Arjuna, putra dari Dewa Arka Dewa dan Dewi Laksmi, adalah seorang dewa yang sombong, angkuh, dan merasa tak terkalahkan. Terlahir dari pasangan dewa yang kuat, ia tumbuh dengan keyakinan bahwa tidak ada yang bisa menandinginya. Dengan kekuatan luar biasa, Arjuna sering merendahkan dewa-dewa lainnya dan merasa bahwa dirinya lebih unggul dalam segala hal.
Namun, sikapnya yang arogan membawa konsekuensi besar. Dewa Arka Dewa, ayahnya, yang melihat kebanggaan berlebihan dalam diri putranya, memutuskan untuk memberi pelajaran yang keras. Dalam upaya untuk mendewasakan Arjuna, Dewa Arka Dewa mengasingkan Arjuna ke dunia manusia—tanpa kekuatan, tanpa perlindungan, dan tanpa status sebagai dewa.
Di dunia manusia yang keras dan penuh tantangan, Arjuna harus menghadapi kenyataan bahwa kekuatan fisik dan kesombongannya tidak ada artinya lagi. Terpisah dari segala kemewahan Gunung Meru, Arjuna kini harus bertahan hidup sebagai manusia biasa, menghadapi ancaman yang lebih berbahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kontrak menjadi Model
Di tengah rimbunnya hutan hujan Kalimantan, Dinata Maharani berdiri di atas sebuah batu besar yang tertutup lumut. Udara terasa begitu lembab, dan suara nyanyian alam mengalun di sekelilingnya—derik serangga, aliran sungai kecil di kejauhan, dan desiran angin yang menyelinap di antara pepohonan raksasa.
Permata hijau di dada Dinata berkilauan samar, bereaksi terhadap sesuatu yang tak kasatmata. Ia mengenakan jubah penyihirnya, warisan para pelindung alam terdahulu. Sejak ia menerima takdir sebagai Asvara, ia telah belajar memahami bisikan hutan, merasakan denyut kehidupan yang mengalir dalam setiap makhluk, dan kini—merasakan ancaman yang mengerikan mendekat ke dunia.
Dinata (dalam hati): "Energi ini… begitu gelap, begitu besar. Sesuatu akan datang… sesuatu yang bukan berasal dari dunia ini."
Ia menutup matanya, membiarkan pikirannya menyatu dengan alam. Sebuah gambaran samar muncul di kepalanya—langit yang terbelah, kegelapan yang mengalir seperti kabut hitam pekat, dan sosok-sosok misterius yang berdiri di ambang kehancuran.
Namun, di sela-sela gambaran itu, sesuatu yang lain menarik perhatiannya. Ia membuka matanya dengan cepat, napasnya sedikit memburu.
Dengan cepat, ia mengangkat tangannya, menciptakan gerakan melingkar di udara. Awan energi hijau muncul dari tangannya, membentuk layar ilusi di depannya. Di layar tersebut, sebuah video dari dunia manusia muncul—sebuah video viral yang tengah ramai dibicarakan.
Video itu memperlihatkan seorang pria bertarung melawan seseorang di tengah kota. Dengan gerakan yang luar biasa cepat dan lincah, pria itu menghadapi musuhnya dengan tangan kosong, tubuhnya bergerak seperti angin, setiap pukulan dan tendangannya menghasilkan hempasan energi yang luar biasa.
Dinata menatap sosok itu dengan mata terbelalak.
Dinata (bergumam): "Arjuna…"
Ia bisa merasakan sesuatu—sesuatu yang tidak hanya berasal dari fakta bahwa Arjuna adalah seorang dewa yang diasingkan. Hatinya berdetak lebih cepat, bukan karena kagum, tetapi karena perasaan aneh yang mengalir di dalam dirinya.
Dinata (dalam hati): "Mengapa aku merasa… terhubung dengannya? Kenapa ada sesuatu dalam dirinya yang mengingatkanku pada… Kumala?"
Ia menggelengkan kepalanya, mencoba menyingkirkan pikiran itu. Kumala sudah lama tiada, ia adalah Asvara generasi sebelumnya, pelindung yang telah hilang bersama sejarah. Tapi jika benar ada hubungan antara Arjuna dan Kumala… maka ia harus mencari tahu.
Dinata (dengan tegas): "Aku harus pergi ke kota. Aku harus menemui Arjuna."
Angin berhembus kencang di sekelilingnya, dan hutan seakan merespons keputusan yang baru saja ia buat. Sebuah perjalanan baru akan dimulai, dan mungkin, jawaban yang selama ini ia cari akan segera terungkap.
Lanjutan Bab – "Keputusan Arjuna"
Pagi yang cerah menyelimuti kota. Cahaya matahari yang menembus tirai jendela kamar menyinari wajah Arjuna yang masih berbaring di tempat tidurnya. Demamnya sudah reda, meskipun tubuhnya masih sedikit lemas. Kirana duduk di tepi tempat tidur, memperhatikannya dengan ekspresi lega.
Kirana: "Kau sudah merasa lebih baik?"
Arjuna (mengangguk sambil meregangkan tubuh): "Ya, jauh lebih baik. Sepertinya aku hanya butuh istirahat semalam."
Kirana tersenyum, lalu bangkit mengambil segelas air dan memberikannya kepada Arjuna.
Kirana: "Itu bagus. Kau membuatku khawatir kemarin."
Arjuna meneguk air itu perlahan, lalu menatap Kirana dengan penuh pertimbangan. Ia teringat tawaran dari Bara kemarin—menjadi model majalah dewasa. Sebuah tawaran yang sebelumnya tak pernah ia bayangkan akan datang dalam hidupnya.
Arjuna (menghela napas, lalu berbicara pelan): "Aku sudah memikirkan tawaran kemarin… dan aku setuju."
Mata Kirana membulat kaget. Ia tidak menyangka Arjuna akan menerima tawaran itu dengan cepat.
Kirana (penasaran): "Kau yakin? Ini bukan keputusan yang bisa dianggap enteng, kau tahu?"
Arjuna (tersenyum santai): "Aku butuh uang, dan kesempatan ini bisa membantuku bertahan hidup di dunia manusia. Lagipula, aku ingin mencoba sesuatu yang baru."
Kirana masih tampak ragu, tapi ia tahu bahwa Arjuna bukan seseorang yang bisa diubah keputusannya begitu saja. Tanpa membuang waktu, ia segera meraih ponselnya dan menelpon Bara.
Kirana (di telepon): "Bara, Arjuna menerima tawaran itu."
Di seberang telepon, terdengar suara Bara yang terdengar begitu bersemangat.
Bara (antusias): "Serius?! Oke, oke! Aku langsung kabari Pak Rizal sekarang juga!"
Kirana menutup telepon dan menatap Arjuna.
Kirana (tersenyum kecil): "Sepertinya kau akan memulai perjalanan baru sebagai model, Tuan Arjuna."
Arjuna hanya tertawa kecil, meskipun dalam hatinya ia masih bertanya-tanya apakah keputusan ini benar-benar tepat. Namun, di dunia manusia ini, ia harus belajar untuk bertahan, dan mungkin inilah awal dari sesuatu yang lebih besar.
Lanjutan Bab – "Daya Tarik Arjuna"
Siang itu, Arjuna, Kirana, dan Bara berangkat menuju kantor Pak Rizal, seorang produser ternama di dunia fashion dan modeling. Bara yang duduk di belakang kemudi terlihat bersemangat, sementara Kirana hanya menghela napas melihat ekspresinya yang terlalu antusias.
Bara (tersenyum lebar): "Kau tahu, Ju? Ini akan jadi langkah besar dalam hidupmu. Kau bakal terkenal!"
Arjuna (menyender ke jendela, terlihat malas): "Entahlah… aku masih belum terbiasa dengan perhatian seperti ini."
Kirana (menyeringai kecil): "Padahal sejak kau muncul di berita soal pertarungan melawan Andi Wijaya, namamu sudah jadi bahan perbincangan di mana-mana. Wajar saja kalau banyak orang penasaran."
Mobil mereka akhirnya berhenti di depan gedung besar tempat Pak Rizal bekerja. Begitu Arjuna turun dari mobil dan melangkah ke dalam, suasana sekitar langsung berubah. Beberapa pegawai wanita yang sedang berbincang langsung terdiam, memperhatikan pria berpostur atletis itu dengan tatapan terpana.
Wanita 1 (berbisik pada rekannya): "Astaga, dia tinggi sekali… dan wajahnya… benar-benar seperti dewa."
Wanita 2 (menutupi mulutnya, berusaha menahan senyum): "Ini yang katanya Arjuna itu, kan? Dia lebih tampan daripada di foto!"
Arjuna, yang sudah terbiasa dengan perhatian sejak tinggal di dunia manusia, hanya menghela napas dan berusaha tetap tenang. Namun, Kirana di sampingnya diam-diam memperhatikan ekspresi para wanita di sekitar mereka dengan sedikit kesal.
Kirana (berbisik ke Bara): "Selalu saja begini…"
Bara (tertawa kecil): "Bersiaplah, Kirana. Sebentar lagi mungkin kita harus menghadapi lebih banyak penggemar."
Tak lama kemudian, seorang asisten datang menjemput mereka dan mengantarkan ke ruangan Pak Rizal. Di dalam, Pak Rizal sudah menunggu dengan senyum lebar.
Pak Rizal (menatap Arjuna penuh antusias): "Akhirnya, kita bertemu juga! Arjuna, kau tidak tahu betapa besar potensi yang kau miliki di dunia modeling ini!"
Arjuna hanya tersenyum tipis, sementara Kirana dan Bara duduk di sofa, menunggu pembicaraan mereka berkembang. Pertemuan itu akan menentukan langkah baru dalam kehidupan Arjuna di dunia manusia—dan mungkin, membuka jalan bagi hal-hal yang lebih besar di masa depan.
Lanjutan Bab – "Kontrak Sang Model"
Di dalam ruangan yang mewah dan beraroma wangi khas parfum mahal, Pak Rizal duduk di belakang mejanya, membuka sebuah map hitam yang berisi dokumen kontrak. Di hadapannya, Arjuna, Kirana, dan Bara duduk dengan sikap santai—setidaknya Bara yang terlihat paling bersemangat.
Pak Rizal (tersenyum profesional): "Baiklah, Arjuna. Ini adalah kontrak resmi untuk pekerjaanmu sebagai model. Kami telah menyiapkan beberapa sesi pemotretan dan kemungkinan proyek jangka panjang jika kau berminat."
Ia menyodorkan dokumen tersebut ke Arjuna. Kirana, yang duduk di sampingnya, secara refleks mengambilnya lebih dulu, membaca isinya dengan teliti sebelum menyerahkannya ke Arjuna.
Kirana (mengangkat alis, membaca cepat): "Gaji yang cukup besar… hak eksklusif hanya untuk brand tertentu… tidak ada batas waktu yang mengikat. Hmm, cukup fleksibel."
Bara (membisik ke Arjuna): "Ju, serius, ini kesempatan emas. Kau bukan cuma akan terkenal, tapi juga bakal dapat banyak uang!"
Arjuna (menatap kontrak, masih ragu): "Aku hanya ingin mencoba. Bukan berarti aku akan mengabdikan hidupku di dunia ini."
Pak Rizal tertawa kecil, memahami sikap Arjuna yang tampaknya belum terbiasa dengan industri ini.
Pak Rizal: "Tentu, tentu. Ini hanya awal. Tidak ada paksaan. Kami hanya ingin memperkenalkanmu ke dunia modeling karena potensimu sangat besar."
Arjuna mengambil pulpen dan menatap lembaran kontrak sejenak. Dalam hatinya, ia tahu ini adalah langkah baru—sesuatu yang jauh berbeda dari kehidupannya sebagai seorang Dewa yang kini tengah menjalani pengasingan di dunia manusia.
Dengan satu tarikan napas, ia akhirnya menandatangani kontrak tersebut.
Arjuna (menaruh pulpen, menatap Pak Rizal): "Baiklah. Aku setuju."
Pak Rizal (tersenyum puas): "Keputusan yang tepat! Kita akan segera mengatur jadwal pemotretan pertamamu."
Bara langsung bertepuk tangan kecil, sementara Kirana hanya tersenyum tipis, entah merasa lega atau malah memiliki perasaan aneh melihat Arjuna semakin terkenal.
Dengan kontrak ini, langkah baru Arjuna sebagai model telah dimulai—tanpa ia sadari, ini bisa membawanya ke arah yang lebih jauh dari sekadar dunia modeling.