harus mengayuh sepeda.

"Nggak usah ah, nanti saya di sangka sugar baby sama orang. Terus, nanti keluarga saya di gosipin, orang-orang julid banget soalnya sama keluarga saya!" Gadis itu menolak.

Sebenarnya bukan tak mau di antar pulang dengan mobil, namun tetangga selalu memandang keluarganya rendah, itulah yang menjadi alasan si gadis menolak.

"Memangnya saya ini kelihatan setua itu? Lagi pula saya Dokter, gak mungkin akan ada yang bicara macam-macam. Kamu tunggu disini saja, biar saya ambilkan sepedanya dulu."

Izhar turun dari mobilnya, berlari kecil ke arah sepeda yang tergeletak di jalan.

Izhar membawanya dan memasukkannya ke dalam mobil.

"Saya akan antar kamu dan kamu cukup tunjukkan arah rumah kamu dimana," titah Izhar.

Gadis itu tidak menjawab, dia hanya diam patuh.

Baginya, bisa mendapatkan tumpangan gratis dengan mobil saja sudah cukup, kapan lagi bisa naik mobil gratis.

...***Bersambung***...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!