Setelah bertahun-tahun pasca kelahiran pangeran dan putri bungsu, mereka tetap berusaha mencari pelaku pembunuh sang ratu. Hidup atau mati! Mereka ingin pelakunya tertangkap dan di hukum gantung!Dapatkah para pangeran dan putri menangkap pelakunya?
*update setiap Minggu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mailani muadzimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Prolog: Kerajaan Dandelion
Jauh di galaksi Nusagima, terdapat sebuah planet indah yang berpenghuni dan asri bernama Nebulon. Orang-orang di sana hidup dengan sistem kerajaan, masing-masing negara dipimpin oleh raja. Ada dua kerajaan yang terkenal kuat di sana sejak seribu tahun yang lalu.
Kerajaan pertama bernama Kerajaan Dandelion yang dipimpin oleh Raja Mer Elle de Dandelion I. Kerajaan kedua adalah Kerajaan Perdu yang dipimpin oleh Raja Robin Franz le Perdu I.
Saat itu, kerajaan Dandelion masih bertarung dengan Kerajaan Perdu, mereka merebutkan Tanah Spirit yang terletak di perbatasan antara dua kerajaan. Pertarungan itu menyebabkan banyak sekali korban dari kedua pihak kerajaan, tidak terhitung jumlah prajurit yang tewas akibat perang. Ribuan penduduk tewas, bangunan hancur dan banyak tumbuhan yang mati. Pengendali
spirit tidak tahan dengan kondisi dua negara yang kacau, akhirnya dia menjadi penengah.
Perang itu pun berakhir dengan gencatan senjata dan tanah spirit berada di bawah naungan pengendali spirit, selanjutnya tetua pengendali spirit disebut Guardian.
Sejak saat itu, kerajaan dari negara manapun yang hendak berkunjung ke tanah spirit, harus melalui Guardian. Pengendali spirit bisa berasal dari kalangan mana saja, kadang bangsawan, dan kadang pula rakyat biasa. Namun pada kebanyakan kasus, pengendali spirit kebanyakan berasal dari kalangan bangsawan, itu karena leluhur mereka memang sejak awal adalah bangsawan. Disebut bangsawan karena mereka lah yang mendirikan tanah sehingga menjadi makmur, yang termasuk dalam pengendali spirit, salah satunya tentu saja adalah keturunan raja. Keturunan raja adalah yang paling banyak menghasilkan pengendali spirit. Setiap tiga tahun sekali atau lebih, selalu ada satu atau dua keturunan raja yang memiliki kemampuan mengendalikan spirit. Selain
pengendali spirit, ilmuwan, ahli penyembuh dan ahli pedang juga kebanyakan selalu berasal dari keluarga kerajaan.
Setelah lepas dari perang besar yang memperebutkan Tanah Spirit, Kerajaan Dandelion dan Kerajaan Perdu damai. Masing-masing sudah menandatangani perjanjian damai dengan tanda tangan dan berjanji akan bekerja sama dalam hal apapun. Perdamaian ini berlangsung sampai pada generasi sekarang.
Saat ini, raja di Kerajaan Dandelion adalah Finn Elle de Dandelion. Raja Finn adalah putra sulung dari raja terdahulu, Anastasius Elle de Dandelion. Raja Finn adalah pengendali spirit sekaligus ahli pedang yang dijuluki “Raja berdarah dingin”. Dia dikenal sebagai raja yang tidak segan menebas siapapun yang menentang kerajaan. Raja itulah yang kelak menjadi ayah dari Tuan Putri Pengendali Spirit yang Agung. Tuan putri yang sangat
dicintai, dia adalah anak bungsu dari pasangan Raja Finn dan Ratu Harika.
Kini, Tuan Putri itu masih berusia sembilan tahun. Ada banyak cinta yang sudah diterima oleh Tuan Putri, kecuali cinta ibunya. Ratu Harika meninggal dunia tiga bulan setelah melahirkan Tuan Putri dan kakak kembarnya. Kondisi kesehatan Ratu Harika semakin
memburuk usai melahirkan, hal itu karena sebelum mengandung, sang Ratu terkena serangan penyihir hitam demi melindungi anak-anaknya dari serangan penyusup istana. Mereka adalah rombongan penyihir hitam yang ingin menculik Putra Mahkota dan para pangeran, malangnya, saat kejadian itu, sang Raja sedang melakukan ekspedisi bersama para ksatria ke Tanah Gurun untuk mengalahkan monster yang mengganggu warga Gurun-nyan.
Ratu Harika adalah pengendali spirit air, dia dan para prajurit yang tersisa di istana
berjuang melawan penyusup. Ratu Harika menjaga Putra Mahkota yang saat itu berusia enam belas tahun dan sedang terkena demam tinggi. Demi melindungi ketiga anaknya, para pangeran juga dibawa masuk ke kamar Putra Mahkota. Sementara itu beberapa prajurit berjaga di depan pintu kamar, pengawal pribadi Ratu Harika juga ada di sana, begitu pula dengan pengawal pribadi Putra Mahkota dan para pangeran. Totalnya ada empat pengawal pribadi dan dua dayang di dalam kamar, serta lima prajurit di luar kamar. Belum lagi para pelindung dari keluarga kerajaan, masing-masing anak raja punya pelindung sendiri. Total di dalam kamar Putra Mahkota saat itu ada tujuh penjaga, dan dua dayang.
“Yang Mulia Ratu! Biar saya yang berjaga di sini, anda fokus saja menjaga Putra Mahkota dan para pangeran. Bawalah mereka pergi dari sini dengan portal yang dibuka oleh Watery!” ucap Deon si pengawal pribadi Ratu.
Saat itu penyihir hitam dengan pasukannya sudah berhasil menerobos kamar Putra
Mahkota. Lima prajurit yang berjaga di depan kamar sudah terbunuh. Ketiga pelindung
memasang badan paling depan, mereka beradu kekuatan dengan penyihir hitam. Watery membuka portal air, dia mendesak Ratu dan tiga anaknya untuk segera masuk. Ratu Harika dengan terpaksa meninggalkan prajurit dan dayang yang masih ada di sana.
“Kuserahkan pada kalian!” titah Ratu Harika sambil membawa Putra Mahkota dengan balon air.
Putra Mahkota dibaringkan di atas balon air dan balon itu mengambang memasuki portal, Ratu Harika kemudian melompat ke portal sambil menggandeng dua pangeran. Sementara itu, keempat pengawal bersama tiga pelindung bertarung mati-matian melawan pasukan penyihir hitam.
“Kalian hanya perlu menyerahkan Putra Mahkota dan dua pangeran! Bukankah Ratu masih bisa mengandung lagi?! Serahkan saja tiga anak itu pada kami! Kami membutuhkan darah mereka untuk ritual Penyihir Agung!” teriak salah satu penyihir.
“Kami tidak akan menyerahkan Putra Mahkota dan para pangeran!” balas Calix si pengawal putra mahkota sambil bersiaga dengan pedangnya.
“Lancang sekali mulutmu! Ratu bukan binatang yang bisa seenaknya kau suruh melahirkan!” bentak Deon sambil mengacungkan pedangnya.
“Coba saja kalau kalian berani mendekati tuan kami! Kepala kalian yang akan kami gantung!”
cecar para pelindung.