Follow IG @ersa_eysresa
Bagaimana jika kekasih yang kamu cintai ternyata bermain hati dengan adikmu. Dan di hari pertunanganmu dia membatalkan pertunangan kalian dan mempermalukanmu dengan memilih adikmu untuk dinikahi.
Malu sudah pasti, sakit dan hancur menambah penderitaan Rayya gadis berusia 23 tahun. Gadis cantik yang sudah mengalami ketidakadilan di keluarganya selama ini, kini dipermalukan di depan banyak orang oleh adik dan kekasihnya.
Namun di tengah ketidakadilan dan keterpurukan yang dia alami Rayya, muncul sosok pangeran yang tiba-tdi berlutut di depannya dan melamarnya di depan semua orang. Tapi sayangnya dia bukanlah pangeran yang sebenarnya seperti di negeri dongeng. Tapi hanya pria asing yang tidak ada seorangpun yang mengenalnya.
Siapakah pria asing itu?
Apakah Rayya menerima lamaran pria itu untuk menutupi rasa malunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Rencana Balasan
Di pagi yang sama Rayya dan mama mertuanya, Mama Lina, sudah siap berangkat ke toko. Wajah Rayya yang biasanya tenang kini tampak lebih cerah, sedikit lebih lega dari hari-hari sebelumnya. Hari ini bukan hari biasa. Sesuai rencana semalam, mereka akan mengadakan acara amal di toko roti miliknya. Acara yang lebih dari sekadar berbagi, tapi juga ajang untuk membuktikan kebenaran dan membersihkan nama baik toko yang sempat tercoreng karena ulah Livia.
Mama Lina, wanita yang baru dikenal Rayya beberapa hari namun telah banyak membantunya, bukan orang biasa. Cepat tanggap, tegas, dan tak kenal takut, ia langsung menyusun rencana sejak mendengar cerita Rayya dan anaknya. Rayya sendiri masih merasa belum mengenal benar siapa mama mertuanya itu, tapi satu hal yang pasti, kehadiran Mama Lina dan suaminya, Saka, membuatnya merasa tidak sendirian lagi.
Saka, seperti biasa, setia mendampingi keduanya pagi itu. Ia menyetir sendiri mobil mereka ke toko, menemani dalam diam tapi penuh perhatian. Melihat ibunya dan istrinya begitu kompak dan bersemangat, membuat hatinya hangat. Ia hanya bisa berharap semuanya berjalan lancar hari ini. Namun karena ada urusan penting, ia harus pergi dan menyerahkan semuanya kepada Mamanya.
"Nanti Kalau ada apa-apa, langsung hubungi aku ya, Rayya… Mama juga," pesannya sebelum pergi bekerja.
"Iya, tentu saja. Bekerjalah dengan baik, aku dan mama akan melakukan yang terbaik untuk hari ini. " ujar Raya karena dia tidak ingin mengganggu pekerjaan suaminya.
Setibanya di toko, Rayya tertegun. Beberapa orang sudah tampak sibuk. Ada yang memasang layar besar di luar toko, ada yang mendekorasi bagian dalam dengan balon dan pita warna-warni. Toko itu tampak hidup kembali. Tapi Rayya bingung, karena ia tidak tahu siapa yang mengatur semuanya.
“Mama… ini semua apa?” tanyanya dengan mata membulat.
Mama Lina tersenyum penuh kemenangan. “Ini semua ide mama semalam. Sekalian acara amal, sekalian kita tunjukkan ke semua orang apa yang sebenarnya terjadi.”
Rayya terdiam mendengarnya.
"Nanti, layar itu akan memutar CCTV toko sebelum insiden kecoa itu. Semuanya terekam jelas. Setelah itu, ada bagian rekaman permintaan Livia kepada kamu, saat di kantor polisi. Semua orang akan tahu kebenarannya hari ini."
Belum sempat Rayya menjawab, suara tepuk tangan terdengar dari arah dapur. Sisi dan Dion, dua karyawan setia Rayya, berdiri sambil tersenyum lebar.
“Idenya keren banget!” seru Sisi sambil mengacungkan jempol.
“Ini baru pembalasan elegan,” tambah Dion.
Rayya menghela napas. Jujur, ia masih ragu. Ia bukan tipe orang yang suka mempermalukan orang lain, bahkan jika orang itu pantas mendapatkannya. Tapi semua sudah terpasang. Tak mungkin ia membatalkan acara sekarang. Lagi pula, kebenaran harus ditegakkan, bukan untuk mengembalikan nama baik toko rotinya.
Acara dimulai dengan pembacaan doa oleh ustadz dari masjid sebelah. Semua menundukkan kepala, berdoa agar toko roti itu dijauhkan dari fitnah dan diberikan keberkahan. Setelah itu, dilanjutkan dengan acara santunan anak-anak yatim dari Rayya dan Mama Lina. Senyum anak-anak itu seolah menenangkan hati Rayya yang masih berdebar.
Penjualan roti pun dimulai. Hari itu, semua roti dijual dengan harga diskon khusus. Pelanggan pun berdatangan dalam jumlah besar, sebagian karena ingin membeli roti murah, sebagian lagi karena penasaran dengan kabar miring yang sempat viral tentang toko itu.
Saat suasana toko mulai ramai, Mama Lina mengambil mikrofon dan berdiri di depan layar besar.
"Bapak dan Ibu sekalian," katanya lantang. "Terima kasih sudah datang. Hari ini kami ingin menunjukkan kepada Anda semua kebenaran. Bahwa apa yang terjadi di toko ini beberapa waktu lalu bukanlah kesalahan kami, tapi karena fitnah yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. "
Layar menyala. Orang-orang mulai memperhatikan. Video pertama memperlihatkan rekaman hari-hari biasa di toko dengan segala aktivitasnya. Semua tampak bersih, rapi, dan tertib. Lalu muncul rekaman Livia datang bersama tunangannya dan pura-pura menjatuhkan tasnya lalu mengambil sesuatu dsri dalam tas dan meletakkan di bawah sofa.
Dan tak lama muncul beberapa kecoa, dari satu kecoa hingga jumlahnya sampai puluhan yang menyebar dari titik yang sama. Tak lama pegawai toko menemukan bungkusan aneh yang berisi sisa kecoa yang mati.
Terdengar gumaman dari kerumunan.
"Jadi itu rekayasa?" tanya seorang ibu-ibu yang berdiri paling depan.
"Wah, kalau seperti itu kejadiannya ini sudah masuk keranah hukum tidak bisa dimaafkan. " ujar pelanggan lainnya
"Benar itu benar, " sahut hang lainnya.
Mama Lina tersenyum miring mendengar seruan orang-orang yang datang, dan menatap menantunya dengan senyuman lebar. Ternyata rencananya berhasil.
"Tenang Saudara-saudara, semua sudah kami lakukan dan proses hukum sudah berjalan. Namun karena menantuku yang baik hati, pada akhirnya dia membebaskan wanita itu dengan satu syarat. " lanjut mama Lina.
Tak lama, video lain diputar. Kali ini berupa rekaman permintaan maaf Livia saat memakai baju tahanan. Dan perjanjian yang sudah dia tanda tangani.
Kembali semua orang saling berbisik. Ternyata pihak Rayya sudah melakukan proses hukum terhadap orang itu, namun berakhir damai.
Rayya menutup mata. Ia tidak ingin mengingat rasa sakit itu lagi, tapi sekarang semua sudah terbuka.
Saat video selesai, semua hadirin bersorak dan bertepuk tangan. Beberapa bahkan meminta maaf karena sempat percaya pada berita yang tersebar.
Namun, suasana mendadak berubah.Saat mereka mendengar teriakan dari salah satu pengunjung.
"Rayya, apa-apaan ini?!"
Livia berdiri di tengah-tengah orang yang mengikuti acara di toko Rayya, wajahnya merah padam, napasnya memburu. "Kamu tega banget mempermalukan aku didepan banyak orang!"
Semua orang menoleh ke arahnya. Beberapa memegang ponsel, merekam.
Rayya maju, berdiri di depan Livia dengan tatapan tenang.
"Aku nggak menyebar fitnah, Livia. Aku hanya menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi. Orang-orang berhak tahu."
Livia ingin membalas, tapi suaranya tenggelam oleh teriakan salah satu penonton, "Kalau kamu nggak mau dipermalukan, jangan bikin ulah!"
Mama Lina maju, berdiri di samping Rayya. "Kami tidak ingin mempermalukan siapa pun, Livia. Tapi kamu sudah bermain kotor. Ini pelajaran untukmu." ucap mama Lina dengan senyum miring.
Livia akhirnya mundur. Ia berjalan pergi, dikelilingi tatapan tajam dari orang-orang yang berada disana. Toko kembali tenang. Dan mereka mulai membeli roti yang dijual Rayya dengan harga miring khusus hari ini. Untuk memperbaiki nama baik tokonya.
"Ma, rekamannya sudah ya, jangan di putar terus menerus. Aku jadi nggak enak. " pinta Rayya kepada sang mama.
"Baiklah, jika itu maumu. Kamu memang terlalu baik sayang. Kami beruntung kamu menjadi istri Saka. " ucap Mama Lina tulus.
Rayya terlihat malu mendengar ucapan Mama Lina. Bukankah ini hal yang luar biasa, dia keluar dari keluarga yang menyiksanya selama ini dan masuk ke dalam keluarga yang menyayangi nya, walau dia tidak mengenal mereka sama sekali.
"Terima Kasih Tuhan, telah memberikanku keluarga baru yang menyayangi ku. Aku sangat beruntung, " Rayya.
"Lihat saja, aku akan membalasmu lebih dari ini Rayya. " Livia.