Daniel Van Houten, mafia berdarah dingin itu tak pernah menyangka dirinya di vonis impoten oleh dokter. Meski demkian Daniel tidak berputus asa, setiap hari ia selalu menyuruh orang mencari gadis per@wan agar bisa memancing perkututnya yang telah mati. Hingga pada suatu malam, usahanya membuahkan hasil. Seorang gadis manis berlesung pipi berhasil membangunkan p3rkurutnya. Namun karna sikap tempramental dan arogannya membuat si gadis katakutan dan memutuskan melarikan diri. Setelah 4 tahun berlalu, Daniel kembali bertemu gadis itu. Tapi siapa sangka, gadis itu telah memiliki tiga anak yang lucu-lucu dan pemberani seperti dirinya.
____
"Unda angan atut, olang dahat na udah tami ucil, iya tan Ajam?" Azkia
"Iya, tadi Ajam udah anggil pak uci uat angkap olang dahat na." Azam
"Talau olang dahatnya atang agi. Tami atan ucil meleka." Azura.
_____
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Keesokan harinya, Daniel menyuruh Regan menjemput Ayang kerumahnya. Dia menuntut janji Ayang untuk tinggal bersamanya lagi. Daniel tersenyum sendiri, tak sabar bertemu gadis yang telah membuatnya tak bisa tidur beberapa malam ini. Di malam-malam sebelumnya, ia masih bisa melihat gerak-gerik Ayang dari monitor. yang ada di kamarnya, tapi malam tadi ia tidak bisa tidur sama sekali, sebab tak melihat Ayang.
Kring....kring...kringg
Dering ponsel membuyarkan lamunan Daniel. Tanpa membuang waktu panggilan tersebut lansung di jawab ya.
"Ya, ada apa Regan?"
"Ma-maaf Tu-Tuan, Nona tidak ada di rumahnya," ucap Regan terbata-bata di ujung sana.
"Apa maksud kau?"
"Ma-maaf tuan, Nona dan Abangnya tidak ada di sini."
"Lalu, untuk apa kau mengatakan semua ini padaku?"
Ucapan Daniel bagaikan sebuah ancaman bagi Regan. Ia hapal sekali maksud kata-kata tuannya itu.
"Maaf Tuan, sa-saya akan mencarinya lagi."
.
.
.
Di tempat lain.
Ayang baru saja tersentak dari tidurnya, selepas shalat subuh tadi, ia kembali tidur dan bangun menjelang tengah hari. Bergegas ia bangkit, lalu membuka jendela kamar.
Wah, indahnya!
Ayang menatap takjub hamparan sawah yang di kelilingi bukit-bukit yang menjulang. Udara di hirup dalam-dalam dan menghembuskan perlahan.
Ceklek!
Seketika Ayang menoleh ke arah pintu kamar yang di buka seseorang.
"Sudah bangun rupanya." Parida berjalan mendekati Ayang.
Ayang tersenyum kikuk, melihat kehadiran wanita paruh baya itu.
"Maaf Buk, Ayang ketiduran."
Parida dapat mengetahui apa yang di katakan Ayang dari gerak bibirnya.
"Ndak apa-apa, Cah Ayu," ucap Parida dengan senyum ramah. "Oh ya, tadi istri Bu Hajjah Rodian menelpon. Dia tanya ponsel Ayang kok ndak aktif."
Kening Ayang berkerut, soalnya ia tidaklah mempunyai ponsel.
"Ya sudah, sekarang Cah Ayu mandi dulu. Setelah itu kita makan siang. Kasihan ini perut, dari tadi malam belum di isi," ucap Parida sembari mengelus perut Ayang yang rata.
Ayang tersenyum malu-malu.
Parida kemudian keluar dari kamar.
Ayang segera menyambar handuk yang di berikan Parida subuh tadi, lalu berjalan menuju kamar mandi yang berada di sebelah dapur.
"Eh, setan eh, setan eh setan!"
Seorang pemuda dengan tubuh semampai, terlonjak kaget ketika keluar dari kamar mandi, yang kebetulan Ayang juga hendak masuk kedalam.
"Eh, kamu siapa?" Nada suara pemuda itu terdengar mendayu, sembari menunjuk Ayang dengan jemari lentiknya.
Ayang menunduk takut, kakinya juga beringsut mundur.
"Udin! Kamh ngapain?" Parida mendekati Ayang, lalu merangkulnya.
"Iiih, Mommy ini!" sungut pemuda gemulai itu merengek seperti anak kecil.
"Din, di depan ada pelanggan salon. Sana, layani dulu," ucap Parida.
"Iiih, Mommy ini! Udin...Udin...Udin....terus. Sama saja kaya Daddy,"
Parida menghela nafas dalam. "Iya..iya.. Dini. Sudah, keluar dulu, layani pelanggan salonmu." Parida merubah panggilan pada pemuda gemulai itu.
"Nah, gitu dong, Mom." Pemuda gemulai itu pun berjalan melenggang-lenggok sambil melirik Ayang sekilas, lalu mengibaskan rambutnya yang pendek.
Parida geleng-geleng kepala, melihat sikap putranya. "Maaf ya Cah Ayu, Ibu lupa memberitahukan kalau anak Ibuk juga tinggal di rumah ini."
Ayang mengangguk, bibirnya mengulas senyum tipis.
.
.
.
* * *
Di tempat yang berbeda.
Bugh!
"Awhh!"
Sebuah pukulan yang begitu keras mendarat di rahang Dani, membuat pemuda itu terhuyung kebelakang.
"Awhk! Gigi Gue?" Dani meringis merasakan giginya yang lepas. "Bangsat Lu!"
Daniel mendekat dan lansung mencengkram kerah baju Dani dengan sebelah tangan.
"Sakit bangsat! Lepasin Gue! Gue bisa laporin Lu ke polisi atas tindakan penganiayaan!" Dani meronta dengan tubuh yang melayang di udara.
Bugh!
Tubuh Dani terhempas ke lantai.
"Aduh, sakit! Ay, Lu dimana tolongin Gue!"
"Sekarang katakan cepat, sebelum kulemparkan kau kebawah!"
"Sudah berapa kali Gue bilang! Gue gak tau dia pergi kemana. Buat apa Gue menyembunyikan adik Gue sendiri."
"Mati saja kau!" Daniel kembali mengangkat tubuh Dani, bersiap melempar tubuh itu dari puncak lantai kantornya.
"Lu jangan gila! Adik Gue gak akan maafin lu kalau dia tahu gue mati di tangan lu."
Seketika itu juga Daniel berhenti. "Katakan, dimana dia?"
"Lu budeq atau apa? Harus berapa kali Gue harus bilang, Gue juga gak tau dia dimana. Tadi malam Gue keluar sebentar membeli rokok, setelah Gue kembali kerumah, dia udah gak ada! Tolong percaya sama Gue, Lu boleh lakukan apa saja kalau Gue yang menyembunyikan dia."
Perlahan Daniel menurunkan tubuh Dani. "Pergi cepat, sebelum aku berubah pikiran!"
Tanpa membuang-buang waktu Dani segera berlarian keluar dari ruangan itu.
.
.
.
Di tempat lain.
Selesai makan siang, Parida membawa Ayang ke depan, ia ingin mengenalkan Ayang pada putranya agar Ayang ada teman dirumah kalau ia pergi kesawah.
"Syafarudin. Sini sebentar," panggil Parida dari teras rumah.
Tidak lama pemuda semampai berjalan melenggang-lenggok dari bangunan kecil di samping rumah.
"Mommy, please deh! Jangan panggil dengan nama itu lagi!" sungut pemuda itu.
Parida terkekeh melihat wajah cemberut.putranya. "Din, kenalkan ini Ayang. Untuk sementara dia akan tinggal di sini."
Malu-malu Ayang mengulurkan tangan kehadapan pemuda itu.
Mata pria itu menyipit, lalu menyambut uluran tangan Ayang. "Namaku Dini, ingat! Jangan ikut-ikutan Mommy manggil Udin!" peringat pemuda itu.
Ayang mengangguk masih tersenyum malu-malu.
"Sekarang kamu temankan Ayang dulu ya. Ibu mau ke sawah kita sebentar."
"Iya," sahut pemuda itu, lalu mengambil tangan Ayang dan membawanya ke bangunan di samping rumah.
"Sekarang kamu duduk di sini. Aku mau dandanin kamu, biar gak kucel lagi!"
Ayang menggeleng, tidak ingin pria itu melakukannya.
Namun pria itu menahan bahu Ayang agar tetap duduk di kursi salonnya. "Sudah, duduk diam. Cantik-cantik tapi kucel, kan gak enak di lihat." Pemuda itu mulai mengambil peralatannya. "Kamu tenang saja, kali ini aku kasih gratis," ucapnya sembari menyisir rambut hitam Ayang yang panjang.
Ayang hanya bisa pasrah, menantap pria itu dari pantulan cermin.
"Kamu kenapa bisa ada di sini?"
Ayang bergumam, namun pria itu tidaklah bisa mendengar perkataannya.
Mata pria itu menyipit. "Kamu bisu?"
Ayang mengangguk pelan.
"Maaf, aku gak tau. Ya sudah kamu dengerin saja aku bicara ya."
Ayang mengangguk.
Sambil merapikan rambut Ayang dengan gunting, pria itu bercerita panjang lebar, tentang semua keinginan dan cita-citanya yang ingin menjadi orang terkenal, namun semua itu harus dikuburnya karna kedua orang tuanya tidak mengizinkan dia pergi merantau ke Jakarta. Padahal ia sangat yakin, hanya di Ibukota lah ia bisa mewujudkan semua impian dan cita-citanya.
Sambil terus menceritakan dirinya, tangan pria itu juga bekerja dengan sangat lihai, memolesi wajah Ayang dengan make-upnya.
"Tara...! Selesai!"
Ayang tersenyum melihat wajahnya di depan cermin.
"Cantik kan?"
Ayang mengangguk.
"Karna aku sudah dandani kamu, nanti malam kamu juga harus temani aku ke pasar malam."
Ayang menggeleng.
"Iiih, ayo lah, masa gak mau. Nanti aku traktir deh!" Pria itu terus membujuk Ayang agar mau ikut dengannya.
Akhirnya Ayang mengangguk juga.
"Nah! Gitu dong! Masa udah cantik hanya di rumah saja."
di tunggu selalu aksi trio cadel😊
yg ada ayang tambah stres dan membenci danil
lanjut kak/Drool/
hadirkan kebahagiaan untuk ayang
sudah 3 THN kok masih asih Tor...?
Ayahnya Ayang ada sangkut sama si Daniel?
vote untuk mu thor