Kisah ini mengisahkan tentang seorang gadis lugu dan seorang pilot playboy yang saling jatuh cinta. Pertemuan pertama mereka terjadi di dalam pesawat, ketika sang pilot memenuhi permintaan sepupunya untuk mengajak seorang gadis lugu, ke kokpit pesawat dan menunjukkan betapa indahnya dunia dari ketinggian, serta meyakinkannya untuk tidak merasa cemas. Tanpa diduga, pertemuan ini justru menjadi awal dari kisah mereka yang dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RUDW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Berita
Bernadette Clarissa Christabel adalah seorang gadis sederhana dengan sifat pemalu, namun selalu bersikap baik kepada siapa saja. Dia dikenal sebagai sosok yang cerdas dan pekerja keras, meskipun sering dianggap kurang pergaulan oleh teman-temannya sejak sekolah. Wajah cantiknya yang alami kerap menarik perhatian banyak pria.
Sejak kecil, Clarissa telah menjadi yatim piatu dan tinggal di panti asuhan yang dikelola oleh biara. Salah satu suster di biara itu adalah sahabat dekat orang tuanya semasa hidup. Namanya Suster Maria.
Hari ini, Clarissa sangat senang karena berhasil melewati sidang kelulusan dengan sangat baik. Dia berhasil lulus dan mendapat nilai terbaik setelah kuliah tiga setengah tahun. Tidak ada yang mengetahui kabar bahagia ini Selain sahabat satu-satunya yaitu Mirabella. Seorang gadis misterius yang sejak awal berkenalan dengan Clarissa terlihat begitu dominan dan selalu mengikuti kemana Clarissa pergi. Awalnya dia risih, tetapi karena melihat Mirabella begitu tulus beda dari orang lain, Clarissa pun menerima dia sebagai teman. Hingga pertemanan itu terjalin erat sampai sekarang.
"Selamat ya darling. Akhirnya kamu lulus juga. Ini buat kamu" Mirabella menyambut bahagia Clarissa yang baru keluar dari ruang ujian. Setelah berpelukan beberapa saat, Mirabella menyerahkan sebuket bunga dan kado untuk sahabatnya itu. Dia bahkan sejak tadi menunggu di luar ruangan demi bisa menjadi orang pertama yang memberi ucapan selamat.
"Terima kasih Mira, selamat juga untuk kamu ya. Maaf kemarin saya tidak sempat datang saat kamu ujian. Dan ini untuk kamu" jawab Clarissa sedikit sesal. Memang benar, dua hari lalu, Mirabella juga ujian, sayangnya, Clarissa tidak bisa datang karena sedang menemui dosen untuk mendapatkan tanda tangan.
Tetapi, dia telah menyediakan hadiah untuk gadis Itu. Makannya hari ini mereka terlihat seperti bertukar kado dan bunga. Lucu sekali.
"Terima kasih kembali. Oh yeah. Apakah kamu akan langsung pulang ke panti hari ini juga?" Respon Mirabella bertanya.
Clarissa mengangguk antusias "Iya, saya sudah tidak sabar memberi kabar ini kepada suster Maria dan adik-adik di sana. Saya juga rindu mereka. Seminggu terakhir kalau saya telepon selalu tidak di jawab. Mereka malah membalas dalam pesan singkat kalau kabar mereka baik-baik saja"
Clarissa sedikit kepikiran dengan kondisi di panti asuhan. Makanya dia memilih langsung pulang begitu sidang Selesai. Karena jarak tempat dia kuliah dan panti cukup jauh atau beda daerah. Dia masih butuh ke stasiun untuk membeli tiket kereta.
"Baiklah Darling. Saya harap kamu hati-hati di jalan. Labari kalau butuh sesuatu "
Mirabella menyetujui keinginan sahabatnya tetapi dia selalu mengingatkan gadis itu agar menelepon saat butuh sesuatu. Bukan tanpa alasan, Mirabella selalu merasa khawatir kalau Clarissa berjalan sendiri. Mengingat gadis itu begitu pemalu dan tidak terbiasa jalan sendiri kemana-mana. Meski sudah beberapa kali bolak-balik panti dan asrama kampus, tetap saja, siapa yang tahu di jalan dia akan ketemu orang jahat.
"Oke. Sekarang kita makan dulu ya. Tenagaku sudah terkuras habis saat ujian tadi"
"Oke, let's go darling" Suara Mirabella begitu kencang hingga berhasil mengalihkan perhatian orang sekitar kepada mereka.
Clarissa sedikit tersenyum geli, Sejak awal Mirabella selalu memanggilnya darling sampai sekarang dan entah masih berlanjut sampai kapan. Dia tidak marah atau risih hanya saja, ada beberapa orang yang sering menganggap mereka pasangan sejenis. Sungguh menggelikan bagi keduanya karena masih sama-sama normal. Ya sudahlah. Biarkan orang berpikir sesuka hati mereka. Asal tidak ada yang benar.
"Lihatlah mereka melihat kita" bisik Clarissa begitu menyadari tatapan orang di sekitarnya.
"Ck, biarkan saja. Mereka saja yang kurang kerjaan, tidak suka liat orang lain bahagia" Mirabella tipe orang tidak peduli kalau bukan urusan penting. Apalagi meladeni orang yang suka julid. Tapi, dia adalah tipe gadis yang penuh kasih kepada orang terdekatnya.
Akhirnya mereka memilih makan di sebuah restoran kecil di dekat kampus. Kali ini, Clarissa yang traktir. Selain karena sebagai ucapan syukur dia lulus kuliah juga tidak ingin Mirabella selalu membayar saat mereka makan di luar.
Sebenarnya, saat makan di luar pun dia selalu ingin membayar, tetapi Mirabella mengatakan dirinya saja yang membayar. Dia kasihan melihat Clarissa yang kerja sambil kuliah. Meskipun dia juga ikutan kerja untuk menutupi identitas aslinya. Karena, kalau sampai Clarissa tahu latar belakang Mirabella, gadis itu yakin, Clarissa tidak mau lagi berteman dengannya.
Mereka pun memesan menu kesukaan lalu makan dengan suasana hati yang senang. Setelah selesai makan, Mirabella langsung mengantar Clarissa ke stasiun setelah mampir sebentar ke asrama untuk mengambil tas pakaian.
"Berapa lama kamu di sana? Jangan lama ya. Saya sendirian di sini" Mirabella seperti tidak rela melepas sahabatnya pergi. padahal juga bukan pertama kali mereka berpisah.
"Mungkin cuma seminggu. Karena saya cuma izin kerja seminggu sama bos"
Mirabella kaget mendengar jawaban sahabatnya.
"Jadi kamu belum resign?"
"Belum, saya masih terus bekerja sampai wisuda nanti. Setelah itu, baru berencana mencari pekerjaan lain dengan ijazah yang sekarang "
Mirabella mengangguk paham. "Baiklah. Tu, segera naik. Sudah dipanggil. Jangan lupa telepon kalau ada apa-apa"
Gadis itu mendorong pelan pundak Clarissa agar segera masuk kereta. Keduanya sempat berpelukan sebentar kemudian saling berpisah setelah kereta meninggalkan stasiun.
Setelah menempuh perjalanan hampir empat jam, Clarissa tiba di kampung halaman tempat dia dibesarkan. Dia turun dari kereta, keluar stasiun untuk segera mencari taksi.
Tidak berselang lama, taksi datang dan mengantar Clarissa ke sebuah rumah panti asuhan di pinggir desa. Lokasinya tidak berdekatan dengan pemukiman, Karena memang dibangun di tanah milik biara kesusteran.
Setelah membayar, Clarissa segera turun. Tetapi pandangannya sedikit kaget mendapati orang-orang mulai memasang tandu di depan panti. Dia tergesa-gesa mendekati orang-orang tersebut
"Permisi pak, ada apa ini?" Tanya Clarissa pada seorang bapak yang merupakan warga kampung.
"Kebetulan nona Clarissa sudah tiba, tadi kita coba hubungi tapi nomor kamu tidak aktif "
Mendengar itu, dia langsung mengecek ternyata ponselnya mati kehabisan arus.
"Memangnya ada apa ya pak. Kok di sini dipasang tenda?" lanjutnya bertanya karena penasaran.
"Itu non jangan kaget ya, saya harap kamu kuat. Kita baru saja menerima kabar kalau Suster Maria meninggal di rumah sakit"
Deg..
Jantung Clarissa seperti berhenti berdecak. Tidak, dia pasti salah dengar. kabar ini pasti salah.
"Apa maksud bapak? Itu tidak mungkin. Bukannya suster baik-baik saja dan sudah sehat..Hiks..hiks ?" walau mencoba tidak percaya tapi hati Clarissa meragu. Air matanya mulai bercucuran. Demi Tuhan dia tidak percaya dengan berita tersebut.
Di saat yang sama, seorang anak panti asuhan yang juga seumur Clarissa turun dari taksi dan berlari mendekati gadis itu. dia memeluk Clarissa dan menangis bersama.
"Clarissa yang sabar ya. Suster Maria sudah tidak ada. Dia sudah bahagia di surga. Saya baru saja dari rumah sakit mengurus jenazah suster. Sebentar lagi akan tiba di sini"
Saat inilah Clarissa langsung menangis histeris.
"Hiks...hiks.. tidak mungkin. Ini semua pasti cuma bohongan..hikss"
Tidak pernah terlintas dalam benak Clarissa bahwa dia akan kehilangan sosok yang paling dia sayang dan kagumi semasa hidupnya. Suster Maria nyatanya menghembuskan nafas terakhir setelah berjuang melawan kanker darah selama beberapa tahun terakhir. Sempat berobat beberapa kali melakukan kemoterapi dan segala jenis pengobatan lainnya. Kondisinya bolak-balik sehat lalu drop. Mungkin karena faktor usia juga. Puncaknya, seminggu lalu tiba-tiba drop dan dibawa ke rumah sakit. Tidak ada yang memberi tahu Clarissa.
Pantas saja saat dia menelepon tidak ada yang menjawab. Padahal semua atas dasar perintah suster Maria agar tidak membuat Clarissa kepikiran dan beban.
Kepulangan dia ke panti hari ini tentu saja ingin membawa kejutan karena dia berhasil lulus kuliah tiga setengah tahun. Tetapi, dia justru terkejut mendengar kabar bahwa suster Maria, yang sudah seperti ibu kandung baginya, baru saja meninggal di rumah sakit.
Ada dua kabar berbeda dalam satu hari. Kabar gembira atas kelulusan dan juga kabar duka yang menyayat hatinya.
Clarissa sangat terpukul juga sedih. Padahal sebentar lagi dia akan wisuda. Dia pulang bukan hanya menyampaikan kabar gembira itu, tetapi juga mengajak Suster Maria untuk mendampingi saat proses wisuda nanti. Apalagi dia terpilih sebagai lulusan terbaik dan akan menyampaikan pidato. Dia sudah berencana akan menyelipkan nama sang suster dalam pidato nanti sebagai bentuk ucapan terima kasih. Tetapi takdir berkata lain.
Ke esokan harinya, Jenazah suster Maria dimakamkan di lahan khusus susteran. Clarissa masih saja memandang gundukan tanah dimana suster dikuburkan. Matanya merah dan bengkak. Tidak bertenaga seperti semua semangat ikut pergi bersama suster Maria.
Semua masih terasa seperti mimpi baginya. Dia kehilangan semangat dan bahkan sejak kemarin dia hanya menangis dan berdoa untuk keselamatan jiwa suster Maria. Sapaan para pelayat dia jawab seadanya saja.
"Clarissa, sebaiknya kita pulang. Hari semakin sore nak" Seorang suster yang juga dia kenal sebagai pengurus panti mengajaknya pulang.
Clarissa mengangguk lemah, tetapi sebelum berdiri dia menyampaikan pesan diiringi linangan air mata.
"Suster Maria. Entah bagaimana caranya saya mengikhlas kepergianmu yang begitu cepat. Tetapi saya berdoa semoga Tuhan menempatkan engkau di tempat terindah di surga. Tolong jaga kami semua dari jauh. Doa kan kami. Kami pun akan selalu mendoakan suster. Salam rindu selalu. Sampaikan salam apabila bertemu papa dan mama Clarissa di sana ya. Selamat beristirahat dalam kedamaian suster Maria. Terima kasih untuk segalanya. Aku menyayangimu "